Mohon tunggu...
Elita Azalia
Elita Azalia Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar PKTJ Tegal

Seseorang yang mempunyai hobi mendengarkan musik dan sedang belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hadiah dari Ayah

4 Desember 2020   19:34 Diperbarui: 4 Desember 2020   21:55 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mereka mengira jika barang itu disimpan di tas, karena mereka tadi sempat menghalangi ibu disaat ibu ingin memasukkan barang-barang ayah ke rumah. Mereka mengatakan bahwa mereka hanya ingin mengecek sesuatu di dalam tas ayah tetapi ternyata tidak ada. Dan berkata kepada ibu  jika itu adalah barang rahasia meskipun mereka tau pada akhirnya ibu juga akan mengetahui barang tersebut. Kemudian ibu mereka masuk diiringi dengan wajah bingung karena tindakan yang dilakukan kedua anaknya.

Ayah menyuruh mereka menutup mata agar kedua anak itu semakin penasaran dengan oleh-oleh yang dibawakan. Ayah menghitung mundur dari hitungan kelima. Pada hitungan ke satu, dengan serentak kakak beradik itu membuka mata. Mereka terkejut karena oleh-oleh tersebut adalah seekor ikan berwarna biru dengan corak kuning pada beberapa permukaan tubuhnya. Ikan itu benar-benar indah, hingga mereka tidak bisa berhenti menatap dan kemudian tersadar oleh suara ibu yang membuat kedua anak itu tersentak. Sebenarnya nada suara ibu biasa saja. Mereka merasa seperti itu, karena mereka tidak fokus dengan keadaan sekitar.

"Oo jadi ini barang rahasia itu, warna ikannya sangat cantik" ibu berkata sambil meletakkan makanan dan minuman di atas meja. "Ibu, kami berkata bahwa itu rahasia karena kami juga belum mengetahui isi di dalamnya. Kami ingin kami yang terlebih dulu melihat buah tangan dari ayah", ucap si bungsu. "Baiklah kalau seperti itu", ibu membalas diiringi dengan senyuman. "Kalian itu, hal seperti itu tidak perlu dirahasiakan dari ibu. Karena sudah pasti kalian adalah yang pertama ayah perlihatkan tentang barang ini. 

Sekarang kalian harus berjanji kepada ayah kalau kalian akan merawat ikan ini dengan sepenuh hati, mengerti ?", tanya ayah seraya meminum teh hangat yang sudah ibu siapkan. "Baik ayah, kami mengerti. Kami berjanji tidak akan membuat ikan ini kelaparan dan menjaganya dengan baik", jawab sang kakak diiringi dengan anggukan mantap adiknya.

Malam telah tiba, suara jangkrik turut mengisi sunyinya suasana malam ini. Langit abu-abu sudah berganti dengan langit malam yang dihiasi dengan gemerlapnya cahaya bintang. Kedua kakak beradik ini benar-benar menyukai hewan peliharaan baru mereka. Sepanjang malam ini mereka tidak henti-hentinya mengecek peliharaan mereka bahkan mereka hampir lupa tentang tugas yang diberikan oleh ibu guru kemarin. Untungnya, ibu selalu mengingatkan mereka setiap malam termasuk malam ini. Dan berujung dengan ibu marah kepada mereka kemudian menyuruh keduanya untuk segera tidur setelah selesai mengerjakan tugas dan menunaikan sholat isya.

Silaunya cahaya matahari membangunkan kedua anak itu, ternyata yang membuka tirai jendela adalah ibu. Pada saat mereka berdua membuka mata, ibu benar-benar memarahi mereka untuk yang kedua kalinya. Ibu berpikir bahwa mereka sudah melanjutkan kegiatan setelah menunaikan ibadah sholat subuh, namun ternyata kedua kakak beradik ini justru melanjutkan kegiatan tidurnya. 

Tanpa diberi aba-aba keduanya langsung beranjak dari kamar dan segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Mereka benar-benar tergesa-gesa sekarang, sampai-sampai ibu yang tadinya marah dibuat khawatir karena tingkah laku mereka dan menyuruh mereka untuk berhati-hati. Semuanya sudah siap, mereka langsung berpamitan kepada ibu lalu bergegas menuju ke sekolah.

Cuaca hari ini berbeda dengan kemarin. Matahari benar-benar menunjukkan dirinya dengan seutuhnya. Alhasil saat ini kedua kakak beradik itu sedang berdiri di dekat kipas angin dengan tujuan agar mereka tidak kepanasan. Mereka benar-benar tidak berganti pakaian terlebih dahulu setelah pulang sekolah. Seandainya ibu melihat keadaan mereka sekarang, pasti ibu sudah memarahi kedua anak itu. Tapi dikarenakan mereka pulang lebih awal hari ini dan ibu masih berada di pasar sehingga membuat mereka merasa bahwa tidak akan ada orang yang melihat kelakuan mereka. Tiba-tiba salah satu dari mereka berbicara kepada sang kakak jika mereka lupa memberi makan ikan yang diberikan oleh sang ayah. Sang kakak pun langsung menuju ke arah kamar diikuti oleh adiknya guna mengecek keadaan hewan peliharaan mereka serta berniat untuk memberinya makan. 

Sayup-sayup terdengar suara tangisan dari arah kamar. Mereka berdua terkejut sebab mereka tau hanya mereka berdua yang sedang berada di rumah. Ya, ibu sedang berada di pasar dan ayah kembali bekerja di laut lepas namun hanya berada di jarak dekat. Mereka berdua menempelkan telinganya di depan pintu. Karena takut, keduanya dengan cekatan mengambil sapu yang ada di ruang keluarga. Sambil memegang sapu di tangannya, mereka berancang-ancang untuk memukul orang yang sedang berada di dalam kamar. Keduanya khawatir jika orang tersebut adalah penjahat yang ingin merampas  barang-barang atau yang lebih menakutkan adalah orang tersebut mempunyai maksud untuk mencelakai keluarga mereka.

Sang kakak memberikan kode kepada adiknya jika dalam hitungan ketiga mereka harus membuka pintu kamar kemudian memukul dan menyergap orang yang sedang berada di dalam. Aba-aba dipimpin oleh sang kakak, pada hitungan ketiga keduanya membuka pintu secara bersamaan. Memang bukan penjahat yang mereka temukan melainkan sebuah hal yang mungkin tidak pernah terlintas dipikiran mereka. Yang membuat mereka terkejut adalah ikan berwarna biru itu dapat menangis. Ikan itu benar-benar menangis tersedu sekarang. Dengan langkah hati-hati keduanya melangkah menuju ke arah dimana akuarium tersebut diletakkan. 

"Semua manusia sama saja, tidak ada yang peduli tentang keadaan makhluk hidup lain. Egois, manusia hanya memikirkan diri mereka sendiri. Pada saat ayah kalian membawaku, aku merasa bahwa dia bukan seperti manusia pada umumnya. Dia berbeda, aku berpikir aku sangat senang jika dia membawaku bersamanya. Tapi pada saat tiba di rumah ini, keadaan seketika berubah. Aku akui memang kalian suka dengan keberadaanku, namun kalian tidak memperhatikan kondisiku. Kalian hanya mempergunakanku untuk hiburan kalian. Kemarin sore, aku sudah coba menahannya. Namun kali ini aku sudah tidak bisa. Kalian tau aku belum makan sejak kemarin !. Huhuhu, kalian ternyata sama saja dengan manusia pada umumnya !" ikan tersebut mengawali percakapan dengan kalimat yang cukup panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun