Mungkin Anda sering mendengar istilah "mindfulness" yang sedang populer akhir-akhir ini. Â Mindfulness sendiri merupakan suatu cabang ilmu psikologi yang masih cenderung baru.Â
Mindfulness diyakini memiliki banyak manfaat, salah satunya yaitu ketika seseorang menerapkan mindfulness maka hidupnya akan menjadi lebih tenang.Â
Apa sebenarnya arti dari mindfulness?
"Mindfulness" adalah keadaan di mana Anda dapat menerima realitas sepenuhnya dan apa adanya. Biasanya, orang tenggelam dalam pikirannya saat memikirkan masa lalu atau masa depan.Â
Masa lalu, misalnya, seseorang dapat menghabiskan banyak waktu mengenang suatu kejadian di masa lalu sambil merasa sedih atau menyesal, sedangkan ketika seseorang memikirkan tentang masa depan, mungkin ia memiliki banyak rencana dan merasa antusias, atau sebaliknya malah merasa cemas.Â
Kebanyakan orang justru tidak fokus akan realitas yang ada pada saat ini. Dengan mindfulness, kita belajar untuk sadar penuh pada kondisi yang sedang kita alami sekarang, bukan pada sesuatu yang sudah lewat atau yang akan datang.Â
Bagaimana cara mempraktekkan mindfulness dengan tepat?
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah diam sejenak. Pusatkan pikiran Anda pada apa yang sedang terjadi dan fokus pada emosi yang muncul atau yang sedang dirasakan.Â
Anda harus jujur pada diri sendiri dan tidak perlu menepis emosi apapun yang sedang dirasakan agar Anda dapat belajar mengidentifikasi emosi tersebut.Â
Selanjutnya, Anda perlu mengidentifikasi apa penyebab dari emosi tersebut dan menerimanya apa adanya. Setelah mencerna itu semua, Anda dapat memikirkan langkah apa yang akan diambil dan respon seperti apa yang ingin Anda berikan.Â
Pada intinya, latihan ini bertujuan untuk melatih fokus Anda pada situasi yang sedang terjadi sehingga dapat berpikir jernih sebelum merespon situasi tersebut. Saya akan memberikan contoh seperti ini:Â
Anak Anda baru saja memecahkan gelas kesayangan Anda. Tentunya Anda akan merasa marah dan sedih. Dalam posisi ini, Anda dapat mengambil jeda waktu sejenak untuk fokus merasakan emosi yang sedang Anda rasakan dan pada situasi yang sedang terjadi.Â
Ingat, Anda harus menerima realitas apa adanya, yaitu gelas yang sudah pecah tidak akan bisa kembali utuh. Apakah dengan memarahi anak Anda maka gelas tersebut dapat kembali ke bentuk semula? Atau apakah dengan meratapi gelas yang pecah itu maka dapat kembali tersusun rapi?Â
Dengan demikian, apakah Anda masih merasa perlu untuk meluapkan rasa marah atau sedih yang Anda rasakan? Pertimbangan-pertimbangan ini akan membantu Anda untuk mengambil langkah selanjutnya dengan lebih rasional, misalnya membersihkan pecahan gelas tersebut agar tidak melukai siapapun, kemudian Anda dapat menasehati anak Anda agar lebih hati-hati di masa depan.Â
Lalu, apakah orang yang mindful akan selalu tenang dan bijaksana saat bertindak? Tidak juga. Ini adalah salah satu kesalahpahaman yang sering muncul di masyarakat.Â
Mindfulness bukan tentang hidup yang selalu tenang tanpa emosi, tetapi bagaimana kita bisa menerima kenyataan sepenuhnya dan berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan atau bertindak.Â
Orang yang mindful bukan berarti tidak bisa marah, sedih, atau cemas. Sebagai manusia biasa tentu ada kalanya kita merasa emosional.Â
Mindfulness bukan berarti melarang kita untuk merasa emosional, melainkan membantu kita untuk memutuskan secara bijaksana akan bereaksi seperti apa agar kita tidak menyesal di kemudian hari, serta menghindari mengeluarkan respon yang sebetulnya tidak perlu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H