Mohon tunggu...
Elizabeth Dew
Elizabeth Dew Mohon Tunggu... Jurnalis - Cantik

Hai! Welcome to my jungle !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Media Pasar Mini Pendidikan untuk Anak Tunagrahita di Asrama SLB-C Karya Bhakti Purworejo

30 Juni 2019   09:00 Diperbarui: 30 Juni 2019   09:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian besar masyarakat pasti tidak asing lagi dengan alat pembayaran yang disebut dengan uang. Uang adalah alat tukar yang sangat dibutuhkan oleh semua orang dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup mereka salah satunya dalam kegiatan ekonomi yaitu jual beli. 

Namun, apa jadinya jika kita tidak mengetahui apa itu uang ? dan tidak mengenali setiap mata uang yang ada? jika hal itu terjadi kita tidak akan bisa membeli barang-barang yang kita inginkan. 

Begitupun yang terjadi dengan anak-anak Tunagrahita yang ada di SLB C Boro Wetan Purworejo yang beralamat di Jl. Jogja Km.4, Boro Cermai, Boro Wetan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten, Purworejo, Jawa Tengah.

Tim PKM dari Universitas Sanata Dharma ini terdiri dari 5 orang srikandi diantaranya Berlinda, Hani, Dewi, Devin, dan Elisabeth. Pekan Kreativitas Mahasiswa memberi kesempatan bagi kami untuk membuat sebuah program. Program yang kami pilih yaitu pengabdian masyarakat. 

Program ini kami laksanakan  selama kurang lebih 2 bulan setiap hari sabtu-minggu. Pada hari sabtu, 4 April 2019 adalah awal kami menitih tanggungjawab untuk melakukan sebuah program yang kami beri judul "Bidik Granat Andalan Dimas Tarjo". Seperti uraian yang telah kami sampaikan di pembuka tadi, kami memilih untuk terjun ke Asrama SLB C Karya Bakti bukan tanpa alasan. 

Alasan yang pertama,di Asrama ini setiap hari sabtu dan minggu tidak ada kegiatan lain selain makan, tidur, dan mandi. Kedua, anak-anak juga belum paham betul mengenai fungsi uang dan cara menggunakan uang. Ketiga, anak hanya akan tinggal di Asrama jika tidak sekolah. 

Selain itu, saat anak diminta pergi ke warung pun, mereka hanya di beri catatan dan uang tanpa tahu berapa uang yang mereka bawa dan berapa kembalian yang mereka terima. Terakhir, "pemerintah belum ada tindakan untuk sekedar membantu memberikan pelatihan kepada para pendamping untuk menunjang pembelajaran anak Asrama" ujar Bu Candra salah satu pendamping Asrama SLB C Boro Wetan. 

Bidik Granat Andalan Dimas Tarjo adalah program yang bertujuan untuk membimbing anak-anak Tunagrahita dalam hal meningkatkan kecakapan komunikasi, perilaku sosial, dan niaga. Selain program itu kami juga mengajukan media pendukung yang akan menunjang pembelajaran anak-anak yaitu, Pasar Mini Pendidikan. 

Pasar Mini Pendidikan ini mengusung konsep warung Klontong dengan berbagai macam barang dagangan. Melalui Pasar Mini Pendidikan ini, anak akan bermain peran sebagai seorang pembeli untuk kemudian melakukan transaksi jual beli pada umumnya. 

Konsep ide Pasar Mini Pendidikan ini dilatarbelakangi oleh kondisi anak - anak SLB yang senang untuk bermain. Selain itu, kami juga terinspirasi dari konsep pendidikan "Belajar sambil Bermain" yang diusung oleh Romo Y.B Manguwijaya.

Tantangan terbesar dalam menjalankan program ini ialah, menangani emosi anak-anak. "Menghadapi emosi anak-anak disini sangat sulit. Kami butuh kesabaran ekstra untuk menghadapinya hehe" ujar Bu Erna selaku pendamping di Asrama SLB. 

Sedikit mengulas tentang mereka memang betul emosi anak cenderung naik turun, ada saatnya mereka tertawa dan ada saatnya mereka tiba-tiba sedih, marah, bahkan jengkel dan memukul dirinya sendiri. Anak juga sangat lemah dalam hal berhitung dan menulis. 

Namun, soal kemampuan berkomunikas Anak Tunagrahita bisa dibilang cukup fasih dan lancar seperti anak-anak pada umumnya. Saat bertemu orang baru mereka akan bersalaman, dan menyambut tamu tersebut dengan baik. Secara fisik pertumbuhan anak penyandang Tunagrahita juga berkembang dengan baik sangat mirip dengan anak yang normal.

Selama dua bulan kami pulang pergi Jogja-purworejo setiap hari sabtu dan menginap di Asrama sampai hari minggu. Banyak sekali yang bisa kami amati mulai dari kebiasaan anak-anak, dan menemani mereka belajar serta mempelajari karakter setiap anak yang unik dan berbeda. 

Jika dilihat dari kegiatan anak-anak sehari-hari kami banyak belajar, perilaku yang ditunjukkan oleh banak-anak mengajarkan kami untuk menerima keterbatasan diri dan bersyukur dengan kekuatan yang Tuhan berikan, serta menerima kekurangan sebagai cambuk kita untuk menuju sukses. 

Seringkali, para orang tua mengukur kecerdasan seseorang dari hasil ujian yang anak mereka dapatkan. Tapi, pada dasarnya kesuksesan setiap anak memiliki porsinya masing-masing ada yang baik di bidang akademik, ada juga di bidang praktek, atau olahraga, bahkan seni bahasa.  

Sama seperti anak-anak tunagrahita dan autis di Asrama SLB mereka memiliki bakat dan potensi yang luar bisa ada yang bisa menari, bermain musik, menulis indah, baca puisi, bahkan bernyanyi dengan penuh perasaan.

dokpri
dokpri

Peran orang tua sangat penting untuk masa depan anaknya. Kami dapat merasakan betul kesedihan anak-anak Autis ataupun Tunagrahita yang sangat merindukan kasih sayang orang tua mereka. Tapi, tak jarang juga banyak orangtua yang  membuang mereka dan membiarkan mereka hidup tanpa kasih sayang. 

Di Asrama SLB ini saya selalu mendengar kata "Papi Jemput Mami!" bahkan ada juga "Aku suka Pukul Mama !!!" sampai ada kata yang menyayat hati " Aku kangen Ibu" begitulah kata-kata yang sering keluar dari mulut kecil mereka. Tak jarang kami menemukan anak -- anak yang menangis saat mendengar lantunan lagu berjudul 'Bunda', saat latihan drama sedang berlangsung. 

Kejadian tersebut telah menyadarkan kami bahwa para penyandang autis bahkan anak Tunagrahita masih memiliki perasaan dan rindu. Ini membuktikan bahwa anak-anak seperti mereka ini tidak sepenuhnya memiliki pikiran kosong yang hanya paham makan, dan tidur. Tapi, mereka juga memiliki kasih sayang yang luar biasa untuk keluarga mereka.

Kami juga membutuhkan dukungan dari pemerintah agar lebih peka terhadap SLB Swasta baik di yogya maupun luar yogya. Kami sendiri masih sering melihat banyak orangtua yang cenderung cuek dengan anak-anak mereka yang menyandang kebutuhan khusus. 

Kami sangat berharap kepada pemerintah yang berwenang di bidangnya untuk terjun langsung ke SLB Swasta atau masyarakat   menyuarakan sosialisasi mengenai "cara penanganan anak-anak penyandang kebutuhan khusus baik  untuk para pendamping maupun masyarakat luas. Bagi kami peran pemerintah sangat penting dan membantu untuk perkembangan dunia pendidikan luar biasa di Indonesia. T\

Tak hanya itu, kiranya pemerintah juga memberikan fasilitas berupa pelatihan kerja bagi anak-anak berkebutuhan khusus agar kelak mereka siap terjun ke dunia kerja atau bahkan mengembangkan lapangan pekerjaan. 

Pesan kami sampaikan juga tidak hanya kepada pemerintah, kami juga memohon dengan sangat bahwa peran serta masyarakat juga sangat membantu untuk perkembangan SLB yang lebih baik. Berawal dari masyarakat yang perduli akan membuahkan kabaikan untuk para penyandang keterbelakangan mental ataupun fisik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun