Mohon tunggu...
Eliya
Eliya Mohon Tunggu... Konsultan - Master in Political Communication

Author Book : Framing Jurus Slick Menjebak Pembaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres 2019 Hanya Panggung Sandiwara?

21 Juli 2019   19:14 Diperbarui: 21 Juli 2019   19:24 2515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tentu saja dalam memaknai semua peristiwa dan kejadian, setiap orang memiliki makna yang berbeda beda. Perbedaan Pemaknaan ini bukan saja disebabkan karena perbedaan sudut pandang dan posisi kepentingannya, tetapi juga preferensi dan wawasan serta pengetahuan yang dimiliki.

Apa yang kamu baca, yang kamu tonton, informasi yang kamu cerna menggambarkan siapa dirimu dan bagaimana preferensimu terhadap sebuah peristiwa, termasuk peristiwa politik.

Pertemuan Prabowo dengan Jokowi yang katanya hanya sebagai sebuah ewuh pekewuh untuk menyampaikan selamat secara langsung, jelas merupakan sebuah peristiwa yang dapat dimaknai dengan berbagai sudut pandat, berikut salah satu sudut pandang yang dapat dikupas.

Cairnya suasana dengan pernyataan Prabowo bahwa mereka berdua adalah sahabat yang sejak lama, pertarungan politik tidak memisahkan dan merusak persahabatan yang ada. Ini dapat dimaknai bisa jadi pertarungan politik dalam pemilu presiden 2019 merupakan sebuah skenario besar politik untuk menyusun kekuatan politik yang lebih kuat dimasa yang akan datang.

Jika disimak ulang, kunci dari tampilnya hanya 2 kandidat dalam pemilu presiden 2019 adalah sebuah pengaturan yang "aneh", adanya president threshold dalam pemilu serentak, dengan menggunakan hasil pemilu legislatif 2014 sebagai dasar perhitungan thresholdnya. Memang berbagai pihak menyampaikan protes, khususnya partai dan politisi yang berada diluar koalisi pemerintahan jokowi. Ada juga berbagai aktifis pejuang demokrasi yang berusaha mengajukan judicial review terhadap President threshold di pemilu serentak. Semuanya gagal dan pelaksanaan pemilu presiden 2019 tetap menggunakan President Threshold 20 %.

Publik dapat memaknai seluruh rangkaian peristiwa ini, dengan pandangan bahwa Bisa jadi, kemenangan jokowi sudah disetujui sejak awal oleh kedua belah pihak. Pertarungan yang diciptakan dengan PT 20 % sebagai pagarnya memang bertujuan untuk membesarkan 2 partai ini, PDI Perjuangan dan Gerindra, dengan mengandalkan efek ekor jas ( coat tail effect). Dengan kandidat pilpres yang hanya berasal dari 2 partai ini, diharapkan membawa hasil yang signifikan bagi kedua partai ini. 

Diawal awal masa kampanye, ada beberapa lembaga survey yang menyampaikan hasil surveynya, dimana kedua partai akan mendominasi suara, dengan jarak yang sangat jauh dibandingkan partai partai lain. Walaupun hasilnya tak sesuai, setidaknya suara kedua partai ini memang berada dipapan atas dan menjuarai kontestasi politik di parlemen diseluruh tingkatan.

Kenapa bang Sandi yang juga kader Gerindra yang dipilih sebagai calon wakil presiden, walaupun dengan kondisi Sandiaga mundur dari keanggotaan Partainya. Karena memang hanya ingin membesarkan kedua partai ini, tak mau membagi coattail effect kepada partai lainnya.

Setelah kontestasi selesai kedua partai ini akan kembali menyatu, untuk mengusung kandidat baru untuk mengganti jokowi yang tak bisa lagi maju di pilpres 2024, karena sudah 2 periode. Seluruh partai koalisi adil makmur siap siap ditinggalkan.

Menyimak apa yang terjadi, ekspresi dan pernyataan pernyataan Prabowo serta para kader partai pendukungnya, apakah boleh masyarakat memaknainya seperti ini ? 

Kalau memang hal ini yang terjadi dipanggung belakang kontestasi pemilu presiden 2019, sungguh kasihan seluruh masyarakat yang telah memberikan dukungan yang sangat total dengan mengorbankan jiwa raga, sisihkan uang belanja, tidak sedikit yang menjadi korban kekerasan sampai hilang nyawa, menjadi tersangka dan dipenjara. 

Sungguh teganya dirimu, Teganya teganya teganya.. Terlalu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun