[caption id="attachment_179486" align="alignnone" width="600" caption="Doc: kampus.okezone.com"][/caption]
Tiga bulan setelah lulus SMK, saya termasuk orang yang beruntung karena bisa segera mendapatkan pekerjaan di sebuah kantor Notaris terkemuka di Jakarta Selatan. Banyak teman saya yang mengambil kuliah di STAN ataupun di Fakultas Ekonomi. Sekalipun bidang pekerjaan saya sama sekali berbeda dengan ilmu kejuruan saya di sekolah, hal itu tak lantas membuat saya malas untuk mempelajari ilmu hukum.
Setelah satu tahun bekerja, saya pun memberanikan diri meminta izin pada pimpinan saya untuk melanjutkan pendidikan (kuliah). Saat itu pimpinan mengira bahwa saya akan mengambil kuliah jurusan Ekonomi sesuai dengan bidang pendidikan SMK saya. Saya katakan bahwa saya berniat mengambil jurusan Fakultas Hukum di sebuah Universitas swasta di kawasan Ciputat, Tangerang.
Mendengar keinginan saya untuk kuliah di Fakultas Hukum, pimpinan saya terkesima. Ia sama sekali tak menyangka saya justru tertarik mengambil jurusan hukum. Alasan saya hanya satu, karena saya mencintai pekerjaan saya dan saya butuh ilmu yang bisa menunjang karir saya di masa depan.
Saya pun diperbolehkan bekerja sambil kuliah. Saya bekerja hingga pukul 15.00 WIB. Selepas sholat Ashar, saya berangkat kuliah. Sebenarnya jam kuliah mulai pukul 16.00 WIB. Jarak kantor dan kampus lumayan jauh, naik kendaraan umum pula. Belum lagi di sore hari macetnya minta ampun! Jangan ditanya lelahnya seperti apa. Namun rasa lelah itu tak saya hiraukan.
Ternyata semangat dalam jiwa saya jauh lebih besar dibandingkan rasa lelah karena sejak pagi hingga malam hari berada di luar rumah. Alhasil setiap kuliah yang saya ikuti begitu menyenangkan bagi saya. Karena apa? Selain mengejar ilmu, cintapun mulai bersemi di kampus! Waktu itu saya sempat menjalin hubungan dengan teman kuliah saya. Rasa lelah pun nyaris tak terasa!
Seorang rekan kerja saya di kantor bertanya, kapan waktunya belajar kalau paginya bekerja? Saya katakan, bila kita mau dan niat, kapanpun dan dimanapun, kita tentu bisa meluangkan waktu untuk belajar. Lelah bekerja tak lantas membuat saya malas untuk belajar. Saat jam istirahat di kantor, selesai makan dan sholat, saya bisa membaca buku. Saat macet di kendaraan umum, itupun saya manfaatkan membaca buku. Sehabis sholat Subuh, saya pun masih memiliki waktu luang untuk belajar.
Pernah juga seorang teman kuliah saya berceloteh, "Ngapain sih capek-capek belajar, toh kita sudah bekerja. Kuliah bukan untuk mengejar nilai, tapi mengejar gelar. Asal deket sama Dosen aja, urusan gampang koq". Wew! Sungguh pendapat yang menyesatkan! saya sama sekali tak setuju. Dia memang jarang mengikuti kuliah. Sekalipun datang ke kampus, paling-paling dia hanya 'nongkrong' di kantin, setelah itu titip absen pada seorang teman. Dia baru 'nongol' lagi seminggu sebelum ujian. Tak heran bila ia berargumen kuliah hanya mengejar gelar semata.
Bagi saya, keputusan untuk kuliah adalah mengejar kesempatan mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Bukan semata-mata mengejar gelar. Dimana letak kepuasannya? Lulus kuliah hanya mendapatkan gelar namun tak mendapatkan ilmu. Amat sangat disayangkan bila kesempatan itu disia-siakan.
Saat ujian tiba, disitulah kemampuan kita teruji. Sampai sejauh mana saya memahami materi yang diberikan dosen. Berkat ketekunan dan kemauan saya untuk bisa mendapatkan nilai baik saat ujian, rasanya tak percuma kerja keras bekerja dan belajar selama ini. Sekalipun tidak meraih predikat 'cumlaude', Alhamdulillah saya bisa mendapat IPK yang cukup memuaskan 3,35 dan lulus tepat waktu.
Ada kepuasan tersendiri ketika kita melihat hasil kerja keras kita membuahkan hasil. Nilai IPK yang sangat memuaskan dan gelar sarjana yang kita dapatkan. Bila kita menghargai segenap jerih payah kita sendiri, tentulah orang lain juga akan menghargai usaha kita.
Bila kita mau, tak ada istilah 'terlambat' untuk melanjutkan pendidikan sekalipun pekerjaan mapan sudah di tangan. Memang godaan rasa malas kerap menyerang. Kuatir lelah bila kuliah sambil bekerja, atau tak sanggup bila harus belajar siang dan malam. Apalagi saat mempersiapkan skripsi. Rasanya tenaga sudah tak ada lagi yang tersisa.
Bila saya bisa, anda pun pasti bisa. Asal kita tahu kuncinya, ada hal-hal yang bisa memicu agar semangat kuliah sambil bekerja tetap menyala. Selain itu kita bisa mendapatkan nilai IPK yang tak sekedar asal alias pas-pasan. Caranya?
1. Cintai pekerjaan Kita.
Bila kita mencintai pekerjaan, otomatis kita ingin memiliki skill yang mendukung pekerjaan. Akibatnya, kita akan semangat mencari ilmu (kuliah) di jurusan yang menunjang pekerjaan kita. Selain itu jalani peran ganda kita, bekerja sambil kuliah dengan hati ikhlas dan gembira. Efeknya, kita takkan merasa terbebani karena harus menjalani dua peran tersebut.
2. Ciptakan romansa di kampus demi memacu semangat.
Ibarat sekali mendayung, satu dua pulau terlampaui. Itulah yang menjadi prinsip hidup saya. Agar tak terlalu merasakan lelahnya kuliah di sore hari, tak ada salahnya bila memiliki kedekatan dengan lawan jenis. Ternyata hal itu sangat berefek pada semangat kita. Setiap harinya berangkat kuliah dengan 2 tujuan. Pertama mencari ilmu, dan yang kedua bisa bertemu tambatan hati.
3. Hindari prinsip kuliah demi mengejar gelar semata.
Bila kita sejak awal menanamkan keyakinan dalam hati bahwa niat kita kuliah adalah mencari ilmu. Ilmu yang bisa mendukung pekerjaan kita di kantor. Saat kita lulus kuliah, otomatis gelar pun akan kita dapatkan. Bukankah kita akan lebih puas bila mendapatkan nilai IPK yang memuaskan selain ilmu dan gelar yang kita dapatkan. Lelah bekerja bukanlah alasan kita mendapat nilai IPK yang pas-pasan. Kuliah dan buku, dua hal yang tak bisa dipisahkan. Bila kita bertekad, kita bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk sekedar membuka buku.
4. Hargai kerja keras kita.
Bekerja sambil kuliah mutlak diperlukan usaha dan kerja keras. Mungkin tidak semua orang mau melakukannya, harus berlelah diri bekerja di pagi hari dan kuliah di malam hari. Bila kita tak menghargai semua upaya kita bekerja mencari uang demi bisa melanjutkan kuliah, apa jadinya bila kita hanya bersantai-santai tak mau belajar, hanya mengandalkan kebaikan dosen saja. Tentunya hal itu tak memiliki nilai plus buat kita. Tak ada kebanggaan di sana. Ingatlah, biaya kuliah itu tidaklah murah! Hargailah setiap usaha dan kerja keras kita. InsyaAllah akan terwujud semua yang kita harapkan.
5. Tetap bersikap profesional
Saat menghadapi Ujian Tengah Semester (UTS) atau Ujian Akhir Semester, sebaiknya tetap fokus dengan apa yang kita jalani. Saat berada di kampus, usahakan untuk konsentrasi dan tetap bersikap profesional saat di tempat kerja. Asal kita bisa bijak memanfaatkan waktu dengan baik, jadwal belajar pun takkan kepepet. Selain itu, hindari sering mengeluh karena lelah. Ini adalah konsekwensi atas pilihan kita, bekerja sambil kuliah. Usahakan agar keduanya tetap sejalan.
6. Luangkan waktu sejenak untuk refreshing.
Di sela-sela kesibukan kita bekerja dan kuliah, tetaplah luangkan waktu saat liburan untuk memanjakan diri dan me-refresh otak dan pikiran kita. Tentunya kita tak ingin terserang stress bila setiap saat berkutat dengan aktivitas pekerjaan dan materi kuliah yang tiada habisnya. Sebisa mungkin, jangan abaikan waktu untuk berisitirahat. Hal ini ternyata cukup efektif untuk membangkitkan kembali mood, motivasi dan semangat kita.
*********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H