Kemudian suaminya menyetujui saran tersebut. Setiap harta yang dimiliki digunakan untuk membantu orang yang sedang kesulitan, sampai membangun tempat singgah untuk para musafir.
Selama berbulan-bulan, mereka terus disibukkan dengan melayani dan memuliakan para musafir yang berdatangan. Satu tahun berlalu, kehidupan sepasang suami istri itu tetap kaya, seolah mereka lupa dengan tenggat waktu yang telah Allah berikan. Melihat hal itu Nabi Musa juga merasa heran dan bertanya kepada Allah Swt., "Ya Tuhanku, Engkau telah menetapkan syarat kepada mereka hanya satu tahun. Sekarang, sudah lewat satu tahun tetapi mereka tetap hidup kaya?"
Allah Swt., berfirman, "Wahai Musa, Aku membuka satu pintu di antara pintu-pintu rezeki kepada keluarga tersebut, lalu mereka membuka tujuh pintu untuk membantu hamba-hamba-Ku. Wahai Musa! Aku merasa malu kepada mereka. Wahai Musa! Apakah mungkin hamba-Ku lebih dermawan dari-Ku."
Kisah ini memberikan pelajaran bahwa sejatinya apa yang kita tanam, maka itu yang akan kita tuai. Selain itu, keikhlasan dalam bersedekah akan membuat hidup menjadi lebih berkah. Dalam kisah ini, seakan kita juga diberi peringatan bahwa harta yang kita miliki adalah titipan dan ada hak orang lain di dalamnya, maka pergunakanlah dengan sebaik-baiknya. Semua harta adalah fana, yang abadi adalah ketaatan dan amal kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H