Mohon tunggu...
L KD
L KD Mohon Tunggu... -

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ekonomi Gelembung Sabun Indonesia

8 November 2013   18:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:25 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertiga perekonomian Indonesia ditopang oleh ekspor sumber daya alam seperti batu bara dan gas alam. Besarnya ketergantungan ekspor sumber alam Indonesia kepada pasar China membuat ekspor Indonesia terpuruk ketika perekonomian China melemah dan mengurangi jumlah ekspornya. Harga batubara yang jatuh drastis karena China mengurangi impornya menjadi tamparan keras bagi ekspor Indonesia (juga Australia). Pelemahan perekonomian China membuat neraca ekspor Indonesia mengalami defisit sejak Januari 2012.

Defisit perdagangan Indonesia diperburuk dengan perilaku konsumtif yang memaksa pemerintah Indonesia mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar. Sehingga ketika pemerintah Amerika mengumumkan akan mengurangi kebijakan QE maka pasar finansial di Indonesia mengalami kepanikan besar. Inilah yang membuat kurs rupiah turun tajam sekitar 13%, indeks saham Indonesia turun 25% dan suku bunga obligasi pemerintah Indonesia untuk jangka waktu 10 tahun naik drastis ke tingkat sekitar 9% setelah sebelumnya sempat menyentuh tingkat 5% untuk beberapa bulan.

Pada Agustus 2013 indeks pasar saham Indonesia melewati garis kecenderungan (trendline) peningkatannya selama 5 tahun terakhir, yang bisa menjadi sinyal bahwa pelemahan akan terus terjadi di bulan-bulan yang akan datang. Padahal selama 5 tahun belakangan inin sejak 2009 indeks bursa saham Indonesia sudah menguat sekitar 4x lipat.

Pelemahan rupiah sejak awal 2013 mendorong tingkat inflasi perekonomian Indonesia membesar dua kali lipat. Hal ini memaksa Bank Indonesia sebagai otoritas keuangan Indonesia untuk menaikkan suku bunga simpanan dari level 5.75% menjadi 7.25%. Kurs rupiah terhadap dolar saat ini terus merangkak naik. (Kurs Rupiah adalah sekitar Rp 13.000 per dolar Amerika pada awal krisis Amerika di tahun 2008).

Dikawatirkan kenaikan suku bunga ini akan memicu pecahnya gelembung properti serta gelembung kredit konsumsi yang bisa memicu krisis serupa yang dialami Amerika pada tahun 2008/2009. Sayangnya bila sampai krisis kali ini terjadi, dampaknya akan lebih buruk karena perekonomian wawasan negara-negara di ASEAN seperti Thailand dan Malaysia serta Australia juga mengalami perekonomian gelembung sabun yang serupa dengan yang terjadi di Indonesia. Begitu juga negara-negara di Amerika Latin, Afrika serta China juga mengalami masalah yang sama. Perekonomian global yang saling tergantung saat ini mengalami kondisi genting yang jauh lebih berbahaya dibandingkan krisis dunia di tahun 1997.

Lantas apa saja yang bisa kita lakukan sebagai warganegara Indonesia untuk membantu pemerintah kita agar perekonomian kita tidak memburuk? Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan:
1. Kurangi belanja konsumsi melalui skema hutang: ngga usah menambah hutang, ngga usah pengin properti baru melalui hutang, ngga usah kredit kendaraan baru, dst.
2. Konsumsi barang-barang buatan dalam negeri sendiri untuk mengurangi tekanan neraca impor barang dari luar negeri.
3. Mengurangi konsumsi bahan bakar minyak dengan berbagi transportasi menggunakan transportasi publik atau menggunakan alat transportasi seperti sepeda yang hemat energi.
4. Belanja di pasar tradisional di dekat lingkungan kita yang menjual barang-barang segar produksi lokal agar perekonomian berputar di sekitar lingkungan tempat tinggal kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun