Mohon tunggu...
Claudya Elleossa
Claudya Elleossa Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pencerita

Seorang ASN dan ibu, yang sesekali mengisi pelatihan menulis dan ragam topik lainnya. Bisa diajak berinteraksi melalui IG @disiniclau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Catatan tentang Kerja Keras dan Ikhlas dari Pengemudi Ojek Online

7 Februari 2017   10:23 Diperbarui: 7 Februari 2017   13:34 1992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setengah perjalanan sudah terlalui dan topikpun bergeser. Saya mendadak berkisah tentang rangkaian pengalaman saat menggunakan jasa perusahaan yang memanfaatkan prinsip sharing economy tersebut. Di antara pak Ucok, mas Gilang, mbak Ayu, hingga nama-nama driver lain, ada satu kisah menyebalkan pernah saya alami. Dari kena tilang, pemilihan rute yang seram, hingga diancam! Mendengar saya bercerita dengan ekspresifnya, ia hanya terkekeh dan tak mau kalah. Kemudian membalas dengan cerita serupa. Beberapa kisah kekecewaan ia tuturkan, Bukan karena mantan sudah menikah duluan, tapi karena beberapa customer yang kerap ‘ngajak bercanda’. Seperti ketika orderan yang dibatalkan seenaknya di tengah hujan deras.

“Bayangno, mbak”, begitu ujarnya sembari kami menunggu binar lampu hijau. Kalimat itu memaksa saya berimaji jika ada di posisi tersebut. Dan saya tahu pasti, itu menyebalkan. Untuk menutup topik kedua ini saya punya giliran membuat konklusi. “Selalu ada orang jahat mas di dunia ini, tapi kita bisa pilih jadi orang baik”. Ia berkata sepakat dengan begitu lugasnya hingga pengendara di sekitar kami tak elak menoleh, yang artinya juga semakin banyak yang mengira kami sepasang kekasih. BAGUS!

Akhirnya, saya sampai di depan kost. Jika bersama kekasih (yang sungguhan), saat berpamitan saya akan memintanya mengabari saya sesampainya ia di rumah. Mas Dion berbeda. Saya tidak minta dikabari, iapun juga tidak meminta saya mengabarinya jika sudah mendarat di kamar kost dengan selamat. Sederhana, ia hanya minta klik sejumlah bintang lima. Permintaan yang tak sulit untuk menghargai kerja keras, diskusi, dan tawa sepanjang perjalanan. Tak lupa, beberapa ribu rupiah sebagai apresiasi tambahan.

Terimakasih mas Dion-yang-mirip-Agus-Mulyadi. Sampai bertemu di malam minggu lainnya. Sebuah perjalanan dari jalan Ahmad Yani ke Mulyosari yang menyenangkan untuk dikenang.

“Memang ya... Seperti di ruang konseling, di jalanan dan dimanapun, semua orang sama. Selalu senang didengarkan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun