Mohon tunggu...
Khairil Akbar
Khairil Akbar Mohon Tunggu... -

Mahasiswa pada Program Magister Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia. Alumni Pengajar Muda Angkatan IX, Gerakan Indonesia Mengajar.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jejak Dakwah Muhammadiyah

28 Maret 2016   14:12 Diperbarui: 28 Maret 2016   14:34 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya teringat tentang suatu ayat yang berbicara soal pertanyaan "orang-orang yang kurang berfirkir". "Apa sih yang membuat mereka berpaling dari kiblat yang dulu mereka menghadap kesana?" tanya orang-orang yang kurang berakal itu. Seakan mereka ingin mengatakan, "Plin-plan banget sih. Dulu ke mana, sekarang kemana."

Lantas, Allah berkata, "Katakanlah (wahai Muhammad), milik Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk siapa yang Ia kehendaki kepada jalan yang lurus." Jawaban yang menunjukkan bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Berkehendak, dimana perintahNya mesti dituruti. Ya, hanya karena Allah memerintahkan, makanya muslim menghadap ke bait al-maqdis, atau kembali ke masjid al-haram.

Bukan tanpa hikmah, bahkan daun yang gugur sekalipun punya hikmah. Disini, tidak ada larangan menggali hikmah-hikmah tersebut. Namun, Tuhan tidak mendasarkan sesuatu pada hikmah tertentu. Justeru hikmah-hikmah tersebutlah yang bersandar pada ketetapan Allah.

Atas dasar ini, perintah Allah menjadi hal mutlak yang harus ditaati. Meski kita tidak tahu mengapa, atau belum tahu hikmahnya. Cukup bagi kita mengetahui bahwa perintah itu dari Allah. Itulah yang dahulu dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan terkait arah kiblat. Perintah Allah adalah menghadap ke masjid al-haram, sedangkan masjid-masjid banyaknya melenceng dan cenderung ke arah barat.

Berbekal ilmu falak/astronomi, akhirnya kiblat masjid banyak yang berubah dan menghadap ke ka'bah. Terutama masjid baru, tentu dilakukan pengukuran terlebih dahulu. Berbeda dengan masjid lama, masjid Kauman ini misalnya, akan terlihat jelas perubahan arah kiblat yang tidak sesuai dengan bangunannya.

Datanglah, dan saksikan jejak sejarah dakwah Muhammadiyah ketika mengamalkan firman Allah "فولّ وجهك شطر المسجد الحرام". Dulu orang-orang menolaknya, "yang penting itu hati ke Allah semata, bukan kiblat yang harus kesana", menurut mereka. Padahal, itu lain persoalan. Perintah-Nya jelas, "Palingkan wajahmu ke masjid al-haram", maka palingkanlah! Hati ya tetap ke Allah. 

Beginilah kurang lebih bagian dari jejak dakwah Muhammadiyah. Dakwah yang dulu dibenci namun kini dicintai. Dakwah yang dulu ditentang dan kini diidamkan. Dakwah yang dulu dianggap sesat sedangkan kini dirasakan begitu bermanfaat. Fastabiqu al-khairat.

Yogyakarta, Masjid Kauman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun