Mohon tunggu...
Ella Zulaeha
Ella Zulaeha Mohon Tunggu... Self Employed -

Jadikan sabar dan sholat senagai penolongmu

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kekerasan Psikis Saat Pacaran Tak Kalah Menakutkan!

25 Juni 2012   01:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:34 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_184330" align="aligncenter" width="361" caption="Ilustrasi: ciricara.com"][/caption]

Cinta, siapapun pernah merasakannya. Terutama saat masa pacaran. Hati selalu berbunga-bunga dan bahagia. Namun bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Masa pacaran yang indah itu justru senantiasa diliputi rasa galau, gelisah, khawatir, kecemburuan, kekecewaan, bahkan berderai airmata? Kemana perginya cinta yang sejatinya ada di masa pacaran.  Mengapa cinta berubah menjadi hal yang begitu menyesakkan dada? Sekalipun tak ada kekerasan fisik, namun yang terjadi adalah kekerasan psikis yang berujung pada kerapuhan fisik. Cinta yang diagungkan tak lagi membawa bahagia. Cinta yang membara justru membawa derita.

Ini kisah rekan saya, Alana. Alana menceritakan kisah kasihnya saat berpacaran dulu dengan Radit. Alana dan Radit sekantor. Mereka menjadi kekasih karena seringnya bertemu di kantor. Kalau orang Jawa bilang "Witing Tresno Jalaran Soko Kulino". Karena terbiasa bersama-sama dalam tim kerja, mereka akhirnya saling jatuh cinta.

Awal menjadi kekasih Radit, Alana begitu sumringah, bangga dan bahagia. Ibarat impian menjadi nyata. Perempuan mana yang tak bangga bisa menjadi kekasih Radit, seorang laki-laki tampan, bodynya oke, smart dan digilai banyak perempuan. Hubungan cinta itu sengaja mereka sembunyikan dari rekan kerja yang lain. Alana merasa khawatir, hubungannya dengan Radit akan menjadi ‘bulan-bulanan' alias olok-olok rekan kerja mereka. Sebab Alana tahu, di kantor rekan kerjanya suka sekali menggoda bila tahu ada rekan kerja mereka yang ‘cinlok' di kantor.

Impian Alana selanjutnya adalah menjadi istri bagi Radit. Namun Alana harus menerima kenyataan Radit yang selama ini ia banggakan, ternyata begitu sering mengecewakan. Alana baru tahu ternyata Adit memiliki tabiat suka sekali menyakiti hatinya.

Menurut Alana, di depan matanya Radit sengaja menunjukan kemesraan dengan rekan kerjanya yang lain. Tak hanya itu saja, dengan klien Alana pun, Radit bersikap yang sama. Radit suka bertelepon mesra dengan klien perempuan. Radit seolah ingin menunjukan betapa dia sosok laki-laki yang ‘friendly' dan dikagumi banyak perempuan. Setiap kali Alana menegur, Radit berdalih bahwa sikap mesranya itu sekedar bentuk service-nya kepada klien. Pernah suatu ketika Alana mendengar percakapan rekan-rekannya tentang sepak terjang Radit. Radit dikabarkan sedang menjalin hubungan dengan seorang sekretaris. Betapa inginnya Alana berteriak, bahwa dialah yang menjadi kekasih Radit, bukan sekretaris itu.

Entah gosip itu benar atau tidak. Alana hanya menelan ludah dan mengelus dada. Lagi-lagi Radit menyakiti hatinya. Saat Alana bertanya pada Radit benarkah gosip yang merebak itu, Radit langsung emosi. Ia menyangkal gosip tentang kedekatannya dengan sekretaris itu. Setiap kali mereka ribut, Radit hanya mengalah. Ia kerap menunjukan kasih sayang dan perhatiannya terhadap Alana. Apalagi Radit pandai sekali mengambil hati ibunda Alana. Ibunda Alana begitu menyukai Radit dan mengharapkan Alana bisa menjadi istri Radit. Alana pun menjadi dilema. Inilah yang membuat Alana sulit sekali membenci Radit.

Alana tak menyangka, menjadi kekasih Radit ternyata suatu beban yang sungguh menyiksa. Cinta Alana yang besar terhadap Radit justru membuat laki-laki itu menjadi besar kepala. Radit tahu persis bagaimana meluluhkan hati Alana walaupun ia telah berulang kali menyakiti hati Alana.

Selesai meeting, Mita, rekan Alana bercerita sambil bisik-bisik kepadanya bahwa ia telah sukses menjadi comblang bagi Radit dan temannya. Mendengar cerita itu, kepala Alana langsung berkunang-kunang. Alana yang selama ini memiliki penyakit maag akut, mendadak mual. Saat itu juga langsung berlari ke toilet. Ia menumpahkan semua makanan yang siang tadi dimakannya.

Inilah kesalahan Alana menyembunyikan hubungannya dengan Radit. Tak salah bila rekan kerja Alana menjodohkan Radit dengan temannya karena ia sama sekali tak mengetahui hubungan Alana dan Radit. Kekhawatiran Alana yang takut kehilangan sosok pacar yang sempurna seperti Radit nampaknya tak pernah berkesudahan. Setiap kali mendengar ulah Radit, setiap kali itu pula penyakit maag Alana kambuh. Ibunda Alana menjadi bingung mengapa putri kesayangannya itu seringkali mengeluh sakit.

Puncaknya, Alana terbaring lemas tak berdaya di kamarnya. Tak sesuap makanan pun yang masuk ke perutnya. Belum lagi Alana yang bolak balik muntah. Ibunda Alana cemas dan segera membawa Alana ke dokter. Dokter mengatakan berdasarkan pemeriksaan, sebenarnya secara fisik Alana baik-baik saja, namun secara psikis bisa jadi penyebab sakitnya Alana adalah kecemasan yang berlebihan. Hal itulah yang membuat asam lambung Alana naik.

Mendengar cerita Alana itu, saya langsung teringat kisah cinta dahulu. Memiliki rekan kerja yang menjadi kekasih bukanlah perkara mudah. Lebih banyak dukanya dibandingkan sukanya. Mungkin inilah yang dirasakan Alana. Di satu sisi ia begitu mengharapkan Radit bisa menjadi suaminya, secara Radit sudah dekat sekali dengan keluarganya. Namun di sisi lain, Alana tak sanggup menerima kenyataan bahwa laki-laki yang dicintainya itu mudah sekali jatuh cinta dengan perempuan lain.

Yang ada di pikiran Alana hanyalah kekhawatiran. Bila saat pacaran Radit sudah berulang kali menyakiti hatinya, bagaimana nanti setelah mereka menikah? Bukan tidak mungkin Radit akan semakin menggila dengan sifat tebar pesonanya itu. Radit paham sekali akan dirinya yang disukai banyak perempuan.

Alana akhirnya menyerah. Ia tak sanggup lagi melanjutkan kisah cintanya dengan Radit. Ia tak mau tubuhnya ‘habis' hanya karena cintanya terhadap Radit.  Bobot tubuh Alana semakin menyusut. Sejak menjadi pacar Radit, Alana merasa telah kehilangan rasa percaya diri. Ibunda Alana belakangan mengetahui penyebab rapuhnya psikis dan fisik Alana. Ia kini berbalik membenci Radit karena menyebabkan putrinya menderita kekecewaan sekian lama.

Ternyata kekerasaan saat masa pacaran tak melulu disebabkan kekerasan fisik. Kejadian yang menimpa Alana merupakan bukti bahwa kekerasan psikis tak kalah menakutkan. Memiliki kekasih seperti Radit yang digilai banyak perempuan ternyata berdampak pada psikis Alana. Ketakutan akan kehilangan Radit, kekecewaan, kegelisahan dan kecemburuan yang membaur menjadi satu itulah penyebab rapuhnya psikis Alana. Dan risikonya pun berujung pada fisik Alana.

Hati yang tersakiti ternyata mampu meluluhlantakkan perasaan dan fisik seorang perempuan.  Kekerasan psikis seperti ini bisa mengakibatkan berkembangnya rasa ketakutan yang berlebihan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan rasa tidak berdaya dalam mengungkapkan kekecewaan.

Cinta memang berhubungan dengan hati. Hal itu sudah pasti karena di dalam hati terdapat unsur keindahan, semangat dan kebahagiaan. Saat orang jatuh cinta, banyak yang meletakkan posisi kebersamaan dan penerimaan cinta sebagai titik tertinggi dari keindahan, semangat dan kebahagiaan. Saat merasakan kekecewaan dan kesedihan karena orang yang dicintai ternyata cintanya tak seperti yang diharapkan, seketika itu juga hati akan hancur dan sangat menderita. Apalagi membayangkan kebersamaan dengan orang yang dicintai akan berakhir. Oleh karena itu, bijaklah dalam menempatkan hati.

Saya selalu menyarankan pada orang-orang terdekat saya, agar saat pacaran mereka tidak memberikan cinta 100%. Berikan cinta itu  hanya 25% saja. Mengapa? Bila kita mencurahkan full cinta dan perhatian kita pada laki-laki yang belum tentu menjadi pasangan hidup kita, bila hubungan cinta itu berakhir maka tak ada lagi yang tersisa selain kekecewaan yang mendalam.

**********

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun