"Seluruh pendukung Ahok ada pendukung Jokowi, tapi tak semua pendukung Jokowi menjadi pendukung Ahok". Pernyataan tersebut dapat dijadikan dasar untuk mencari siapa saja yang melakukan serangan terhadap Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta Periode 2017- 2022.Â
Pada saat pemilu presiden 2019 berlangsung, sesekali mungkin ada serangan terhadap Anies, tapi itu tak lebih dari cara untuk mendowngrade Anies yang terlihat lebih dari pada Jokowi. Dari Segi tampang jelas lebih Anies daripada Jokowi (Maaf ya Gibran dan Kaesang).Â
Dari segi pendidikan dan pengetahuan juga Anies lebih, dari segi penguasaan bahasa asing juga lebih. Jokowi hanya lebih beruntung daripada Anies, karena dengan segala kekurangannya bisa mendapatkan jabatan yang lebih tinggi daripada Anies, (saat ini).
Begitu Pemilu Presiden Usai, serangan terhadap Anies Baswedan semakin menjadi jadi. Sidik punya sidik, ternyata semua yang menyerang itu adalah pendukung Ahok. Bukan pendukung jokowi. Ingat pernyataan diawal tulisan ini. Bahwa tidak semua pendukung Jokowi merupakan pendukung Ahok. Kalau ditelisik lebih dalam, bahwa pendukung ahok yang menyerang Anies berasal dari PSI, atau berafiliasi dengan PSI. kata kuncinya adalah ahok dan PSI.
Kenapa pendukung Ahok menyerang Anies?
Berbagai alasan tentunya, ada yang tidak bisa move on, tidak bisa menerima kekalahan yang diderita ahok, yang bahkan berbuah status sebagai mantan terpindana kasus penistaan agama. Bagaimana bisa mungkin teman orang yang berkuasa, bisa menjadi terpidana saat sang teman masih berkuasa. Tetapi itulah kenyataannya. Ahok kalau dipilkada dan mendekam dipenjara.
Saat ini ahok sudah bebas, para pendukungnya berharap ahok kembali mentas. Keinginan mentas itu nampaknya ada didalam hati kecil ahok, hal itu diwujudkan dengan tindakannya bergabung dengan PDI Perjuangan, memberi dukungan kepada beberapa calon anggota DPR dan DPRD PDI Perjuangan dari dapil DKI Jakarta.Â
Beberapa kali ahok menyatakan tidak lagi berminat mentas dipanggung politik, dengan berbagai alasan. Jawabnya "Kalau gak mau mentas lagi ke dunia politik, kenapa masuk partai politik ?"
PertanyaannyaÂ
1. Â Â Â Mengapa Ahok Lebih memilih PDI Perjuangan daripada PSI ?
2. Â Â Â Mengapa banyak Kader PSI yang menyerang Anies, padahal ahok sudah menjadi kader PDI Perjuangan?
Untuk menjawab pertanyaan pertama tentu tidak susah, karena ahok menyadari bahwa PSI tidak punya harapan untuk lolos Parliementary Threshold 4 %, walau punya kader yang menjadi anggota DPRD, tetapi tak bisa bersuara ditingkat Nasional. Sementara posisi Ahok, sudah pernah menjadi kepala daerah, walaupun hanya menyambung kepemimpinan Jokowi, bukan menang bertarung. Setidaknya kalau memang mau tampil kembali ke dunia politik, sudah sepantasnya berkeinginan ditingkat Nasional, bukan lagi kepala daerah. Sudah sewajarnya Ahok lebih memilih PDI Perjuangan dibandingkan PSI.
Kalau Ahok sudah menjadi kader PDI Perjuangan, kenapa Pendukung Ahok yang di PSI yang lebih garang menyerang Anies. Mungkin alasannya, karena merasa dendam dan kecewa, karena Anies Baswedan yang mengalahkan Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Namanya juga manusia, ada yang mudah move on, ada yang sulit Move on, ada yang tak bisa move on. Alasan lain menyerang Anies adalah untuk kembali membuka peluang politik bagi Ahok. Karena setiap menyerang Anies seringkali ditimpali dengan argumen bahwa ahok lebih hebat daripada Anies. Mungkin maksudnya agar Jokowi bersimpati dan mengangkat Ahok Jadi Menteri, walaupun harus mengeluarkan Peraturan Presiden untuk menggantikan UU yang menghambat Ahok jadi Menteri.
Pada Akhirnya, Para Pendukung Jokowi yang juga Pendukung Ahok itu berharap, ahok menjadi Jokowi berikutnya. Walaupun sudah menjadi status mantan Narapidana Kasus Penistaan Agama, setidaknya kasus itu sudah membuatnya terkenal, karena terkenal itu tak harus famous, notorius juga gak masalah.
PSI bagi Ahok sudah masa lalu, dan sebaiknya PSI juga mengikuti irama itu, karena yang menjadi urusan penting bagi PSI adalah bagaimana agar Partainya bisa tetap survive, kalau bergabung dengan PDI Perjuangan, tentu tak memiliki Bargaining yang cukup. Ada peluang untuk bergabung dengan sesama partai Non Parlemen. Sebaiknya Fokus ke soal ini aja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H