Mohon tunggu...
Mar ah Maskanah
Mar ah Maskanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Senang membaca dan menulis sebagai ekspresi diri. Menyukai hal baru dan menantang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Senin "Enggak Papa": It's Okay Not to Be Okay

28 Maret 2023   21:00 Diperbarui: 28 Maret 2023   21:04 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringnya bilang “nggak papa” padahal sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Siapa dia? Manusia terkhusus wanita. Benar tidak?

Dibalik kata “nggak papa” nya wanita ternyata kita bisa belajar banyak hal loh, mau tau?

1. Belajar Mandiri

Dengan bilang “nggak papa” kita tidak akan berekspektasi dan berharap terlalu tinggi pada orang lain. Justru kita akan lebih mengandalkan diri sendiri dan sadar bahwa hidup perlu untuk diperjuangkan sendiri. Dan jangan sampai hidup kita bergantung sama orang lain. Karena kalau kita bergantung sama orang lain, yang ada ujungnya bisa kecewa dan merasa tersakiti ketika hal yang kita dapat tidak sesuai ekspektasi. Jadi lebih baik berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) alias mandiri.

2. Belajar Letting Go

Kehilangan, mungkin menjadi satu hal yang mengerikan. Apapun itu, kehilangan seakan menjadi hal yang paling tidak diinginkan. Tapi, ternyata merasa kehilangan bisa lebih mereda setelah kita terbiasa “nggak papa”. Teman hilang “nggak papa, besok bakalan ketemu teman yang sefrekuensi lagi”. Pacar hilang “nggak papa, mungkin dia bukan yang terbaik, jadi bisa memilih cowok yang kualitasnya lebih tinggi lagi”. Kesempatan hilang “nggak papa, kesempatan emang nggak datang dua kali, karena kesempatan bukan untuk didatangi tapi dicari atau bahkan kita bisa membuatnya sendiri”. 

So, gais, kehilangan sebenarnya nggak semengerikan itu ya, yang menjadikan sakit sebenarnya ekspektasi kita yang terlalu tinggi. Ketika kehilangan sesuatu juga duniamu tidak berhenti. Jadi kenapa kamu harus berhenti? It’s oke not to be ok, semua pasti ada konsekuensi, tapi kesedihan selalu meninggalkan pelajaran bukan? Jadi belajar yuk untuk letting go, dan mulai berdamai dengan diri sendiri.

3. Hidup Bukan Untuk Bahagia

“Kamu kenapa? Nggak papa” percakapan singkat tapi menimbulkan banyak prahara. Hidup memang nggak melulu harus baik-baik saja, harus ada bumbu-bumbunya, sedih, kecewa, misalnya. Karena tujuan hidup memang bukan untuk bahagia, kok bisa? Ya, hidup memang bukan untuk bahagia, karena bahagia juga punya risiko, yaitu sedih dan kecewa sebagai pasangannya. Seringkali kita juga memberi syarat pada bahagia, untuk sama seperti yang lainnya. Padahal apa yang dilihat membahagiakan belum tentu bahagia yang sebenarnya. Jadi, jangan jadikan bahagia sebagai tujuan ya dan nggak papa kalo kita nggak bahagia.

Setiap keadaan pasti memiliki pelajaran. Kita dapat melihat berbagai keadaan dengan berbagai sudut pandang untuk dapat melihat berbagai nilai di dalamnya. Karena positif-negatif selalu berjalan berdampingan. Meskipun kamu bisa untuk “nggak papa” tapi yang lebih baik adalah kamu bisa jujur dengan diri kamu sendiri ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun