Nayla terdiam, mencoba menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Aku juga nggak akan lupa. Kalau suatu hari kita bertemu lagi, aku harap kita bisa melanjutkan cerita yang terhenti ini."
Dengan satu senyuman terakhir, Raka meninggalkan sekolah dan juga meninggalkan jejak indah di hati Nayla. Gadis itu berdiri di sana, melihat sosok Raka yang semakin jauh, hanya menyisakan kenangan manis yang akan selalu dia simpan.
---
Epilog
Bertahun-tahun kemudian, Nayla berdiri di balik jendela kantornya, menatap hujan yang turun dengan deras di luar sana. Kini, Nayla adalah seorang reporter yang sedang sibuk menjalani rutinitas kerjanya. Di tengah-tengah kesibukannya, kenangan akan Raka kembali hadir, seiring dengan rintik-rintik hujan yang turun.
Nayla tersenyum sendiri, membayangkan wajah Raka yang tenang dan kalem. "Apakah kamu baik-baik saja di sana?" gumamnya pelan, seakan-akan Raka bisa mendengarnya.
Tiba-tiba, seorang rekan kerjanya masuk ke ruangan. "Nay, kamu ditunggu seseorang di lobi," katanya.
Nayla mengerutkan kening. Dia tak merasa punya janji dengan siapa pun hari ini. Namun, dengan rasa penasaran, dia berjalan ke arah lobi. Hujan masih turun di luar, mengalirkan kenangan masa lalu yang belum benar-benar hilang dari hatinya.
Di sana, berdiri seorang pria dengan payung hitam, tersenyum ke arahnya. Matanya yang tajam dan senyumnya yang khas membuat Nayla terdiam sejenak, mengira dirinya tengah bermimpi.
"Nayla?" panggil pria itu dengan suara yang tak asing.
Nayla tersentak, merasa waktu seolah berhenti. "Raka?"