Mohon tunggu...
Eliyah
Eliyah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Jejak-Jejak Kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kufur Nikmat: Makanan Sudah Dicela, tetapi Dimakan Pula

8 November 2023   09:59 Diperbarui: 8 November 2023   10:44 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam adalah agama yang mengatur segala aktivitas manusia dari bangun tidur sampai tidur lagi. Coba kita ingat-ingat, aktivitas apa yang tidak diatur dalam Islam? Mulai dari doa bangun tidur, bercermin, memakai pakaian, keluar rumah, bekerja, perjalanan jauh, makan, minum, dan lain sebagainya semua diatur dalam Islam. Dalam hal makanan, mulai dari berdoa, cara makan yang tidak boleh berdiri, dan cara menghargai makanan.

Banyak orang yang ketika tidak senang dengan makanan yang sudah dihidangkan, seringkali mengeluarkan kalimat celaan untuk makanan tersebut. Coba ingat-ingat, apakah kita juga salah satu orang yang pernah mencela makanan? Seperti: "Makanannya keasinan, tidak enak!", "Makanan ko seperti itu?", dan kalimat lainnya.

Lucunya, ketika makanan tersebut dicela, tetapi kita tetap memakannya. Kadang-kadang kita sering lupa akan hal ini; lupa menghargai makanan, lupa menghargai orang yang sudah menyiapkan makanan tersebut, dan lupa cara bersyukur. Jangan sampai kita menjadi orang yang kufur nikmat.

Ditegaskan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim, "Nabi Muhammad tidak pernah sama sekali menghina dan mencela semua jenis makanan. Apabila beliau suka, beliau memakannya. Apabila beliau tidak suka, beliau pun meninggalkannya." (HR. Bukhari Muslim).

Baca juga: Pancing Rezeki dengan Sedekah

Ini adalah salah satu hadis yang menunjukkan betapa mulianya akhlak Rasulullah, sekalipun itu pada makanan. Mana yang katanya mengaku umat Rasul, tetapi tidak menjadikan ia sebagai teladan? Rasulullah saja tidak pernah mencela makanan. Beliau lebih memilih untuk meninggalkan makanan tersebut jika tidak suka.

Mengapa mencela makanan disebut kufur nikmat? Karena pada saat kita mencelanya, kita merasa tidak butuh dengan makanan tersebut, kita ingin makanan yang lebih enak dari itu. Padahal, di luar sana, di daerah yang mungkin tidak terjamah oleh kita, ada ribuan orang yang kelaparan dan memakan makanan sisa.

Bersyukurlah, maka Allah akan menambah nikmat tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surah Ibrahim ayat 7, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras." (QS. Ibrahim ayat 7).

Bersyukur, ya! Masih banyak di luaran sana yang tidak seberuntung kita. Selain bersyukur, jangan lupa untuk memberi, ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun