Mohon tunggu...
Claudya Elleossa
Claudya Elleossa Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pencerita

Seorang ASN dan ibu, yang sesekali mengisi pelatihan menulis dan ragam topik lainnya. Bisa diajak berinteraksi melalui IG @disiniclau

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

7 Alasan Kenapa Harus Nonton Film "Kulari Ke Pantai"

30 Juni 2018   13:05 Diperbarui: 30 Juni 2018   19:11 3007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Emang bagus banget filmnya?" begitu tanya pacar saya ketika sejak minggu lalu saya ajak dia menonton Kulari ke Pantai yang tayang perdana tanggal 28 Juni. Saya pun dengan lugas menjawab "aku ga tahu persis, tapi aku harus nonton ini. Aku sih yakin sama garapannya Mbak Mira Lesmana. Kalau kamu ga mau ikut, aku nonton sendiri bisa kok!" nada saya agak kesal. 

Film ini siapa sangka nyaris menjadi sepasang kekasih bertengkar. Eh anyway, bukan kisah itu topik utamanya.

Kemarin akhirnya saya menonton film yang rasanya saya nanti sejak lama melalui instagram story mbak Mirles. Oh iya, tulisan ini tidak sedikitpun berafiliasi secara komersil (bahasa lain: endorse berbayar), namun menurut saya, film ini sangat layak untuk direkomendasikan karena 7 hal ini.

1. Indonesia banget!

Jika Anda pikir ini soal alamnya saja, maka Anda hanya setengah benar. Ada dua aspek yang menurut saya sangat Indonesia banget dari film ini. Pertama, seperti tebakan Anda, adalah bagaimana film berdurasi 1 jam 52 menit ini menyodorkan berbagai spot atau tempat cantik di kisaran Jawa Timur. 

Keindahan alam yang disajikan juga tidak melulu tentang destinasi wisata namun juga sepanjang perjalanan 1000 kilometer dari Jakarta ke Banyuwangi. Sawah yang tersaji di kanan dan kiri jalan raya, menurut saya itu Indonesia banget. 

Hal kedua yang saya masukkan kategori "Indonesia banget" adalah tentang orang-orangnya. Misalnya adegan ban bocor dimana Marsha Timothy yang memerankan Mama Uci berhenti kemudian ditolong warga sekitar. 

Saya sendiri amat terkesan dan mengapresiasi adegan ketika mobil mogok dan warga "Cak Nori" yang amat sederhana berkenan yang menolong dan menyediakan suguhan air putih. Ini Indonesia. Banget. Kesediaan untuk menolong terlepas segala keterbatasan, dan bagaimana hal sesederhana air putih menjadi bukti kebaikan di banyak sudut nusantara ini.

2. Sarat Pesan Tersirat

Keluar dari bioskop, pacar saya (iya, kami jadi nonton berdua) memberi kesan bahwa sebagian besar pesan tersampaikan dalam bentuk tersirat dibandingkan tersurat. Kemudian saya mengingat ulang film Petualangan Sherina, dan sepertinya lebih banyak pesan tersurat di film itu daripada film garapan Mirles kali ini. Saya setuju, akhirnya pada pendapat rekan menonton saja. Namun, itu tidak mengurangi sedikitpun sisi bagus film ini. 

Catatannya mungkin adalah penonton cilik harus ditemani orang tua mereka yang juga perlu menyediakan waktu untuk menjelaskan. Saat nonton kemarin, di samping kanan saya ada satu keluarga, dan di beberapa adegan sang bungsu laki-laki sesekali bertanya ke ayahnya. Dengan amat sabar sang ayah berusaha menjelaskan tanpa menganggu ketenangan penonton lain. Semacam peristiwa menghangatkan hati, bagi saya sendiri. 

Banyak pesan tersirat yang bisa dipetik jika kita jeli dan satu pesan tersurat yang seketika membuat saya ingin tepuk tangan saat itu juga, yakni tentang pentingnya bahasa Indonesia. Contoh persisnya gimana sih? Lihat sendiri dong!

3. Alur mengalir dengan konflik yang alami

Sebenarnya saya sedikit berasumsi bahwa akan ada penculikan dan sebagainya sebagai konflik. Mungkin lagi-lagi terbayang film Petualangan Sherina. Namun, semua konflik yang terjadi adalah masalah-masalah yang memang kerap ada di kehidupan sehari-hari.

Itulah mengapa, pesan menjadi kuat dan relevan. Misalnya bagaimana konflik keluarga kerap terjadi ketika rasa gengsi melebihi rasa rindu dan sayang. Contohnya antara Samudra dan Happy selama perjalanan, dan seakan dipertegas melalui adegan yang dengan apik dimainkan oleh Lukman Sardi saat berkata "I miss you, my sister". Tanpa sadar ada hati yang ikut terharu. 

Juga masalah-masalah teknis tak terduga selama perjalanan yang sebenarnya mengingatkan penonton bahwa sesama manusialah yang akan menjadi sebenar-benarnya penolong. Saya juga mengagumi bagaimana setiap peran yang hadir punya andil dalam keseluruhan cerita dengan signifikan tanpa berlebihan. Salut!

4. Wajah baru

Gara-gara film ini saya jadi follow  akun Instagram Dani (@suku_dani) yang sempat mbak Mirles tag saat proses produksi. Seorang yang amat fasih berbicara dalam aksen Papua dan memberi warna amat khas di film ini. 

Pasca nonton saya jatuh cinta dengan Varun Tandjung yang memerankan tokoh Baruna, dan sekaligus yang menyampaikan sebuah pesan tersurat penting soal pentingnya menggunakan Bahasa Indonesia. 

Ini hanya dua nama saja, namun strategi "mengundang nama baru" patut diapresiasi agar layar lebar Indonesia juga tidak diisi nama itu-itu saja. Juga dalam rangka mengenalkan "bibit" potensial yang patut dijadikan teladan, lagi-lagi, seperti Dani yang amat mencintai Papua, dan semoga membawa sebuah kegelisahan tertentu, yakni "orang asing saja secinta ini dengan negeri kita, kenapa kita sendiri tidak?"

5. Penuh lagu yang menawan

Fresh dan mendukung keseluruhan pesan. Saya bukan pengamat musik dan bahkan sangat jarang menjadi "sadar" dengan efek musik dalam sebuah film. Tidak, untuk kali ini. 

Lirik yang menawan dan senandung yang tenang namun menyegarkan, menjadi unsur penguat film ini. RAN dengan warna suara yang sudah tidak perlu diragukan menyumbang empat lagu khusus, dengan lirik cantik sebagai theme song. 

Tak kalah, tokoh Samudra dengan suara yang renyah ikut menyanyi di beberapa adegan. Namun tahu apa favorit saya? Lagu Mau Apa yang muncul diiringi adegan sendu deburan ombak di pantai. It's just magical and contemplative to ask ourselves: "mau apa aku dengan hidupku ini? Aku mau jadi sesuatu yang kau tahu itu aku."

6. Sebagai bentuk dukungan ke Sineas Indonesia

Alasan ke-enam kenapa harus nonton film Kulari ke Pantai ini, adalah sebagai bentuk kita mendukung industri perfilman namun tak kalah penting, para sineas film Indonesia. 

Saya setuju dengan pernyataan Adinia Wirasti, bahwa layar Indonesia membutuhkan lebih banyak film fresh sarat makna semacam ini, maka salah satu caranya adalah terus mendukung dan mengapresiasi karya yang sudah ada. 

Saya rasa sudah waktunya paradigma "nonton bioskop cuma buat film asing saja" diluluhlantahkan. Sudah sangat banyak karya ajaib dari sineas dalam negeri yang karyanya bukan hanya bagus secara kualitas, namun juga diisi makna yang relevan. 

Kesediaan kita menonton di bioskop tak lain adalah cara memberi energi (dan daya) supaya karya berkualitas makin banyak ke depannya

7. Film ini dikerjakan dengan gembira dan membuat kita ikut gembira

Mungkin ini adalah alasan utama yang saya yakini paling penting, bahwa film ini dikerjakan dengan rasa gembira. Bagaimana saya tahu? Karena saya saya mengikuti mbak Mirles dari instagram dan mengikuti beberapa cuplik kesenangan dalam proses pembuatan karya apik ini. 

Spektrum kebahagiaan ditambah sense humor itu terpancar dari segala sisi dan membuat gulatan perasaan yang sama hadir bagi penonton. 

Keluar dari bioskop saya penuh senyum (bahkan terus berjalan setengah meloncat dan menari, percayalah!) karena ada begitu banyak kebahagiaan yang saya rasakan usai menonton film ini. Abaikan enam poin sebelumnya, Anda akan masih punya alasan kuat untuk menonton: "untuk membahagiakan diri sendiri."

Akhir kata, saya akan memberi skor 9 dari 10, untuk film ini. "Lho sudah muji bagus-bagus kok ga kasih nilai sempurna?" Iya, supaya mbak Mira Lesmana bersama jajarannya tidak merasa tuntas dalam berkarya dan terus mendorong diri membuat karya yang baik bahkan lebih baik! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun