Mohon tunggu...
Claudya Elleossa
Claudya Elleossa Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pencerita

Seorang ASN dan ibu, yang sesekali mengisi pelatihan menulis dan ragam topik lainnya. Bisa diajak berinteraksi melalui IG @disiniclau

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Di Surabaya, Ke Mana-Mana Naik Bemo Saja!

26 Maret 2015   12:35 Diperbarui: 4 April 2017   17:35 32230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga hari lalu secara berturut-turut saya menjelajahi kota kesukaan saya: Suroboyo. Dari Ujung Timur hingga ke ujung Barat. Di tengah terik matahari di dalam angkutan umum (bemo atau lyn, sebutan lainnya) seorang supir paruh baya berucap bagaimana kota Pahlawan yang panas itu sebenarnya dapat dijelajahi dengan menggunakan transportasi umum bemo. Saya sepakat! Hampir enam tahun merantau di kota ini saya tidak dimodali kendaraan pribadi. Uang bulanan pun tak menjulang sehingga otak harus jeli memikirkan tentang alokasi dana. Tetap gaul namun hemat, begitu mungkin prinsipnya. Bemo dan nebeng teman adalah pilihan tepat. Bagi saya bemo walaupun kadang butut, namun cenderung aman. Selain itu, di Bemo saya dapat memperhatikan kehidupan berbagai macam orang. Lewat obrolan singkat khas orang Indonesia yang dimulai dengan "turun mana?" Oke, kembali ke bapak supir bemo tersebut, dia menyatakan heran kenapa di halte-halte Surabaya tidak dilengkapi peta trayek bemo. Mungkin akan sangat memudahkan jika tersedia peta trayek semacam Busway Jakarta. Atas hal simple itu, saya ingin menulis ini. Sekali-kali blog bukan saja berisi curhatan, tapi informasi yang semoga juga berguna. Entah siapa akan memanfaatkan tulisan saya ini, mungkin mahasiswa baru yang sedang mencari info.


Catatan pertama untuk maksimal memanfaatkan Bemo di Surabaya adalah:


  • Jangan malu bertanya. Entah di supir ataupun orang sekitar. Untuk memudahkan, saya sarankan mengunjungi link rute bemo ini. Cari tahu lebih dulu rute secara umum dan pastikan apakah angkot itu melewati tempat kita berada, serta untuk memperhitungkan strategi oper bemo atau oper taxi.
  • Tarif Bemo Surabaya saat saya menulis ini (Maret 2015) jauh-dekat 5000 rupiah.
  • Untuk jam, kebanyakan antara jam 6 pagi hingga 6 malam.


Ini adalah beberapa 'strategi' memanfaatkan rute Bemo untuk menuju ke beberapa tempat populer Surabaya. Ohya, saya ambil rute ini dari dan menuju ke kampus Airlangga. Kenapa demikian? Bukan semata sentimen alumni lho ya, hahaha, ini murni karena pertimbangan banyaknya Bemo berbagai jurusan yang melewati Kampus ini (E, T2, W, WB, C, P, G, O).


Gramedia Expo - TP

Tunjungan Plaza adalah mall yang bisa dibilang favorit. Saya berani bertaruh tidak ada perantau muda yang tidak pernah mengunjungi mall lama dan megah ini. Angkot E (hijau muda) adalah pilihan satu-satunya.

Untuk pulang, strategi yang biasa saya lakukan adalah naik angkot V (coklat agak tua) sampai SMA Trimurti / SMAN 6 / Balai Pemuda lalu lanjut naik E lagi ke arah kampus. Belajar dari kesalahan sok tau saya dulu, saya ingatkan [!] jangan naik E dari depan TP langsung karena itu menuju ke sawahan atau balungsari, bukan ke arah Unair.

Monkasel - Delta - WTC

Angkot E (hijau muda) adalah pilihan tepat, sama seperti menuju ke TP. Untuk pulang, naiklah angkot W (biru ke ungu-unguan) dari sisi samping Delta, bukan dari depan. Angkot W ini tergolong lama, jika tidak sabar atau sedang hujan, taxi adalah pilihan pengganti satu-satunya yang tarifnya juga tidak terlalu menjulang. Dari Delta menuju kampus tarif taxi sekitar 10-15 ribu.

Ciputra World

Banyak yang mengira menuju Surabaya Barat hanya dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau taxi. Tarif Taxi dari kampus menuju Surabaya Barat pun tergolong mahal lebih dari 40 ribu sesuai dengan jarak dan kemungkinan macet. Hal ini dapat diatasi hanya dengan 10 ribu, yaitu dengan naik angkot E (hijau muda) sampai ke Halte Bambu Runcing, lalu menyebrang lewat zebra cross yang tersedia untuk menunggu angkot DA (hijau kekuning-kuningan). Angkot ini cukup unik karena 'mengambil' penumpang justru dari sisi kanan jalan.  Ohya, Angkot ini akan melewati jalan Kartini yang notabene terdapat beberapa rumah makan seperti Ayam Malioboro, Pronto, Hanamasa, dan 369, yang biasanya dipilih untuk gathering atau traktiran alias mencari makan gratis.

Food Festival / East Cost

Salah satu tempat tongkrongan orang Surabaya terkhusus para pecinta kuliner adalah Food Festival di Pakuwon City. Untuk menuju kesini, lagi-lagi tidak harus selalu naik taxi (kecuali memang sudah malam). Pilihan lain yang selalu saya gunakan adalah naik angkot T2 (coklat muda) dari depan kampus A dan turun di jembatan Mulyosari sebelum bundaran ITS, dari sana berpindah ke taxi menuju ke Food Fest ataupun East Cost mall. Angka di argo yang harus dibayar hanya antara 10-15 ribu. Sedangkan jika dari kampus B Unair langsung dengan taxi akan memakan biaya sekitar 35-40 ribu. Ohya, Ada dua T2 yang akan melewati kampus A Unair (kedokteran), yaitu menuju Karang Menjangan dan Mulyosari, pastikan tulisan di kaca yang terpampang adalah jurusan Mulyosari. Untuk T2 dari Mulyosari menuju kampus, akan melewati Kali Kepiting. Disana terdapat kafe Oost, salah satu kafe unik kecintaan anak muda Surabaya saat ini.

Royal / DTC

Menuju ke daerah Wonokromo dapat diantar Angkot P (coklat sangat muda). Angkot ini memiliki dua jurusan, yaitu Ketintang dan terminal Joyoboyo. Keduanya pasti melewati DTC. Untuk yang ke arah Ketintang akan melewati RSAL, Jatim expo, Giant, DBL Arena, Graha Pena, dan KFC Ahmad Yani. sedangkan untuk yang kearah Joyoboyo akan melewati RS Islam. Untuk menuju Royal, lebih baik naik angkot P dengan jurusan Ketintang karena akan memperpendek jarak tempuh jalan kaki.

Kedua jurusan angkot P dapat dimanfaatkan untuk mengunjungi beberapa tempat khas anak muda, sepeti toko buku Togamas, jus jumbo, Toko buku Uranus dan Kafe Libreria.

PGS - BG Junction - st. Pasar Turi

Angkot C Blauran (warna oranye)

Dalam perjalanan angkot ini akan melewati jalan Semarang, disana terdapat sentra buku bekas. Salah satu tempat yang perlu dikunjungi untuk menambah deret bacaan tanpa merogeh kocek terlalu banyak. Ohya, untuk perantau yang beragama Kristen dan Katolik juga dapat memanfaatkan angkot C (baik jurusan Blauran dan Indrapura) karena dia melewati dua gereja besar, yaitu GKI Residen Sudirman dan Gereja Hati Kudus Yesus.

Stasiun Gubeng Baru

Ada berapa pilihan angkot untuk menuju ke stasiun terbesar Surabaya ini, diantaranya adalah E dan WB lalu turun di PDAM dan jalan kaki 3 menit. Untuk yang berhenti tepat di depan stasiun adalah angkot T2. Lagi-lagi belajar dari kesalahan saya, untuk kembali ke kampus ternyata tidak sesederhana memilih angkot yang sama. Angkot T2 depan Stasiun Gubeng akan mengarah kePacar Keling hingga Mulyosari bukan ke arah kampus B. Sedangkan untuk menuju ke Karang Menjangan, Dharmawangsa dan sekitarnya dapat memilih angkot E, WB, W dari seberang PDAM.

Stasiun Gubeng Lama

Sebenarnya tidak ada angkot tepat di depan gubeng lama dari arah kampus. Pilihan termudah adalah berhenti di jembatan lalu turun lewat tangga yang memang sudah ada disana dan banyak dimanfaatkan para perantau hemat seperti saya. Haha


Bungurasih / Purabaya

Ada banyak cara menuju ke Terminal Bus Purabaya, tapi yang saya bagikan disini adalah cara favorit saya. Dari kampus B unair naik bemo E menuju halte bambu runcing. Setelah sampai, cukup menunggu bus kota. Jika beruntung kita dapat mendapatkan bus kota AC Damri. Bermodal 11 ribu, kita dapat sampai ke Bungurasih untuk pulang ke kampung halaman atau sekedar pelesir.


ITS (Institut Teknik Sepuluh Nopember)

Yuk main ke kampus tetangga! Untuk menuju ke kampus penuh lelaki ini, dari kampus Unair cukup naik angkot O (kuning tajam) jurusan Keputih yang akan melewati Kertajaya Indah dan Manyar Kertoadi. Sebelum sampai ke daerah Keputih, bemo ini akan melewati satu tempat makan terkenal yaitu Soto Cak Har


Ruas Jalan Kertajaya dan Klampis

Saya menuliskan ruas jalan ini sebagai salah satu destinasi favorit bukanlah tanpa alasan. Di sepanjang  jalan Kertajaya ini terhampar berbagai pilihan tempat makan menggugah selera, favorit saya adalah Pisa Kafe (ya walaupun agak aneh naik bemo tapi makannya disini -_- haha). Terdapat Pizza Hut, McD, Ayam Tulang Malioboro dan beberapa tempat makan lain sedangkan di seberangnya terdapat Gramedia, Steak Hut dan Primarasa. Masih di ruas jalan yang sama, akan ada belokan kiri (dari arah Kampus, bukan sebaliknya) tepat di samping McDonald. Ada Lekko warung iga bakar, Bon Ami -my favorite bakery, Bonet untuk belanja bulanan, dan Boncafe bagi penyuka steak. Untuk menuju ke ruas jalan ini, dari kampus B Unair, cukup naik angkot WB. Nantinya akan melewati Srikana, disana terdapat satu kafe yang enak dan terjangkau, Pintu Rumah namanya. Setelah dari Kertajaya, bemo ini akan membawa kita melewati Klampis, di situ juga ada berbagai pilihan tempat untuk nongkrong, seperti Keiko, Coffee Toffee, deMandailing, dan yang paling baru Warung Jajan dan ThreeoSix. Untuk pulang, kita juga tidak perlu ribet oper. Hanya perlu menyebarng ke ruas jalan sebaliknya dan naik bemo yang sama.


Ruas Jalan Dharmahusada

Surabaya konon semakin khas setelah keberadaan sambal Bu Rudi. Jika penasaran, lagi-lagi bemo dari arah kampus dapat mengantar. Bermodal 5000 sebagai tarif angkot Surabaya jauh-dekat, angkot O akan mengantar ke ruas jalan yang disana terdapat Sambal Bu Rudy, Bank CIMB, Laritta Bakery, Cakyu resto, New Zangrandi, dan Kafe Glass, serta beberapa rumah makan lain. Selain angkot O, juga ada bemo G berwarna hijau menyerupai bemo E. Jika memilih naik angkot G ini, saya ingatkan [!] jangan menunggu di ruas jalan Karang Menjangan karena itu mengarah ke Kertajaya. Naiklah angkot G dari depan kampus B persis.


Ada tiga lagi destinasi populer Surabaya yang saya belum tahu jalur Lyn-nya, karena bukan merupakan tempat favorit saya. Diantaranya adalah ITC, Pasar Atom, dan JMP. Ketiganya merupakan tempat belanja dengan pasar yang juga beragam, patut dicoba!


Sekian info per-bemo-an ini. Tulisan ini dibuat kebanyakan berdasarkan pengalaman, tapi sesungguh-sungguhnya sebagai ekspresi saya cinta Suroboyo! Semoga bermanfaat bagi para perantau hemat yang ingin tetap gaul di Kota Kece Suroboyo. See ya!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun