Mohon tunggu...
Ella Zulaeha
Ella Zulaeha Mohon Tunggu... Self Employed -

Jadikan sabar dan sholat senagai penolongmu

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengapa IRT Perlu Memiliki Penghasilan Sendiri ?

23 Juli 2014   21:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:26 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="524" caption="Usaha Kecil Menengah | Kompasiana (Kompas.com, Heru Sri Kumoro)"][/caption]

Saat seorang wanita berkarier kemudian menikah dan memiliki anak, ia dihadapkan pada sebuah pilihan: tetap berkarier namun harus meninggalkan anak ataukah total menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan pekerjaannya? Dilema. Namun pilihan itu harus tetap diambil.

Bagi sebagian wanita yang pada akhirnya memutuskan berhenti bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) tentunya akan merasakan 'hampa' ketika ia bekerja memiliki penghasilan sendiri, terbiasa pegang uang sendiri, kini hanya mengandalkan penghasilan suami.

Saat masih bekerja, mau beli ini itu bisa dilakukan tanpa harus menunggu persetujuan suami. Kini saat menjadi IRT, bilapun ingin membelanjakan kebutuhan pribadi, harus mempertimbangkan apakah dana yang diberikan suami cukup untuk sebulan?

Menjadi IRT kita dituntut cerdas memutar otak mencari cara bagaimana agar uang pemberian suami cukup untuk membayar serentetan tagihan, seperti uang SPP anak, listrik, telepon, iuran bulanan RT, arisan, cicilan mobil atau cicilan rumah. Belum lagi untuk belanja bulanan dan belanja harian. Berapa besar yang harus kita keluarkan setiap bulannya?

Sekedar sharing pengalaman yang dialami oleh seorang wanita yang saya kenal. Sebut saja namanya Tuti. Saat masih lajang, Tuti bekerja di sebuah restoran siap saji di Jakarta. Beberapa tahun kemudian ia pindah kerja di sebuah cafe. Ia mengenal suaminya saat berangkat kerja. Singkat cerita mereka akhirnya menikah.

Saat memiliki anak, Tuti bingung luar biasa karena ia harus meninggalkan anak petamanya yang masih berusia 4 bulan. Penghasilan suami Tuti juga tak seberapa sehingga menuntut Tuti untuk terus bekerja. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari asisten Rumah Tangga agar si baby bisa diurus saat Tuti bekerja.

Beberapa bulan memiliki ART, Tuti merasa berat karena belum sebulan uangnya sudah habis padahal ia harus membayar gaji ART tersebut. Akhirnya Tuti memutuskan untuk berhenti bekerja dan total menjadi IRT.

Masih dalam kebingungannya, Tuti berusaha mengelola uang yang diberikan suaminya setiap bulan. Ia harus memutar otak bagaimana uang yang tak seberapa itu bisa mencukupi kehidupan mereka. Yang sangat disayangkan, Tuti hanya mengandalkan gaji suami. Ia tak tergerak untuk memiliki penghaasilan sendiri padahal profesi IRT bisa dilakukan sambil memulai bisnis rumahan apapun bentuknya.

Waktu berlalu begitu cepat. Saat suami Tuti memiliki kedudukan penting di perusahaannya. Otomatis penghasilan suami Tuti pun meningkat. Sampai pada akhirnya suami Tuti bisa membeli sebuah mobil. Taraf kehidupan mereka pun ikut meningkat.

Ternyata uang berlimpah justru menjadikan ujian bagi Tuti. Saat sang suami yang memiliki uang lebih mulai 'main mata' dengan wanita lain. Godaan demi godaan tak mampu ditepis. Suami Tuti ternyata telah menikah siri dengan WIL nya itu. Bagai disambar petir Tuti mendengar pengakuan suaminya.

Dengan derai airmata Tuti menceritakan kegalauan hatinya. Sesungguhnya ia tak bisa menerima perlakuan suaminya. Ia tak rela dimadu. Namun Tuti tak berani menggugat cerai karena ia bingung dengan cara apa menafkahi anaknya. Ia hanya seorang IRT tanpa penghasilan. Ia tak terdaya.

Dengan sangat terpaksa ia merelakan dirinya dimadu. Meski hatinya sakit teriris-iris, ia hanya bisa tabah. Setiap bulannya masih terus menanti iba suaminya agar tetap memberikan nafkah untuk anak-anaknya.

Kisah Tuti adalah satu kisah yang terjadi dalam kehidupan manusia. Tentu ada hikmah yang bisa kita ambil. Kegalauan hati Tuti yang berkepanjangan takkan terjadi jika sejak awal ia bisa mandiri. Berusaha menopang dirinya dengan kemampuan yang ia miliki agar bisa mendapatkan penghasilan sendiri dan tidak hanya mengandalkan gaji suami.

Kita tentu sangat berhadap kejadian yang dialami Tuti tak pernah kita alami. Namun apa salahnya jika sebagai IRT kita pun memiliki peran penting dalam keluarga. Pasangan akan lebih menghargai kita jika kita bisa mengelola keuangan rumah tangga dengan cerdas tanpa harus membebankan suami seorang diri mencari nafkah. Satu hal lagi, tidak semua suami perilakunya seperti suaminya Tuti ya :D.

Jika suami mengizinkan, ikhlas, ridho istrinya memiliki kesibukan lain yang bisa menghasilkan uang di samping kesibukannya mengurus rumah tangga, maka kita bisa mulai menjalankan bisnis rumahan. Kita bisa lihat sejauh mana kemampuan kita.

Begitu banyak aneka ide bisnis rumahan yang bisa kita lakukan. Mungkin ide ini bisa menjadi inspirasi kita :

1. Membuat makanan

Bagi bunda selama ini pandai memasak, bisa membuka catering dan menawarkan ke kantor-kantor. Bagi yang pandai membuat kue juga bisa menawarkan kue buatannya kepada kerabat atau tetangga yang barangkali berminat memesan. Tak ada salahnya juga menitipkan dagangannya di toko-toko. Bisa juga menjual lauk matang. Sebagian besar IRT yang sibuk antar jemput anak sekolah biasanya tak sempat masak, manfaatkan celah ini untuk menawarkan dagangan anda.

2. Merancang dan membuat busana trendy

Bagi yang mahir menjahit, bisa mencoba rancangan busana yang menarik. Otomatis orderan akan berdatangan untuk membuat busana serupa atau model yang lebih cantik lagi. Rancangan baju muslim pun bisa menjadi pilihan. Selain bisa mengembangkan hobi, aktivitas ini juga bisa menghasilkan uang.

3. Melirik bisnis MLM.

Bisnis MLM kini makin menjamur. Kita bisa mulai melirik bisnis ini, caranya pun mudah. Cukup menawarkan melalui brosur atau katalog, aneka produk bisa kita tawarkan. Ada produk kecantikan, produk rumah tangga ataupun aneka kebutuhan perempuan.

4. Mencoba bisnis Online atau jualan online.

Tak ada salahnya mencoba bisnis online (seperti yang saat ini saya tekuni), seperti busana muslim, hijab yang sedang trend, aksesoris, tas, sepatu dll. Hanya saja bisnis ini kita butuh perangkat atau wadah untuk melancarkan bisnis ini. Perlu smartphone, perlu jaringan internet, perlu pulsa. Jika bisnis sudah berkembang bolehlah membuat website. Selain itu kita juga harus berusaha menambah jaringan pertemanan yang banyak, baik di media sosial ataupun di lingkungan sekitar.

5. Menjadi guru privat di rumah.

Jangan sia-siakan ilmu yang kita dapatkan di bangku kuliah. Manfaatkan ilmu yang kita miliki sebagai lahan untuk mendapatkan penghasilan. Menjadi guru privat bisa menjadi pilihan. Bagi yang menguasai bahasa Inggris ataupun Matematika, bisa menjadi guru privat bagi siswa SD atau SMP. 6. Membuat souvenir atau kerajinan tangan.

Bagi yang memiliki kemampuan kreativitas unik, hobi ini bisa menjadi penghasilan. Souvenir handmade bisa jadi andalan untuk ditawarkan kepada mereka yang hendak membuat pesta, seperti ulang tahun atau perkawinan.

7. Membuka kursus kecantikan.

Bagi wanita yang gemar berdandan, keahlian ini bisa juga dijadikan sarana untuk mendapatkan penghasilan. Dengan membuka kursus merias wajah bagi ibu rumah tangga atau remaja putri.

Masih banyak usaha rumahan lainnya yang bisa dijadikan sumber penghasilan asal kita gigih dan tekun, Insya Allah akan ada jalan. Jangan pernah merasa malu menjalani bisnis rumahan ini. Orang akan lebih menghargai usaha kita ketimbang hanya berdiam diri. Yang penting ada kemauan untuk berusaha. Yuuk jadi IRT yang mandiri dan memiliki penghasilan sendiri demi membantu perekonomian keluarga kita.

Salam hangat.

*maaf nulisnya kepanjangan :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun