Tantangan terbesar dalam menjalankan program ini ialah, menangani emosi anak-anak. "Menghadapi emosi anak-anak disini sangat sulit. Kami butuh kesabaran ekstra untuk menghadapinya hehe" ujar Bu Erna selaku pendamping di Asrama SLB.Â
Sedikit mengulas tentang mereka memang betul emosi anak cenderung naik turun, ada saatnya mereka tertawa dan ada saatnya mereka tiba-tiba sedih, marah, bahkan jengkel dan memukul dirinya sendiri. Anak juga sangat lemah dalam hal berhitung dan menulis.Â
Namun, soal kemampuan berkomunikas Anak Tunagrahita bisa dibilang cukup fasih dan lancar seperti anak-anak pada umumnya. Saat bertemu orang baru mereka akan bersalaman, dan menyambut tamu tersebut dengan baik. Secara fisik pertumbuhan anak penyandang Tunagrahita juga berkembang dengan baik sangat mirip dengan anak yang normal.
Selama dua bulan kami pulang pergi Jogja-purworejo setiap hari sabtu dan menginap di Asrama sampai hari minggu. Banyak sekali yang bisa kami amati mulai dari kebiasaan anak-anak, dan menemani mereka belajar serta mempelajari karakter setiap anak yang unik dan berbeda.Â
Jika dilihat dari kegiatan anak-anak sehari-hari kami banyak belajar, perilaku yang ditunjukkan oleh banak-anak mengajarkan kami untuk menerima keterbatasan diri dan bersyukur dengan kekuatan yang Tuhan berikan, serta menerima kekurangan sebagai cambuk kita untuk menuju sukses.Â
Seringkali, para orang tua mengukur kecerdasan seseorang dari hasil ujian yang anak mereka dapatkan. Tapi, pada dasarnya kesuksesan setiap anak memiliki porsinya masing-masing ada yang baik di bidang akademik, ada juga di bidang praktek, atau olahraga, bahkan seni bahasa. Â
Sama seperti anak-anak tunagrahita dan autis di Asrama SLB mereka memiliki bakat dan potensi yang luar bisa ada yang bisa menari, bermain musik, menulis indah, baca puisi, bahkan bernyanyi dengan penuh perasaan.
Peran orang tua sangat penting untuk masa depan anaknya. Kami dapat merasakan betul kesedihan anak-anak Autis ataupun Tunagrahita yang sangat merindukan kasih sayang orang tua mereka. Tapi, tak jarang juga banyak orangtua yang  membuang mereka dan membiarkan mereka hidup tanpa kasih sayang.Â
Di Asrama SLB ini saya selalu mendengar kata "Papi Jemput Mami!" bahkan ada juga "Aku suka Pukul Mama !!!" sampai ada kata yang menyayat hati " Aku kangen Ibu" begitulah kata-kata yang sering keluar dari mulut kecil mereka. Tak jarang kami menemukan anak -- anak yang menangis saat mendengar lantunan lagu berjudul 'Bunda', saat latihan drama sedang berlangsung.Â
Kejadian tersebut telah menyadarkan kami bahwa para penyandang autis bahkan anak Tunagrahita masih memiliki perasaan dan rindu. Ini membuktikan bahwa anak-anak seperti mereka ini tidak sepenuhnya memiliki pikiran kosong yang hanya paham makan, dan tidur. Tapi, mereka juga memiliki kasih sayang yang luar biasa untuk keluarga mereka.