Pendidikan menjadi sesuatu hal yang penting dalam kehidupan. Pengembangan sikap, pengetahuan, moral, tingkah laku dan karakter menjadi lebih terarah dengan adanya Pendidikan. Pendidikan juga menjadi hak semua warga negara terutama bagi warga negara Indonesia yang telah tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Sebagai mana salah satu tujuan dari negara itu sendiri adalah mencerdaskan kehidupan banga. Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 juga telah mengatur perihal pendidikan yang terdapat pada pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat Pendidikan dan dilanjutkan dengan ayat (2) bahwa Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dengan adanya regulasi ini menerangkan bahwa warga negara Indonesia berhak untuk mendapakan Pendidikan dengan terus mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu warga negara Indonesia secara optimal.
Sejalan dengan yang diamanatkan dalam UUD RI 1954 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yakni Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam Undang-undang ini terdapat visi Pendidikan nasional yaitu mewujudkan sistem Pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Â
Untuk mewujudkan visi dan cita-cita tersebut Kementrian Pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi telah mengeluarkan kebijakan dengan perubahan kurikulum terhadap dunia Pendidikan, yaitu menjadi kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka yang menjadi suatu transformasi pendidikan dikeluarkan pada masa pandemi covid-19 pada tahun 2021, dengan melihat bahwa kurikulum sebelumnya kurikulum 2013 dan kurikulum darurat yang terlalu komplek untuk dilaksanakan. (Iskandar et.al., 2022). Kurikulum yang menjadi panduan dalam pembelajaran tentunya menjadi suatu yang penting untuk membawa arah kemana pendidikan ini berlabuh. Dengan adanya kurikulum, sistem pendidikan lebih menampakkan fungsinya dengan lebih baik lagi yang mana termaklumat juga pada pembukaan UUD RI 1945 dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.Â
Kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah ini dalam perubahan kurikulum hendaklah disertai perspektif kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy). Kebijakan (policy) merupakan suatu pernyataan umum tentang suatu tujuan, sasaran dan kriteria untuk memilih beberapa alternatif dan memberikan pengarahan (Handoyono, 2009). Tentunya dalam pengambilan kebijakan haruslah di fikirkan secara matang dan kritis disertai dengan perlunya bukti pendukung untuk melahirkan suatu keputusan yang optimal. (Budi dan Fauzela, 2020). Bukti (evidence) didefinisikan sebagai pendekatan modern rasional yang dapat memecahkan masalah dengan fokus pada diagnosis dan pengetahuan yang akurat dari hubungan sebab akibat (Pawson, 2006).
Seiring perkembangan waktu akan adanya tuntutan akan bukti dari perumusan kebijakan sebagai pelengkap dalam hal pembuat kebijakan. Turner (2013) menyatakan secara spesifik bahwa diperlukannya bukti oleh pembuat kebijakan dalam rangka: Â (a) membantu mereka untuk mendiagnosa masalah dan sebab-sebab pokok; (b) mendesain opsi kebijakan dan akses yang mungkin bagi pemberian alternatif lain; (c) menunjukkan dan mengevaluasi dampak dari modal dan program baru; (d) memonitor implementasi program, mengukur biaya dan kinerja dan sensitivitas mereka ke setting berbeda; serta (e) mengevaluasi dampak jangka panjang dan biaya keefektifan program program
Penerbitan kebijakan dalam perubahan kurikulum ini melihat bahwasanya era yang dihadapi sekarang memerlukan inovasi terhadap kurikulum agar sesuai dengan perubahan zaman saat ini (Raharjo, 2020). Â Kebijakan kurikulum merdeka inilah yang menjadi suatu gagasan yang nantinya bisa mentransformasikan bidang Pendidikan Indoneisa yang mampu berdaya saing global sehingga mencetak generasi yang unggul dimasa depan nantinya (Angga et al., 2022).
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang dilaksanakan dengan cara mengembangkan profil dari pelajar tersebut sehingga memiliki jiwa dan nilai yang sesuai dengan kandungan sila-sila Pancasila yang menjadi dasar dalam kehidupannya sendiri (Safitri et al., 2022). Ada 6 indikator yang menjadi acuan dalam profil pelajar Pancasila yakni:
- Berimaan dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
- Berkebhinekaan tunggal;
- Bergotong royong;
- Kreatif;
- Bernalar kritis;
- Mandiri.
Dalam kompetensi yang ada pada profil pelajar pancasila dengan selalu memperhatikan adanya faktor internal yang tentunya berkaitan dengan jati diri, ideologi dan cita-cita bangsa Indonesia itu sendiri, dan tidak terlepas juga dengan memperhatikan faktor eksternal yang berkaitan dengan kehidupan yang lebih luas lagi, apalagi tantangan bangsa Indonesia saat ini dalam menghadapi dunia global. Dengan begitu, harapan kepada pelajar Indonesia sangatlah besar untuk menjadi warga negara yang bisa berpatisipasi dalam pembangunan global yang berkelanjutan dan juga bisa menghadapi tantangan dunia.
Dalam merealisasikan profil pelajar pancasila dalam kurikulum merdeka maka dibuatlah struktur kurikulum dengan berbagai macam kegiatan pembelajaran yang intrakulikuler dan dibuat dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). (Nahdiyah et al., 2022). Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini menjadi suatu pembaharuan bagi para pelajar, bahwa memberikan kepada para pelajar untuk berkesempatan menuntut ilmu yang tidak hanya terpaku di dalam kelas saja tetapi pelajar diberi kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya dan tidak terlepas dari penguatan karakter pelajar tersebut.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan suatu pembelajaran yang dibuat dalam lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan juga memikirkan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dilingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam profil pelajar Pancasila. Â Berdasarkan peraturan Kemendikbudristek No. 56/M/2022, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila sebagai salah satu dari kurikulum merdeka yang direalisasikan dengan belajar berbasis proyek yang dilakukan oleh pelajar dengan berkesempatan untuk mempelajari tema-tema ataupun isu penting yang ada seperti perubahan iklim, anti radikalisme, Kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga para pelajar bisa belajar dengan memberikan aksi nyata dalam menjawab isu tersebut. Â
Seperti halnya yang dilakukan oleh SMAN 7 Pekanbaru, Implementasi dari Program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang telah dilakukan oleh salah satu SMA di Kota Pekanbaru adalah Festival Panen Karya. Dalam kegiatan ini para siswa menampilkan karya-karya yang menjadi projek bagi siswa SMAN 7 Pekanbaru, baik itu dari seni pertunjukkan masyarakat melayu, bazar kuliner masakan melayu, hidroponik dan hasil karya siswa lainnya. Dengan adanya kegiatan ini memberikan pengalaman bagi para pelajar untuk bisa membangkitkan keterampilan sehingga mempunyai daya saing global.