*
Di Bandara Hannover, Ken meratakan pandangannya. Diamatinya satu persatu gadis bule yang ada disana. Dibayangkannya seorang gadis berkulit putih blesteran Indonesia Jerman dengan perawakan badan tinggi berambut curly dan berpakaian modis khas eropa. Ketika ken sedang celingak-celinguk, seorang gadis dengan kertas bertuliskan KEN dikalungkan didadanya, tertangkap matanya.
“Hai, i’m Ken from Indonesia.” Ken menyodorkan tangannya meminta bersalaman.
“Oh, hai. Assalamualaikum. I’m Clara.” Gadis berkerudung itu merapatkan tangan didanya tanpa menyentuh tangan Ken.
Anggukan dan senyuman manis menghiasi wajahnya yang bersinar.
“Oh! I’m sorry.” Ken kikuk. Yang dibayangkannya jauh 90 derajat dari perkiraannya. Clara cantik, berperawakan tinggi, berkulit kuning langsat dan memakai kerudung.
Sepanjang jalan, mereka tampak asyik berbincang. Clara, sapaan gadis itu ternyata fasih berbahasa Indonesia. Setiap hari Sabtu, dikeluarganya diwajibkan berdialog menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari, dan pada hari minggu diwajibkan menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pelengkap dikeluarga mereka.
“Oh, Clara teh mojang Priyangan?” ken berseloroh
“Ya..begitulah. ibuku orang Bandung.” Clara tersipu. Pipinya yang bersih tanpa riasan nampak merona kemerahan.
Ken gemas setengah mati. Ada yang bersemi didadanya. Seindah musim semi tahun ini.
*