Mohon tunggu...
Ellen Tasbita
Ellen Tasbita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Mahasiswa Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jejak Sejarah dan Keindahan Budaya Di Ullen Sentalu

12 September 2024   22:13 Diperbarui: 12 September 2024   22:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Di tengah gemuruh kehidupan modern, ada sebuah tempat yang seolah terjaga dari hiruk-pikuk dunia, menanti untuk dibuka oleh jiwa-jiwa yang haus akan keindahan dan sejarah. Hari ini, langkahku dan teman-teman terarah menuju Museum Ullen Sentalu, sebuah permata budaya yang tersembunyi di antara pepohonan hijau dan udara segar yang menyentuh kulit. Setiap langkah menuju museum ini bagaikan melangkah di atas awan, di mana hembusan angin membawa aroma tanah basah yang mengundang rasa ingin tahu. Saat pintu masuk Ullen Sentalu terbuka, kita disambut oleh bisikan sejarah yang lembut, seolah tempat ini ingin berbagi seribu kisah yang terpendam. Keberagaman budaya Jawa yang megah menunggu untuk diungkap, siap mengajak kita menyelami lapisan-lapisan waktu yang telah terukir di setiap sudutnya.

Setelah meluangkan waktu untuk berdiskusi, kami sepakat untuk menjelajahi Tour Vorstenlanden. Tour ini dimulai dengan memasuki sebuah ruang berdinding putih bersih. Ruangan ini bukan sekadar tempat, tetapi portal menuju masa lalu yang kaya dan penuh intrik. Di setiap sudut, kami disambut oleh tulisan-tulisan yang menggambarkan sejarah kerajaan Medang, kisah yang terpecah menjadi empat bagian akibat pertempuran saudara: Kadipaten Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Pakualaman, dan Kesultanan Yogyakarta. Sejarah yang berliku ini adalah gambaran dari ambisi dan intrik, di mana pengaruh Belanda berperan sebagai penggoda yang memecah belah dan memicu konflik. Kak Tika, pemandu kami yang bersemangat dan penuh pengetahuan, memimpin kami melewati narasi yang menggugah. Dia menggambarkan dengan detail bagaimana Yogyakarta, dengan segala keunikan dan keistimewaannya, akhirnya berdiri sebagai bagian dari Indonesia.

Dalam perjalanan kami menelusuri jejak sejarah, kami dihadapkan pada masa-masa kejayaan yang meliputi Kadipaten Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Pakualaman, dan Kesultanan Yogyakarta. Keempat entitas ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat kekuasaan, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan budaya dan semangat rakyat. Terpancar sosok para pemimpin yang tak hanya memerintah, tetapi juga mengedepankan dedikasi dan cinta kepada rakyatnya. Mereka berbagi visi dan misi untuk membawa kemakmuran, menciptakan hubungan yang harmonis antara penguasa dan yang dipimpin.

Perjalanan kami berlanjut memasuki lorong, di mana kehadiran arca-arca asli dari kerajaan Medang menyambut kami. Arca-arca ini, yang dipinjamkan oleh pemerintah kepada museum untuk tujuan pendidikan, seakan bercerita tentang zaman yang telah berlalu, menghubungkan kami dengan warisan budaya yang kaya. Di antara karya seni yang menakjubkan ini, terdapat arca Ganesha yang bijaksana, Mahakala sang pelindung, serta kisah-kisah epik dari Ramayana yang terukir dalam bentuk yang abadi. Namun, di balik keindahan ini, kami juga menyaksikan fragmen-fragmen yang hilang; beberapa arca tampak kehilangan bagian penting, seperti lengan atau kepala, seolah mengisahkan perjalanan panjang yang penuh liku.

Setelah menyelami lorong yang dipenuhi arca, kami melangkah ke ruang yang memikat, di mana lima lukisan dan dua patung berdiri megah di setiap sisi. Setiap karya seni ini menyampaikan cerita tentang keindahan pakaian adat pernikahan dari Solo dan Yogyakarta. Kami terpesona oleh detail yang rumit, bagaimana setiap jahitan dan motif mengandung filosofi mendalam, mencerminkan nilai-nilai dan tradisi yang dijunjung tinggi masyarakat.

Setelah menikmati keindahan lukisan dan patung, langkah kami membawa ke dalam sebuah ruangan yang kaya akan warna dan tekstur, di mana berbagai jenis batik dan kebaya berpadu dalam harmoni visual yang memikat. Kak Tika dengan penuh semangat menjelaskan tradisi yang melekat pada setiap helai kain ini. Dahulu kala, perempuan menggunakan pakaian sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan halus tentang status dan identitas mereka. Kebaya yang dikenakan oleh remaja, berwarna cerah, menjadi simbol keceriaan dan harapan. Sementara itu, wanita yang telah menikah mengenakan kebaya dalam nuansa yang lebih gelap, menandakan kedewasaan dan tanggung jawab. Setiap warna dan corak membawa cerita, menciptakan jembatan antara masa lalu dan masa kini. Setiap motif dalam batik memiliki arti tersendiri, dan hanya dikenakan dalam acara tertentu yang sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya. Melalui penjelasan Kak Tika, kami memahami betapa dalamnya hubungan antara budaya dan pakaian, di mana setiap pilihan mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

Tour kami mencapai puncaknya ketika langkah-langkah kami membawa ke sebuah taman yang menyuguhkan keindahan alam dalam balutan arsitektur yang elegan. Dikelilingi oleh pepohonan rimbun dan tumbuhan berbunga yang menari lembut ditiup angin. Di tengahnya, bangunan bercita rasa Belanda berdiri anggun, menciptakan harmoni antara budaya dan alam. Di tepi kolam yang tenang terdapat patung-patung wanita berpose anggun. Meja-meja bundar berjejer, dikelilingi oleh kursi-kursi abu-abu yang mengundang untuk duduk sejenak, bersantai, dan meresapi keindahan yang ada. Namun, kami hanya memiliki lima belas menit untuk menikmatinya. Kami menyeduh teh hangat dipadukan dengan kukis lezat yang telah disediakan dalam tour ini. Di tengah momen indah ini, kami tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan kenangan. Dengan senyuman lebar dan tawa yang mengalir, kamera kami mengabadikan dan menuliskan cerita yang tak akan terlupakan. Taman ini, dengan segala pesonanya, menjadi penutup yang sempurna bagi perjalanan kami, meninggalkan jejak indah di dalam hati masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun