Mohon tunggu...
Eliza Yanti
Eliza Yanti Mohon Tunggu... Freelancer - S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Catatan orang biasa!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konflik Semenanjung: Warisan 'Dua Bersaudara' yang Meresahkan

16 September 2024   01:52 Diperbarui: 16 September 2024   01:52 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh semenanjung Korea yang membentang, begitulah ketegangan cukup lama dirasakan dan berliku proses penyelesaiannya hingga kini. Sejak pecah perang dingin 1950, merenggangkan hubungan dua negara yang awalnya menyatu. Perang keduanya sempat menemui gencatan senjata pada tahun 1953 dan membuahkan kesepakatan zona bebas militer (DMZ). Konflik dua "bersaudara" Korea Utara dan Korea Selatan nyatanya semakin pelik dengan adanya intervensi kepentingan asing.

Tercatat sejak masih berbentuk Kerajaan Chooson hingga menjadi negara yang terpisah telah terjadi 9.000 kali invasi tentara luar negeri yang memenuhi negeri jantung Asia ini. Kerajaan Chooson (1392-1910) berada di bawah pengaruh Dinasti Ming maupun Dinasti Qing, Cina. Kemudian menjadi negara protektorat di bawah Jepang. Hingga akhirnya komunis menjangkiti Korea dengan dibentuknya Partai Komunis Korea (KCP) pertama, yang berkegiatan di Uni Soviet.

Keretakan hubungan dua negara Korea mencapai puncaknya karena perseteruan ideologi yang dimulai tahun 1948. Korea Utara di bawah "belaian" Uni Soviet (komunis) sedangkan Korea Selatan dengan Amerika Serikat (kapitalis). Sempat memicu Korea Utara melakukan invasi ke Korea Selatan pada 25 Juni 1950, dengan maksud ingin menyatukan kembali keduanya di bawah satu atap ideologi, komunis. Hal itu membuat Amerika Serikat bereaksi mendatangkan pasukan PBB untuk memukul mundur pasukan Korea Utara.

Sejarah terus bergulir mengikat negara-negara yang bertikai; Amerika Serikat, Rusia, Cina, Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan di semenanjung Korea sehingga sering disebut konflik enam pihak. Upaya perundingan dalam pertemuan di antara mereka terus diagendakan bersama untuk mencapai normalisasi hubungan. Hubungan baik yang ingin dibangun kemudian kian bersitegang lantaran isu senjata nuklir Korea Utara tahun 1993. Per Agustus 1998 setelah pihak Amerika mencurigai adanya reaktor nuklir bawah tanah, Korea Utara terang-terangan melakukan uji coba nuklir jenis Taepodong yang diketahui berkekuatan mencapai pantai barat AS melewati Jepang. Peluncuran nuklir Korut ini mampu membuat AS ketar-ketir, bahkan juga komunitas internasional.

Menulusuri Nuklir Pyongyang

Program senjata nuklir Korea Utara bermula tahun 1950-an. Ketika, di bawah "payung" Uni Soviet, Pyongyang mulai memiliki akses teknologi, tenaga ahli dan fasilitas untuk program nuklir. Meski tahun 1985 Korut sempat menyetujui Pakta Nonproliferasi Nuklir (NPT) dan meratifikasi perjanjian dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada tahun 1992. Namun pecahnya Uni Soviet sebagai negara "naungan" dan meroketnya ekonomi Korsel setelahnya, memicu Korut menjalankan program nuklir secara terselubung walau masih menjadi anggota NPT. Hal inilah yang menjadikan krisis nuklir pertama tahun 1993-1994.

Pada tahun-tahun berikutnya, moncong negara pimpinan Kim Jong Un yang makin bernyali besar dalam beberapa kali melakukan uji coba nuklir sejak 2006 itu cukup beralasan karena ada penyokongnya; Rusia dan Cina. Namun labilnya Korut dengan senjata mematikan yang dimilikinya, sangat mengkhawatirkan masyarakat internasional karena tidak menutup kemungkinan jika salah penanganan akan membuat malang melintang kawasan rentan konflik tersebut bahkan bisa berimbas seluruh negara dunia.

Permulaan Perlombaan Senjata Nuklir Dunia

Berakhirnya Perang Dunia II akibat bom atom seolah membuka mata dunia terkait pemanfaatan energi nuklir. Para ilmuan dan insinyur mulai mengembangkan fisi nuklir menjadi energi berlimpah dan murah. Meski sebagian yang lainnya sedang menyalakan api dalam senyap dengan meneruskan program senjata pembunuh massal yang mematikan. Persaingan dan perlombaan senjata pembunuh ini pun semakin marak setelah Amerika Serikat menunjukkan kemampuan supremasinya di bidang pernukliran dengan peluncuran "Trinity" pada 1945, diikuti oleh Uni Soviet dengan pengujian bom nuklir pertamanya pada 29 Agustus 1949 yang dinamai "Joe-1". Tak ingin tertinggal, Inggris juga unjuk gigi dengan "Hurricane" pada 1952. Kemudian senjata nuklir mulai dilancarkan kawasan Asia, dipelopori Cina tahun 1964. Berlanjut India dengan "Smiling Buddha" yang mengudara pada tahun 1974. Hingga disusul oleh negara tentangganya, Pakistan. Dan tak luput Korea Utara pada Oktober 2006 juga meramaikan peta dunia dalam pernukliran.

Kerentanan kawasan Asia pasca perang dingin juga semakin memanas akibat krisis dan konflik nuklir. Negara-negara krisis konflik telah menyatakan diri menjadi negara senjata nuklir sebagai bentuk perlindungan diri terhadap lingkungan keamanan yang tidak menentu. Terutama bagian negara-negara yang terlibat persaingan historis dan sengketa teritorial. Alasan lainnya yang berkembang, karena kurangnya kepercayaan dan ketersediaan jaminan yang ditawarkan Amerika serikat terhadap sekutu-sekutunya, mengakibatkan kebutuhan untuk melakukan perbentengan dari ancaman dan pertahanan diri negara-negara berkonflik dengan menggencarkan senjata nuklir.

Otak Atik Senjata Nuklir dan Bahaya yang Mengincar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun