Mohon tunggu...
Ella Zulaeha
Ella Zulaeha Mohon Tunggu... Self Employed -

Jadikan sabar dan sholat senagai penolongmu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Diet dan Bulimia Telah Merenggut Nyawa Sahabatku!

8 Juli 2011   11:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50 12545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat mengetahui seorang sahabat Kompasianer cantik dan ramah, mbak Tyas terbaring tak berdaya akibat sakit Leukemia, hati saya sangat sedih. Tak terasa airmata saya mengalir membayangkan begitu berat penderitaannya. Semoga Tuhan Yang Maha Penyayang segera mengangkat penyakit mbak Tyas. DIA Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hambaNYA. Semoga sakitnya mbak Tyas bisa menghapus segala dosa-dosanya yang telah lalu. Amin.

Sakit yang menimpa mbak Tyas mengingatkan saya kepada seorang sahabat. Sebut saja namanya Intan. Saya dan Intan bersahabat sejak kami duduk di bangku Sekolah Dasar. Kami tumbuh besar bersama. Kami terpisah saat Intan mengambil sekolah Perawat di salah satu Rumah Sakit ternama di Jakarta. Pergaulan Intan berubah drastis ketika tinggal di mess Sekolah Perawat itu. Intan yang dulu saya kenal lugu, berubah menjadi gadis yang hobi ‘dugem', perokok, dan sangat memperhatikan penampilan terutama bentuk tubuhnya.

Intan gadis manis yang sederhana itu kini tampil ‘nyentrik' dan modis. Pernah suatu ketika Intan mengajak saya untuk clubbing di sebuah diskotik di kawasan Jakarta Timur. Sebenarnya saya sudah menolak, namun Intan terus membujuk saya. Itu kali pertama saya menginjakkan kaki di sebuah diskotik. Saya mencoba memahami dan memaklumi gejolak muda Intan kala itu. Pencarian jati dirinya masih belum terarah. Sebagai sahabat, saya hanya bisa mengingatkan agar Intan kembali seperti Intan yang dulu saya kenal.

Ketika Intan jatuh cinta, dia juga sering curhat kepada saya. Kekasih Intan ternyata seorang yang perfeksionis. Pria itu menginginkan Intan menjaga bentuk tubuhnya agar tetap ideal. Intan seperti terobsesi ingin membahagiakan kekasihnya itu. Namun hubungan mereka itu justru awal dari petaka bagi kesehatan Intan. Mungkin karena terlalu cinta atau takut ditinggalkan kekasihnya, Intan pun bersusah payah untuk terus menjaga berat badannya. Diet ketat pun mulai ia lakukan. Yang lebih mencengangkan, setiap kali Intan makan agak banyak, beberapa saat setelah makanan itu masuk ke dalam perutnya, Intan segera ke kamar kecil untuk ‘membuang' kembali isi perutnya. Miris sekali hati saya melihat apa yang dilakukan Intan. Apa yang dialami Intan bisa disebut sebagai penderita ‘Bulimia'.

Kebiasaan Intan itu ternyata berlangsung cukup lama hingga ia lulus sekolah Perawat. Lulus dari sekolah Perawat, Intan melanjutkan kuliah kebidanan. Namun sayangnya, hubungan Intan dengan kekasihnya itu kandas di tengah jalan. Intan sedih dan kecewa. Ia merasa gagal mendapatkan cinta kekasihnya itu. Yang lebih parah, ia menyalahkan dirinya sendiri karena merasa gagal membahagiakan kekasihnya.

Ternyata kebiasaan buruk Intan berakibat dan berdampak beberapa tahun kemudian setelah Intan menikah dan memiliki seorang anak. Keluhan demi keluhan selalu dialami Intan. Intan mengalami gangguan pencernaan yang cukup parah. Dan itu menyerang usus besarnya. Intan sama sekali tidak menyangka efek dari kebiasaan buruknya di masa lalu akan menghantuinya terus menerus. Sakit yang diderita Intan semakin parah. Ketika dokter memvonis Intan dengan penyakit Kanker Usus Stadium lanjut, Intan sangat histeris. Namun kenyataan sepahit apapun harus ia terima. Intan pasrah. Ia hanya bisa menangis dan menangis. Terlebih melihat puterinya yang masih berusia 3 tahun. Intan membayangkan seandainya usianya tidak panjang, bagaimana nasib puteri kecilnya itu. Kemoterapi pun mulai ia jalani.

Terakhir saya bertemu Intan adalah saat Intan menghadiri resepsi pernikahan saya. Saya amat kaget melihat pemandangan yang saya lihat. Tubuh indah Intan berubah. Ia nampak kurus, kulitnya hitam dan rambutnya rontok. Dia memeluk saya dan menangis. Saya hanya bisa membesarkan hati Intan dan menguatkannya agar ia tabah menjalani semuanya. Yang lebih mengagetkan adalah, saat itu Intan tengah hamil anak kedua. Usia kandungan Intan sudah 5 bulan. Intan bercerita, sebenarnya dokter melarangnya untuk hamil lagi mengingat kondisi Intan yang semakin memburuk akibat kanker ususnya. Namun Intan bertekad untuk melanjutkan kehamilannya. Meskipun ia tahu konsekwensi yang harus ia hadapi, kehilangan nyawanya.

Beberapa bulan kemudian kabar buruk itupun saya terima. Nana, adik Intan mengabarkan bahwa Intan telah berpulang seminggu pasca melahirkan. Intan sempat dioperasi untuk menangani kanker usus besarnya. Namun ternyata, nyawanya tak tertolong. Mendengar itu saya langsung terduduk lemas. Airmata saya mengalir deras. Namun sayangnya, berita itu saya ketahui setelah beberapa minggu Intan dikuburkan. Saya tak sempat melihat kondisi Intan untuk yang terakhir kalinya. Nana menceritakan betapa penderitaan Intan saat itu setelah melahirkan. Bahkan Intan tak sempat untuk menyusui bayinya. Ya Tuhan, mengapa begitu cepat ENGKAU memanggil sahabatku. Semoga Engkau memberikan tempat terindah untuknya. Amin.

Belajar dari kisah Intan, hendaknya kita para wanita, jangan pernah melakukan kesalahan yang sama dengan mengikuti semua kemauan pasangan anda, apalagi yang masih berstatus sebagai  ‘pacar'. Tentu anda akan merasa lebih nyaman dan bahagia apabila pasangan anda bisa menerima keadaan anda apa adanya. Carilah seseorang yang bisa menerima kekurangan dan kelebihan anda. Tak ada satupun manusia di dunia ini terlahir sempurna.

[caption id="attachment_118307" align="alignright" width="183" caption="Ilustrasi: Google Image"]

131012382254161539
131012382254161539
[/caption]

Apa yang dialami oleh sahabat saya sudah bisa dipastikan bahwa ia penderita ‘Bulimia'. Menurut dunia kesehatan, Bulimia adalah kelainan pola makan (gangguan makan) yang sering terjadi pada wanita dan sangat menyiksa. Si penderita kerapkali melakukan penyiksaan terhadap diri sendiri. Bulimia merupakan keadaan dimana seorang penderita makan secara berlebihan secara berulang-ulang (binge) dan kemudian kembali mengeluarkannya. Mengeluarkan makanan yang dimakan ini bisa melalui muntah yang biasanya diinduksi dengan obat pencahar, selain itu juga dengan mengeluarkannya lewat kencing dengan menggunakan obat diuretik.

Bulimia sangat berbahaya bagi tubuh. Gangguan atau kelainan pola makan tersebut dihasilkan oleh ketakutan bahwa tubuh akan menjadi gemuk setelah makan, dan ketakutan mental itu akan terpancar melalui penyiksaan fisik. Gejala umum bulimia seperti depresi, krisis kepercayaan diri yang rendah, penampilan yang tidak proporsional, hubungan keluarga yang terganggu, nafsu makan berkurang, sulit mengontrol emosi, mudah terjangkit penyakit, berat badan ringan, dan kekurangan nutrisi.

Selain makan berlebih, penderita bulimia juga cenderung melakukan diet yang sangat ketat dan olah raga yang berlebihan. Si penderita berusaha untuk membersihkan atau memuntahkan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Dan ini diperkirakan sebagai aksi untuk mengurangi rasa benci atau rasa bersalah karena sudah binge. Penderita terobsesi untuk membersihkan diri mereka dari makanan itu, sehingga makanan yang masuk tidak sempat terserap tubuh.

Penderita bulimia seringkali melakukan pesta makan, dan ini diduga terdorong oleh depresi atau stress yang berkaitan dengan berat badan, bentuk badan atau makanan. Mereka menganggap, makan merupakan kegiatan paling menyenangkan dan bisa menghilangkan depresi. Namun kebahagiaan itu hanya berlangsung sementara karena akhirnya mereka kembali membenci makanan serta marah atas kontrol diri terhadap pesta makan yang kurang. Kebencian inilah menjadi pemicu utamanya dari penderita bulimia.

Penelitian menunjukan bahwa kelainan psikologis ini juga disebabkan oleh proses kimiawi yang ada di dalam otak. Para ahli menduga bahwa kelainan neurotransmitter dalam otak, utamanya adalah neurotransmitter serotonin yang menjadi pemicu terjadinya penyakit bulimia nervosa ini. Namun dugaan awal ini masih belum bisa dijelaskan secara spesifik karena kompleksnya penyakit ini.

Akibat dan bahaya dari bulimia berdampak kepada organ tubuh. Organ tubuh akan rusak akibat pembersihan secara ekstrim ini antara lain adalah pembengkakan kelenjar ludah di pipi, masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau pembengkakan, asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan borok, pecah atau penyempitan dan terganggunya proses pencernaan akibat pencahar. Dan ini bisa mengakibatkan disfungsi organ pencernaan. Selain itu ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretik secara berlebih.

Namun bulimia yang diderita oleh sahabat saya ternyata mengarah kepada penyakit kanker usus besar (kanker kolon). Namun sejauh ini, penyebab kanker usus besar memang belum diketahui secara pasti. Diduga kuat pemicu yang berpotensi memunculkan penyakit kanker kolon ini antara lain akibat diet yang salah (terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan protein, serta rendah serat), jarang melakukan aktivitas fisik, sering mengkonsumsi bahan pengawet makanan maupun pewarna yang bukan untuk makanan, dan merokok..!!

Berdasarkan buku Panduan Pengelolaan Adenokarsinoma Kolorektal, dikatakan bahwa meskipun penelitian awal tidak menunjukkan hubungan merokok dengan kanker usus besar, namun penelitian terbaru menunjukkan, perokok jangka lama (30-40 tahun) mempunyai risiko berkisar 1,5-3 kali. Di Amerika Serikat diperkirakan 1 dari 5 kasus kanker usus besar mengarah kepada perokok. Karena itu untuk mencegah terkena kanker usus besar dianjurkan untuk tidak merokok.

Gejala kanker usus besar yang sering dikeluhkan penderita antara lain: 1. perdarahan pada usus besar yang ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar. 2. perubahan fungsi usus (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas, lebih dari 6 minggu. 3. penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. 4. rasa sakit di perut atau bagian belakang. 5. perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar. 6. rasa lelah yang terus-menerus 7. kadang-kadang kanker dapat menjadi penghalang dalam usus besar yang tampak pada beberapa gejala seperti sembelit, rasa sakit, dan rasa kembung di perut.

Terapi bedah merupakan salah satu cara yang efektif untuk menangani kanker usus besar. Namun, bila sudah terjadi metastasis (penyebaran), penanganan menjadi lebih sulit. Dengan berkembangnya kemoterapi dan radioterapi, memungkinkan penderita stadium lanjut atau pada kasus kekambuhan untuk menjalani terapi adjuvan. Terapi adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan setelah tindakan operasi pada pasien kanker stadium III guna membunuh sisa-sisa sel kanker. Terapi adjuvan bisa dilakukan tanpa suntik (infus), melainkan dengan oral/tablet (Capacitabine). Capacitabine tablet memungkinkan pasien menjalani kemoterapi di rumah. Capacitabine juga merupakan kemoterapi oral yang aman dan bekerja sampai ke sel kanker.

Mencegah akan jauh lebih baik daripada mengobati. Untuk menghindari terkena kanker usus besar lakukan upaya pencegahan.  Pencegahan menurut dr. Adil S Pasaribu SpB KBD, spesialis bedah dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, sebaiknya anda menghindari makanan tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah. Sering mengkonsumsi kalsium dan asam folat. Setelah menjalani polipektomi adenoma disarankan pemberian suplemen kalsium. Selain itu tambahkan suplementasi vitamin E, dan D. Makan buah dan sayuran setiap hari. Pertahankan Indeks Massa Tubuh antara 18,5 - 25,0 kg/m2 sepanjang hidup. Lakukanlah aktivitas fisik, seperti jalan cepat setidaknya 30 menit sehari. Hindari kebiasaan merokok. Segera lakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya polip. Dan terakhir, lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun.

Sedangkan menurut dr. Aru W Sudoyo, Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik dari FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, bagi mereka yang telah mengalami gejala, seperti perdarahan pada saat buang air besar dan tertutupnya jalan usus atau penyumbatan, deteksi dini sangat disarankan. Salah satu penyebab terjadinya kanker usus besar (kanker kolon) adalah akibat pola makan yang salah. Umumnya kanker ini bergerak secara perlahan-lahan dan diam-diam. Memerlukan waktu sekitar 15-20 tahun untuk berkembang, sehingga sangat penting untuk terdeteksi secara dini.

Semoga kisah di atas dapat membuka cakrawala hati anda mengenai pentingnya kesehatan. Memiliki tubuh ideal dan proporsional adalah dambaan setiap insan. Namun alangkah lebih indah bila tubuh yang ideal ini memiliki kesehatan yang prima tanpa mengorbankan diri hanya untuk menyenangkan orang lain. Sehat itu mahal harganya. Jagalah kesehatan anda dengan baik. Sayangi diri anda. Anda begitu berharga dan pantas mendapatkan seseorang yang juga menghargai diri anda dan menerima anda apa adanya.

***********

Sumber mengenai Bulimia dan kanker kolon: dari berbagai media

Silakan kunjungi tulisan lainnya: Ella Zulaeha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun