5. Pentingnya Aspek Fisik dan pesona seksual isteri
Masih menurut Chhabria, perbedaan antara pria dan wanita adalah pada persepsi bahwa laki-laki membutuhkan seks untuk cinta dan wanita membutuhkan cinta untuk seks. Aspek fisik sangat penting. Itulah yang membuat perkawinan berbeda dari semua hubungan. Ketika pasangan mampu memanjakan secara fisik, tentu aspek emosional secara otomatis ikut berperan. Pujilah pasangan anda ketika ia berpenampilan menarik. Suami akan merasa sangat dihargai dan bahagia bila pasangannya bangga memiliki pendamping sepertinya.
6. Beri kebebasan dan kepercayaan kepada pasangan anda
Apabila anda bersikap mencurigai suami terus-menerus, hal itu tentu bisa membuatnya merasa tak nyaman dan tidak betah berlama-lama di dekat anda. Berikan ia waktu untuk dirinya sendiri. Atau biarkan ia tetap sibuk dengan dunia kerjanya ataupun dengan hobi dan teman-temannya. Asalkan, waktu bersama dengan anda tetap menjadi prioritas baginya. Beri kepercayaan kepadanya. Kepercayaan yang anda berikan, ternyata mampu menjadi benteng kekuatan hatinya. Percayalah, ia takkan sampai hati untuk mengkhianati kepercayaan yang anda berikan dengan tulus. Dan yang terpenting, selalu berpikir positif tentang dirinya. Hal ini akan membuat pria merasa lebih dihargai dan membuatnya semakin menyayangi anda.
7. Komitmen Menjaga Kesetiaan
Dalam pernikahan, kesetiaan bukan hanya sekedar berada di sampingnya, namun menjaga kemuliaan, akal, jaminan hidup, keilmuan, keselamatan jiwa dan keturunan. Dengan senantiasa berupaya menjaga komitmen kesetiaan kita pada pasangan, niscaya bahtera rumah tangga yang dijalani akan senantiasa kuat walau badai menerjang. Di sinilah pentingnya memahami arti sebuah komitmen perkawinan. Selama ini komitmen perkawinan dipahami sebatas tingkat keinginan seseorang untuk bertahan dalam perkawinannya.
Menurut Michael P Johnson, penggagas teori komitmen perkawinan dari The Pennsylvania State University, komitmen perkawinan perlu dipahami dalam 3 bentuk:
(i) komitmen personal, yaitu keinginan bertahan karena cinta kepada pasangan dan perasaan puas terhadap hubungan itu sendiri. (ii) komitmen moral, yaitu rasa bertanggung jawab secara moral baik kepada pasangan maupun janji perkawinan. (iii) komitmen struktural yang berbicara mengenai komitmen untuk bertahan dalam suatu hubungan karena alasan-alasan struktural seperti yang disebutkan di atas.
Mereka yang bertahan karena alasan yang disebutkan di atas adalah orang yang memiliki komitmen moral dan struktural yang tinggi, namun komitmen personalnya rendah. Komitmen moral dan struktural memegang peranan kunci ketika seseorang hendak memutuskan bercerai. Kedua komitmen tersebut dapat membuat pasangan menghindari perceraian, namun memiliki keduanya tidak menjamin kebahagiaan dalam pernikahan.
Orang yang memiliki keduanya tetapi tidak memiliki komitmen personal, akan mengeluhkan betapa hampanya pernikahan yang mereka jalani. Suatu pernikahan tak akan lepas dari suatu konflik. Bila tidak adanya lagi rasa tertarik terhadap hubungan dan pasangan, masing-masing dapat kehilangan minat untuk menyelesaikan konflik tersebut. Akhirnya pasangan itu rentan terhadap perselingkuhan.
8. Keterbukaan dan kejujuran