Mohon tunggu...
Eliza Yanti
Eliza Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Catatan orang biasa!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gemilang "Hari Guru" di Tanah Jambo Aye

25 November 2024   16:00 Diperbarui: 25 November 2024   16:02 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seluruh siswa berbaris untuk bersalaman dengan para guru di lingkungan SMP Negeri 3 TJA selesai upacara (Sumber: elizayanti3187/Kompasiana))

Menyelisik sejarah panjang perjuangan persatuan guru di Negeri Khatulistiwa sudah mengakar jejaknya dari masa kolonialisasi Belanda dan Jepang hingga mencapai puncak kemerdekaan. Begitu besar kontribusi guru dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa agar dapat terlepas dari belenggu penjajahan selama berabad-abad lamanya. Sekarang pun peran guru masih menjadi garda terdepan dalam mempertahankan keutuhan kedaulatan negara dengan terus mendidik para generasi muda.

Awal mula Pendirian Sekolah Guru didirikan di Surakarta pada tahun 1851. Sempat menjadi organisasi Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912 dan setelahnya dirubah lagi menjadi Persatuan Guru Indoenesia (PGI). Pemberian nama tersebut pada saat itu secara jelas mengindikasikan tumbuhnya semangat nasionalisme dan memicu protes dari pihak Belanda karena penggunaan kata "Indonesia". Namun ketika masa pendudukan Jepang, eksistensi PGI di tanah air diberhentikan.

Meski mengalami pasang surut dalam keberadaannya, para guru tetap menunjukkan keteguhan yang tak terpatahkan. Kebangkitan organisasi guru diprakarsai kembali di Jakarta oleh Amin Singgih dan sekawan pada tahun 1943. Pasca proklamasi, kongres Guru Indonesia diadakan pertama kali pada tanggal 24-25 November 1945 bertempat di Sekolah Puteri Surakarta. Kehadiran para pendidik dari berbagai daerah dalam perkumpulan tersebut membuahkan Persatuan Guru Seluruh Indonesia atau yang yang sekarang dikenal dengan PGRI. Organisasi ini memiliki tujuan utama meningkatkan mutu pendidikan dan membela hak serta kesejahteraan guru di Indonesia.

Berdasarkan kilas balik sejarah tersebut, akhirnya tanggal 25 November secara resmi dikukuhkan sebagai Hari Guru Nasional (HGN) dengan dikeluarkannya Keppres Nomor 78 Tahun 1994 pada masa kepemerintahan Soeharto. Keputusan tersebut sebagai bentuk pengakuan negara dan apresiasi serta menjadi pengingat bersama tentang pentingnya pendidikan dalam pembangunan nasional.

Guru digadang-gadang menjadi akar dan ujung tombak dalam membentuk karakter dan meningkatkan kompetensi generasi bangsa. Namun, sepatutnya tugas dan tanggung jawab ini perlu diimbangi dengan jaminan terhadap kesejahteraan guru dan peningkatan kualitas pendidikan. Momentum hari guru yang dirayakan setiap tahunnya untuk menimbang kembali perjuangan guru dalam pendirian negara, juga menjadi momen memperkuat solidaritas di tubuh organisasi PGRI sendiri.

Tak ingin luput, SMP Negeri 3 Tanah Jambo Aye juga ikut mengambil bagian dalam memeriahkan Hari Guru Nasional yang ke 79 tahun. Diawali dengan mengadakan upacara bendera di halaman sekolah. Petugas upacara pada momen ini melibatkan para guru. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun oleh maktab yang berada di Seuneubok Pidie, daerah Jambo Aye Utara tersebut.

Hanya saja, ada sedikit perbedaan dari tahun sebelumnya, karena setelah selesai upacara dilanjutkan dengan kegiatan tukar kado antar sesama guru maupun TU dan makan bersama dengan seluruh siswa. Saling memberi hadiah ini sederhana saja karena diselenggarakan secara suka rela dan dibatasi budget sebesar 10K. Untuk acara makan-makan pun para siswa membekali makanan dari rumah masing-masing, tidak ada pemungutan biaya dari pihak sekolah.

Para guru sedang menyiapkan makanan untuk acara makan bersama (Sumber: elizayanti3187/Kompasiana))
Para guru sedang menyiapkan makanan untuk acara makan bersama (Sumber: elizayanti3187/Kompasiana))

Momen saling memberi hadiah dan makan bersama bertujuan menghidupkan suasana dan mengeratkan hubungan sosial di lingkungan sekolah, baik sesama guru maupun antara guru dan siswa.

Momen para guru saling bertukar kado
Momen para guru saling bertukar kado "Hari Guru" di SMP Negeri 3 TJA (Sumber: elizayanti3187/Kompasiana))

Perayaan HGN diharapkan menjadi hari suka cita bersama, dapat dirasakan oleh seluruh warga sekolah tanpa kecuali. Meniadakan ketimpangan yang menimbulkan kecemburuan sosial karena biasanya pada hari guru, hanya wali kelas saja yang "kebanjiran" banyak bingkisan dari para siswa.

Keindahan dan kemeriahan acara yang mengeratkan hubungan bersama dengan prinsip kekeluargaan diharapkan dapat menumpas fenomena tersebut. Dengan menebar energi positif di lingkungan sekolah, menawarkan kenyamanan demi terciptanya lingkungan belajar efektif dan menyenangkan.

Kehadiran guru seperti akar bagi sebatang pohon yang menjadi sumber kehidupan yang menutrisikan batang, daun serta menghasilkan buah yang menjadi cerminan bangsa Indonesia kedepan. Akar tanaman harus terjamin sehat agar menumbuhkan buah-buahan yang segar serta bunga-bunga merekah semerbak harum.

Selamat Hari Guru Nasional untuk seluruh para guru di Indonesia!

Guru Hebat, Indonesia Kuat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun