Mohon tunggu...
Elita Azalia
Elita Azalia Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar PKTJ Tegal

Seseorang yang mempunyai hobi mendengarkan musik dan sedang belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebersamaan Mengubah Segalanya

18 November 2022   22:40 Diperbarui: 18 November 2022   23:09 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis itu matanya nanar. Napasnya berdegup kencang. Tangannya berkali-kali mengepal. Kerudung lebar dan baju seragamnya berlepotan tak karuan. Campuran remukan kapur dan telur yang ditimpukkan teman-temannya membuatnya laksana zombie yang menakutkan. 

Hampir semua temannya tak mempedulikannya. Terus tertawa-tawa sambil menyanyikan lagu Happy Birthday. Dia disini, ditempat dimana orang-orang tidak akan mungkin menjangkau dirinya. Ditempat dimana dia dapat bersembunyi dari berbagai hal yang dapat membuat dirinya semakin jatuh tak berdaya. 

Senyuman, tatapan, dan semua hal yang mereka lakukan beberapa waktu yang lalu terus terputar dikepalanya. Dia tak tahu apa yang diinginkan oleh teman-temannya hingga membuat ia menjadi seperti ini. Karena pada saat hari-hari biasa mereka tak pernah menghiraukannya. Dia selalu menjadi pribadi yang terkucilkan, terlupakan. Dan mendadak pada hari ini semua berubah.

Mereka benar-benar memperlakukan Nadira layaknya seorang teman kesayangan mereka. Mulai dari memulai pembicaraan lewat chat untuk menanyakan kabarnya, menyapanya, bahkan ada salah satu dari temannya yang bersedia menawarkan tempat duduk agar dapat berada di sebelah dirinya. Hingga pada akhirnya peristiwa itu terjadi. Dimulai pada saat Nadira akan beranjak pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian olahraga. 

Mereka semua mendadak menjauh dan pergi meninggalkan Nadira sendirian. 

Sebenarnya Nadira merasa kebingungan akan sikap dan tingkah laku mereka. Tetapi Nadira tetaplah Nadira, kejadian seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari. Kelam, sepi, dan sendiri sepertinya sudah menjadi takdir baginya.  Tanpa menghiraukan keadaan sekitar Nadira langsung bergegas untuk berganti pakaian.

Saat akan memasuki kelas perasaan Nadira sudah diliputi rasa curiga. Kelas benar-benar menunjukkan suasana sepi seperti tak berpenghuni. Nadira sebenarnya tidak ingin merasakan hal seperti ini, tapi akhirnya Nadira berusaha memberanikan diri untuk membuka pintu kelas dan meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Perlahan dirinya membuka gagang pintu dengan hati-hati. 

Saat dia sudah membukanya, serentak seluruh siswa yang hilang dari pandangan Nadira sebelumnya langsung mengucapkan selamat ulang tahun untuk dirinya. Nadira langsung tersadar jika hari ini merupakan hari ulang tahunnya.

Nadira merasa sangat terharu, karena teman-teman sekelasnya yang selama ini ia anggap selalu mengacuhkannya ternyata mereka masih memedulikan Nadira. Namun, pada detik selanjutnya Nadira seperti terlempar dari berbagai ekspektasi tentang teman-temannya. 

Penampilannya berubah menjadi sesosok makhluk yang menyeramkan karena teman-teman sekelasnya melempari berbagai macam bahan kearahnya yang sepertinya memang ditujukan untuk memeriahkan suasana ulang tahun Nadira. 

Akan tetapi, menurut Nadira cara yang mereka lakukan sungguh keterlaluan. Bagaimana tidak keterlaluan, hal tersebut dilakukan tepat sebelum jam pelajaran olahraga akan dilaksanakan. Dengan penampilannya sekarang ini benar- benar membuatnya tidak dapat mengikuti mata pelajaran tersebut. Akhirnya yang dapat ia lakukan sekarang adalah hanya meratapi nasib dengan memandang kearah langit-langit kamar mandi dan berharap hari ini tidak pernah terjadi.

“Aku berharap hari ku berjalan seperti hari-hari biasa. Tak mengapa aku diabaikan, asalkan aku tetap menjadi seorang yang tak terlihat dan tidak berubah menjadi makhluk yang akan ditertawakan penampilannya apabila orang lain melihatku, ini sungguh menyedihkan,” lirih Nadira kepada dirinya sendiri.

“Nad, kamu di dalem kann ?? Nadd, gimana keadaan kamuu ? Nadira jawab akuu dong Nad…”, seru Feirin sang ketua kelas.

Yak Nadira tahu itu suara Feirin karena suara itu selalu ia dengar pada saat dikelas. Suara yang selalu aktif terdengar pada saat guru-guru sedang bertanya kepada para murid tentang materi yang mereka ajarkan dan tentang berbagai kegiatan kelas yang selalu membutuhkan masukan dan pendapatnya.

Dengan wajah lesu dan bibir terbungkam Nadira berjalan keluar dari salah satu bilik kamar mandi. Melihat wajah Feirin yang menatapnya dengan tatapan menyedihkan semakin membuat hati Nadira menjadi sesak, tangis yang selama beberapa menit ini ia tahan akhirnya tumpah. Melihat keadaan temannya yang benar-benar hancur, tanpa berpikir panjang Feirin langsung memeluk Nadira dan berusaha untuk menenangkannya.

“Pe.. penampilankuu benar-benar terlihat menyedihkann Feii.. a-aku tidak mungkin mengikuti pelajaran olahraga dengan kondisi seperti ini.. Ba-bagaimana dengan nilai prakteknya nantii Feii.. aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa sekarangg..” ujar Nadira sambil terisak.

 “Ssstt.. sebentar tenangin diri kamu dulu Nad.. Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu Nad. Aku tau kalo perlakuan aku sama temen-temen tadi bisa dibilang udah kelewat batas. Kita bener-bener nggak berfikir kalo itu bakal buat penampilan kamu jadi seberantakan ini,” ungkap Fei dengan nada bersalah.

 “I-iya gapapa kok Feii, aku tahu maksud kalian baik. Aku berterima kasih karena kalian inget sama hari ulang tahunku, yang bahkan aku sendiri baru inget kalo hari ini hari ulang tahunku. A-aku cuma ngerasa hari ini baru banyak pikiran aja Fei, jadinya aku gabisa ngehargain kalian yang bela-belain ngesurprisein aku,” tutur Nadira sembari membersihkan dirinya dengan menggunakan tisu basah yang sudah dibawakan Fei sebelumnya.

 “Eh.. Kamu baru punya banyak pikiran sekarang Nad ? Yaampun Nad maaf sekali lagii, a-aku beneran gatau kalo kamu baru ga baik perasaan hatinya terus malah ditambah sama kejutan kita yang buat kamu tambah hancur. Maaf banget ya Nad,” sesal Fei yang langsung di balas dengan anggukan pelan Nadira.

 “Gapapa Fei.. semuanya juga udah terjadi. Seharusnya aku tadi nggak usah cerita panjang lebar sama kamu, jadi nya malah kamu yang kepikiran sekarang.. Tenang aja aku udah gapapa kok. T-tapi bajuku, Fei aku boleh minjem baju putih abumu dulu nggak ? Soalnya tadi bajuku ganti juga ikutan kotor, belum sempat aku kasih ke tass.. Gimana boleh gak Fei ?”

“Boleh banget Nadd.. Sebentar aku ambilin dulu ya, ini tisu basahnya boleh kamu pake semua. Gratiss, sebagai bentuk permintaan maaf jugaa,” sahut Feirin yang langsung bergegas pergi meninggalkan Nadira untuk mengambil baju putih abu yang sepertinya pas ditubuh Nadira karena mereka memiliki ukuran tubuh yang kurang lebih sama.

“Nad ini nadd barang pesanan kamu sudah datangg.. Kamu langsung ganti aja aku tungguin. Dan ada tambahan Nadd, ada kabar baik buat kamu.. ternyata guru penjasorkes nya kita baru ada keperluan lain di luar sekolah, jadi penilaian praktek kitdia memiliki pikiran bahwa yang dapat ia percayai a diundur minggu depann,” seru Fei semangat yang seketika membuat Nadira tersenyum kembali.

 “Wah, Alhamdulillah Fei. Makasih atas kabar baiknya.. Bener-bener kabar yang buat aku jadi bahagia.. Yaudah aku lanjut ganti dulu ya,” Nadira berkata sambil melangkah menuju ke salah satu ruang ganti yang kebetulan juga berada di area kamar mandi sekolah mereka.

 “Okee, aku tunggu disini yaa”, ujar Feirin sambil menatap punggung Nadira berlalu. Dia benar-benar merasa bersalah, seharusnya hal bodoh seperti ini tidak boleh terjadi. Namun apa boleh buat semua nya sudah terlambat dan rasa sesal pun sudah tidak ada artinya. Beruntungnya hari ini tidak ada mata pelajaran olahraga sehingga ia tidak menambah beban pikiran temannya itu.

Lega, itulah yang Nadira sekarang rasakan. Setidaknya, beban yang ada di pundaknya berkurang. Riuh di kepalanya menjadi tenang. Pikiran-pikiran yang tadinya diliputi rasa cemas akhirnya menghilang. Dengan segera ia mengganti bajunya menjadi putih abu. Senyum nya mekar pertanda perasaannya telah kembali membaik.

“Mengapa kau menatapku seperti itu Fei ? Jangan membuatku merasa takut.. Kau-kau tidak apa-apa kan ?” Nadira benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Fei pikirkan sekarang. Perlahan ia mendekati Fei untuk memastikan bahwa Fei masih dalam keadaan sadar.

“Enggak apa-apa Nad, seharusnya pertanyaan itu yang harus kukatakan kepadamu tadi. Apakah kamu baik-baik saja ? apakah kamu punya tempat buat nyeritain segala keluh kesah yang kamu punya ? apa kamu selalu ngerasain yang namanya kesendirian ? jawab aku Nad,” tutur Fei menatap Nadira dengan pandangan nanar.

Nadira terdiam, seketika lidahnya kelu. Perasaan yang tadinya sudah membaik kini kembali memburuk lagi. Ya Nadira menyadari kalau dia benar-benar tertutup dan kesepian. Bukan karena ia tak mau berbaur, tetapi dia seperti mempunyai pikiran bahwa yang dapat ia percayai dan tidak akan meninggalkan dirinya di titik terendahnya adalah dirinya sendiri.

“Sebenernya aku tau Nad apa yang ada dipikiranmu sekarang, kamu sendirian kan ? nggak ada orang yang kamu percaya buat dengerin cerita-cerita kamu kan? Dan kamu lagi dalam keadaan terpuruk sekarang. Jangan kayak gini Nad, kalo kamu selalu mengurung dirimu dari orang lain dan nggak mau nyeritain masalahmu kamu malah akan membuat beban yang ada didalam dirimu menjadi lebih banyak.

Aku yakin kalo kamu terus-terusan kayak gini itu bakal gak baik buat kesehatan mentalmu,” kata Fei yang mencoba untuk memberikan pengertian kepadaku serta memberi saran agar aku bisa bersifat lebih terbuka kedepannya.

“Iya Fei, aku memang enggak bisa berbaur sama temen-temen, khususnya temen sekelas. Aku nggak tau aku yang kaku atau karena aku terlalu mengurung diriku karena aku selalu takut buat kehilangan seseorang. Baik itu dari memori yang mereka buat, juga tentunya hal-hal yang selalu punya hubungan erat dengan diri mereka sendiri. 

Toh pada akhirnya yang ada disaat aku berada di titik terendahku ya cuma diriku,” Nadira mengatakan hal tersebut dengan mimik wajah murung.

“Persepsi tentang bagaimana kehilangan seseorang memang terasa sangat menyedihkan, tetapi Nad hukum semesta memang seperti itu. Semua orang yang berada disisimu sekarang memang tercipta untuk memberi pelajaran tersendiri. Ada suka dan ada duka. 

Mereka diciptakan agar kamu dapat mengetahui pentingnya peran mereka dalam membentuk kamu menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Membuat kamu tersadar tentang pentingnya menghargai waktu. Menghargai segala hal yang tercipta pada waktu tersebut yang tak akan terulang kembali. 

Dan mengenai kamu yang merasa bahwa hanya ada dirimu sendiri yang ada pada saat terendah mu, menurutku itu adalah cara pandang yang salah. Sebenarnya kamu tidak sendiri saat itu. Kalau kamu mengamati dari sudut pandang positif, kamu tidak sendiri. 

Setidaknya kalau kamu benar-benar merasa sendiri kamu bisa menatap langit, milyaran bintang sedang berada di titik nya masing-masing. Mereka sedang berputar pada porosnya sendiri-sendiri. Kalau dipikir-pikir hal tersebut sungguh hebat bukan ? Bintang-bintang tersebut ada bukan tanpa alasan. 

Mereka ada karena ada yang menciptakan. Tuhan menciptakan bintang-bintang tersebut dengan begitu indahnya, dan aku selalu yakin kalau tuhan pasti juga bisa menemani kita di masa-masa terburuk kita seperti halnya tuhan membuat dan menjaga bintang-bintang tetap menyala terang agar dapat menerangi gelapnya malam. 

Jadi Nad, mulai dari sekarang kamu harus bisa biasain dirimu buat berbaur sama temen-temen yaa.. seenggaknya kalo kamu gak mau nyeritain masalah kamu, kita bisa jadi tempat buat ngelupain masalahmu,” Feirin benar-benar mengatakan hal tersebut dengan nada yang cukup serius.

“Iya Fei aku akan coba .. Makasih banyak yaa udah mau ndengerin celotehan ku dan makasih sekali lagi udah mau ngasih saran yang bener-bener ngebangun banget. Rasanya bener-bener lega banget, ternyata masih ada orang yang mau jadiin aku sebagai temannya. Makasih banyak ya Fei,” Nadira tersadar bahwa ia seharusnya tidak boleh bersikap terlalu tertutup untuk orang lain.

 “Sama-sama Nad, hehe aku tadi kayak sok-sokan gitu nggak sih kesannya ?” Feirin terkikik karena mengingat bagaimana dia berbicara cukup panjang pada Nadira dengan kalimat yang bahkan ia tidak tau kalo dirinya dapat mengatakan hal-hal semacam itu.

“Hehe gapapa Fei, aku sebenernya tadi juga agak kaget. Kok bisa ya Fei ngomong kayak gitu ? tapi tadi jujur aja kalo apa yang kamu katain bener Feii,” ucap Nadira sambil mengangkat kedua jempolnya yang berarti ia sangat setuju dengan perkataan Feirin.

“Mungkin karena aku baru kesambet kali ya Nad, yaudah kamu udah selesai kan ? yok kita langsung ke kelas ajaa,” ajak Feirin kepada Nadira.

“Ayokk, t-tapi ini gapapa kan,” Nadira sepertinya masih takut menghadapi bagaimana reaksi teman sekelasnya pada saat ia memasuki kelas nanti.

“Ehh gapapa bangett Nad, yokk langsung ke kelas aja,” Feirin langsung menarik lengan Nadira, memastikan semuanya akan baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun