Tidak ada yang salah dengan kebutuhan untuk membuktikan diri atau mendapatkan pengakuan. Tetapi, setelah saya perhatikan lebih lanjut, mereka dengan motivasi ini biasanya secara materi, meminjam istilah Raditya Dika, tidak bergizi. Secara materi stand up, mereka tidak menawarkan added value seperti yang ditawarkan oleh banyak komika. Added value yang saya maksud di sini adalah hal-hal yang menjadi hal lebih yang ditawarkan dan biasanya merupakan keunikan dari si komika. Dan tidak jarang kita menemukan bahwa isi materi mereka dengan motivasi ini hanya mengejek/menghina pihak tertentu. Ya, betul, hanyamengejek/menghina. Betul memang bahwa dalam dunia stand up comedy, menghina/mengejek/nyinyir tidak bisa terelakkan. Tetapi tentu kita bisa memahami, mana yang hanya berhenti sampai pada tahap mengejek dan mana yang memiliki pesan atau yang saya sebut dengan istilah added value tadi.
Dengan pengamatan tersebut, lantas saya menjadi berpikir yang berujung pada sebuah statement bahwa stand up comedy bisa menjadi alat untuk mengembangkan diri Anda, tetapi juga bisa mengerdilkan diri Anda.
Apa maksudnya?
Komika-komika dengan motivasi berkarya di dunia stand up dan menciptakan perubahan yang saya bahas di atas tentu mengarahkan mereka menjadi individu yang lebih baik. Mereka yang ingin berkarya akan terus mengisi diri mereka dengan skill dan pengetahuan tentang dunia stand up comedy. Mereka yang ingin menciptakan perubahan akan terus melihat berbagai hal dari banyak sudut pandang dan mencoba menawarkan solusi/insight bagi orang lain.
Namun demikian, mereka yang ingin mendapatkan pengakuan biasanya akan berhenti sampai pada hal yang biasanya bersifat mengejek / menertawakan (bukan Mentertawakan! #MentertawakanIndonesia #PerempuanBerHAK #promosisekalian). Hal yang menjadi kekhawatiran bagi saya adalah mereka berlindung di balik kalimat “yaelah, masa gitu aja tersinggung! Kan namanya juga komedi, namanya juga bercanda”. Dengan berlindung di balik kalimat ini, mereka semakin menumpulkan kepekaan sosial mereka. Mereka menjadi dengan mudah dan cepat mengejek hal yang berbeda tanpa mencoba untuk melihat dari sudut pandang lain. Padahal, berbeda tidak selamanya berarti salah. Satu pendapat yang berbeda mungkin saja sama benarnya dengan seribu pendapat lain, namun dilihat dari sisi yang berbeda. Dan sayangnya mereka menjadi tidak bisa melihat hal ini karena kepekaan sosial mereka yang tumpul.
Pada akhirnya stand up comedy menjadi seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, Anda bisa menggunakannya sebagai alat untuk membuat Anda menjadi orang yang kritis tapi solutif sehingga bisa membawa perubahan baik bagi banyak orang dan diri Anda. Di lain sisi, stand up comedy ternyata mampu menjadi alat yang justru menumpulkan kepekaan Anda terhadap situasi lingkungan dan justru membuat Anda menjadi tidak bijak.
Melalui tulisan saya ini, saya tidak sedang menyalahkan siapapun atau menuding atau apapun yang sifatnya memojokkan. Saya lebih ingin mengajak komika untuk lebih jujur mengakui motivasi utama mereka dan merefleksikan pertanyaan berikut: sudahkah saya memiliki added value?
Karena sudah terlalu banyak entertainer di negara kita yang hanya sekadar tampil di televisi.
Tapi kita sama-sama tahu bahwa mereka tidak lebih dari sekadar wajah di televisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H