Jurnalistik merupakan suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan atau berita kepada khalayak ramai (massa) melalui saluran media, baik, cetak maupun media elektronik. Jurnalistik sendiri mempunyai fungsi yang sangat penting seperti pemberi informasi, hiburan, kontrol sosial, dan mendidik masyarakat.
Saat ini jurnalistik mulai beralih dari era ekonomi ke era teknologi. Jurnalistik di era teknologi sangat menekankan pada kecepatan dalam menyampaikan berita dan seringkali mengabaikan nilai-nilai berita dan detail informasinya.
Wartawan sebagai produsen berita, selalu menekankan sisi kontroversial melalui berita yang diproduksinya. Hal itu disampaikan oleh Dr. Kuskridho Ambardi, MA dalam seminar dan konferensi nasional II : Bisnis, Media, dan Perdamaian di Kampus UPN ‘Veterean’ Yogyakarta (13/11).
“Bad news, is good news. Saat ini wartawan lebih banyak meliput konflik dan memberitakan konflik dibanding memberitakan berita yang bersifat perdamaian” ujar Kuskridho.
Menurut Kuskridho, dalam jurnalistik perdamaian penekanan peliputan lebih kedalam akar permasalahan dan konsekuensinya bukan menekankan pada terjadinya konflik tersebut. Berita dan konten yang dihasilkan juga lebih bersifat memberikan solusi daripada konflik. Misalkan foto – foto yang berisi kekerasan sebaiknya tidak digunakan karena hanya akan memprovokasi konflik tersebut.
Jurnalisme perdamaian merupakan ide penting untuk mengatasi konflik-konflik yang ada di Indonesia. Wartawan tidak hanya berperan sebaga pencatat berita, namun juga harus memikirkan konsekuensi dari beritanya terhadap masyarakat. Kampanye jurnalistik perdamaian merupakan solusi yang dapat mengubah cara dan bagaimana memproduksi berita yang tidak provokatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H