Aneh ya, yang ngagolernya kan kami, para penyewa buku, tapi yang dijuluki Si Goler malahan yang menyewakannya. Nggak tahu apa tuh alasannya bisa begitu, aku lupa. Hehehe...
Nah, jaman sekarang istilah ngabuburit maknanya menyempit. Kata itu dipakai oleh hampir semua orang di bumi Indonesia, yang mengartikannya sebagai kegiatan mengisi waktu sampai tiba saatnya berbuka puasa.Bahkan bukan hanya maknanya saja yang bergeser, tetapi kegiatan yang dilakukan selama ngabuburit( menunggu saat berbuka puasa) itu pun sekarang sudah berubah. Setidaknya yang kulihat sendiri dari kacamataku, yang terjadi di kampungku(dulu...), yang sekarang tampilannya sudah setengah kota. Sawah di belakang rumah sudah tidak ada, kebun buah-buahan tinggal sepetak. Begitu juga kolam ikan, walaupun masih ada tapi sudah tidak bisa dipakai untuk bermain rakit lagi saking kecilnya kolam itu.
Tradisi ngabuburitnya memang sudah tak bisa dilepaskan dari bulan Ramadan. Tetapi kegiatan untuk mengisi Ngabuburit itu sekarang sudah jauh berbeda.Anak-anak dan remaja tak lagi tertarik main congklak, beklen atau halma karena sudah ada berbagai macam game yang bisa diakses dari berbagai perangkat modern di rumah atau menonton televisi seharian. Kalaupun ngabuburit di luar rumah, kegiatannya seperti menyalakan petasan yang membuat dirinya senang, tapi membuat orang lain terganggu. Jalan-jalan bergerombol ke pasar kue musiman mencari makanan untuk berbuka puasa. Ada yang konvoi berkendaraan motor berboncengan dengan pasangannya menuju pusat keramaian di mana saja. Bahkan ada juga yang uji nyali dengan kebut-kebutan di arena balapan liar. Sehingga aktivitas ngabuburit itu tidak ada kaitan langsung dengan maksud diwajibkannya ibadah Saum.
Kegiatan ngabuburit lebih banyak madaratnya daripada manfaatnya. Padahal banyak kegiatan menyenangkan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja di masa lalu, yang bisa dilakukan oleh anak-anak dan remaja sekarang untuk mengisi waktu menunggu datangnyamagrib, yang menandakan waktunya untuk berbuka puasa itu
Mau diisi dengan kegiatan jalan-jalan? Tidak apa-apa, tapi jalan-jalannya itu tujuannya dialihkan ke perpustakaan atau taman bacaan untuk baca buku yang bermanfaat. Bisa juga ke museum dan tempat- tempat bersejarah. Bersilaturahmi ke tokoh masyarakat/ orang yang dituakan yang ada di sekitar tempat tinggal kita. Biasanya mereka senang sekali, jika ada yang mengajak ngobrol dan menanyakan tentang pengalaman hidupnya. Dari obrolan itu, kita akan banyak mendapat pelajaran hidup untuk bekal hidup kita di masa kini dan ke depan. Silakan pilih sendiri atau gali kreativitas kita sesuai dengan minat dan kondisi sosial ekonomi kita.
Ngabuburit sebaiknya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, dalam arti mendatangkan pahala tambahan di bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Di mana setiap ibadah yang kita lakukan akan mendapatkan nilai berlipat dibandingkan bila dilakukan di bulan yang lain. Oleh karena itu, jangan sampai kegiatan tambahan tersebut justru membuat ibadah utama kita di bulan Ramadan, yaitu Saum, menjadi berkurang nilainya atau malah jadi tekor. Karena kita tidak tahu apakah kita masih punya kesempatan untuk bertemu lagi dengan bulan Ramadan yang akan datang untuk memperbaikinya.
“Banyak orang yang puasa , mereka tidak mendapatkan apa-apamelainkan hanya rasa lapar dan haus saja.” H.R. Bukhari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H