Â
Brigjen Polisi Badrodin Haiti saat jabat Kapolda Sulteng bersama AKBP Rudy Sufahriadisaat jabat Kapolres Poso (Foto: Dokumen)
Setelah menerima tongkat komando Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah , Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi berjanji dirinya akan memimpin langsung perburuan Pemimpin Mujahidin Indonesi Timur, pelaku teroris Poso Santoso alias Abu Wardah yang kini bersembunyi di pegunungan di Wilayah Kabupaten Poso.
"Tak ada target! Insya Allah saya dengan pasukan Polri dan TNI yang ada di hutan lebat akan mengejar dan menangkap hidup atau mati gembong teroris Poso Santoso dan pengikutnya “ Tegas mantan Kapolres Poso itu kepada wartawan di Palu saat tatap muka di Mapolda Sulawesi Tengah.
Kapolda Sulawesi Tengah itu  tidak menampik tugas yang diberikan Kapolri untuk menangkap Santoso alias Abu Wardah ini merupakan tugas yang berat.
"‎Jadi Kapolda Sulteng saya belum berencana ganti strategi yang sudah ada. Hal pasti saya akan pimpin langsung perburuan Santoso Cs, saya  akan kejar  kelompok teroris Poso ini dimanapun dia," katanya saat  tatap muka dengan wartawan di Mapolda Sulteng di Palu belum lama ini
Memburu kelompok teroris Poso Sulawesi Tengah Santoso alias Abu Warda tidak semuda membalik telapak tangan. Tak tanggung-tanggung pihak Polri menggelar operasi dengan sandi Camar Maleo I hingga Camar Maleo IV selama tahun 2014-2015 dengan menerjunkan ribuan personilnya bersam TNI  diwilayah hutan Gunung Biru Poso Pesisir sampai ke wilayah Lore Napu untuk menangkap tokoh  Mujahidin Indonesia Timur Santoso alias Abu Wardah dan pengikutnya
Bahkan TNI dengan ribuan pasukannya pernah melakukan operasi latihan di wilayah Gunung Biru, dengan tujuan bisa menangkap kelompok pelaku teroris di Poso Santoso, namun hingga operasi latihan itu berakhir, tak bisa juga menangkap Santoso.  Meskipun kemudian salah seorang dari kelompok Santoso, yaitu Daeng Koro alias Sabar Subagyo alias Daeng Koro  yang tewas saat baku tembak dengan aparat di pegunungan Sakina Jaya Desa Pangi Kecamatan  Parigi Utara Kabupaten Parimo Jumat 3 April 2015 membuat Kapolri Jenderal Badrodin Haiti datang ke Palu untuk melihat jasad pelaku aksi teror Poso yang meresahkan warga karena membunuh warga dan aparat.
Tahun 2016 ini  kembali Polri melanjutkan operasi memburu Santoso dengan sandi Operasi Tinombala menyertakan pasukan  anggota TNI. Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Rudy Sfahriadi menyatakan, personel polisi yang ada di Polda Sulawesi Tengah  sudah cukup.Sehingga menurut jenderal polisi bintang satu ini tidak perlu ada penambahan pasukan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
"Pokoknya bagaimana caranya Santoso akan saya tangkap, karena ini kan operasi gabungan dengan TNI. Walau memang di sana medannya berat, hutan belantara," ungkap mantan Kapolres Poso itu.
Kehadiran kelompok teroris Poso Santoso dan pengikutnya tak lepas dari masa lalu terjadi di tanah Sintuvu Maroso ini yakni konflik warga pada tahun 1998 membuat terjadinya korban jiwa dan korban harta benda yang  memporak porandakan slogan Sintuvu Maroso yang  bisa diartikan  bersatu kita teguh membangun Kabupaten Poso.
Tahun 2006 Brigjen Polisi Badrodin Haiti di percayakan memimpin Polda Sulawesi Tengah, menggantikan Brigjen Polisi Oegroseno dengan tugas utama melakukan eksekusi terpidana mati konflik Poso Febianus Tibo Cs dan mengamankan Poso dari sisa konflik dan juga adanya kelompok teroris. Dan saat itu yang menjabat Kapolres Poso adalah AKBP Rudy Sufahriadi. Sementara itu Kombes Polisi Tito Karnavian  menjabat Kapolres Serang ditugasi sebagai Dan Satgas Keamanan Poso. Dan saat itu kondisi keamanan Kabupaten Poso kembali relatif aman dan damai.
Setelah beberapa tahun kemudian, aksi teror kembali meletus di Poso tepatnya diwilayah Gunung Biru Poso Pesisir  dengan pelakunya kelompok Santoso dengan menelan korban jiwa sejumlah aparat Polisi  dan juga warga masyarakat didaerah itu.
Polri pun bertindak bersama jajaran Polda Sulawesi Tengah dengan menerjunkan personilnya. Saat ini justru waktu yang tepat untuk menuntaskan kamtibmas di Poso dari aksi teror kelompok Santoso, karena yang jabat Kapolri saat ini Jenderal Badrodin Haiti dulunya mantan Kapolda Sulawesi Tengah yang sebahagian besar dari tugasnya bahkan berkantor lebih banyak di Poso  Sulawesi Tengah untuk mengamankan Poso.
Saat ini yang jabat Kapolda Sulawesi Tengah adalah Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi mantan Kapolres Poso yang memiliki pengalaman dalam mengamankan Poso baik sisa konflik maupun aksi teroris. Bahkan dirinya dibrondong senjata dari kelompok aksi teroris di Poso.
Sebahagian besar warga Poso optimis bahwa aksi teroris kelompok Santoso alias Abu wardah bisa segera berakhir dan para pelaku bisa ditangkap hidup atau mati, dengan melihat sebahagian besar petinggi Polri memiliki pengalaman di Poso. Sepert Kepala BNPT Komjen Tito Karnavian, dan juga Asisten Operasi Polri Irjen Polisi Unggung Cahyono, juga mantan Kapolres Poso.
Namun Prof.Dr H Sulaiman Mamar MA Maha Guru Antropolgie Universitas Tadulako (Untad) Palu Kepolisian Negara RI sudah menggelar Operasi Camar Maleo hingga Ke IV tahun 2015 untuk memburu dan menangkap hidup atau mati kelompok teroris Poso Santoso Cs diwilayah  daerah bekas konflik  tahun 1998 Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Namun dari tahapan  operasi ini hanya Sabar Subagyo alias Daeng Koro  yang tewas saat baku tembak dengan aparat di pegunungan Sakina Jaya Desa Pangi Kecamatan  Parigi Utara Kabupaten Parimo Jumat (3/4). Namun dari operasi ini hingga kini kelompok teroris Poso Santoso Cs belum juga berhasil ditangkap hidup atau mati.
Guru Besar Antropologie  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako (Untad)  Prof Dr Sulaiman Mamar MA menyatakan pengejaran untuk menangkap hidup atau mati terhadap teroris di daerah lain kok begitu mudahnya. Sementara mengejar dan menangkap kelompok teroris Poso Santoso Cs membutuhkan waktu dengan melibatkan ribuan personil Polri dan TNI. Ini perlu dicermati, apakah wilayah Poso yang medannya cukup rawan itu membuat kelompok teroris Poso Santoso Cs bisa bertahan, atau ada faktor lain terkait peristiwa konflik Poso tahun 1998 yang masih tersimpan bagi warga yang mengalami peristiwa ini.
Karena itu Prof Dr H Sulaiman Mamar MA  meminta agar pemerintah tidak perlu menggunakan senjata untuk menangkap kelompok teroris Poso Santoso Cs tetapi sebaiknya melakukan tindakan persuasif. Apalagi saat ini berdasarkan informasi diperoleh Operasi Camar IV 2015 telah menerjunkan seribuan lebih aparat kepolisian dibantu pasukan TNI untuk mengejar dan menagkap hidup atau mati kelompok teroris Poso Santoso Cs yang diduga hanya  beranggotakan  sekitar tiga puluhan orang.
Prof Dr H Sulaiman Mamar MA yang juga Dosen Pasca Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako (Untad) Palu  pernah ikut dalam Tim menyelesaikan terciptanya situasi aman terkait konflik Poso melalui deklarasi Malino II diprakarsai Wakil Presiden Jusuf Kalla dimasa Presiden SBY, menyatakan dengan tindakan gunakan senjata, bisa saja kelompok teroris Poso Santoso Cs tertangkap hidup atau mati.
Namun cara terbaik perlu dipikirkan generasi korban konflik Poso yang saat konflik terjadi tahun 1998 silam masih berusia anak-anak, kini mereka sudah tumbuh dewasa dan bisa saja masih memiliki luka dendam saat menyaksikan  saudara atau orang tua mereka tewas dibantai saat konflik Poso terjadi
Â
Â
Â
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI