Mohon tunggu...
Elita Wijayani
Elita Wijayani Mohon Tunggu... Lainnya - siswa SMAN 3 Tenggarong

PESERTA RBMK MUSIM 3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Si Hitam dari Pulau Borneo yang Termakan Usia

28 Agustus 2020   15:54 Diperbarui: 28 Agustus 2020   15:44 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tato asli suku dayak (Sumber gambar: https://merahputih.com/post/read/uniknya-tato-suku-dayak-kolaborasi-teknik-simbol-dan-pemaknaan)

Jika mereka melakukan kesalahan, hal itu merupakan kesalahan dari orang yang melakukan tindakan tersebut bukan disebabkan karena terdapat tato yang melekat di tubuhnya. Selain itu, masih banyak orang-orang baik maupun yang telah berjasa seperti, tokoh-tokoh nasional maupun internasional yang membuat tato di tubuhnya. contohnya adalah Susi Pudjiastuti yang merupakan mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Republik Indonesia serta seorang artis tampan yang bernama Marthino Lio .

Marthino Lio sendiri memiliki tato bunga terung  di tubuhnya yang bermakna bisa hidup di manapun. Maka dari itu, dengan berpikir kritis diharapkan masyarakat Indonesia mampu memandang sesuatu tidak hanya dari satu sisi. Secara perlahan-lahan stigma buruk dapat hilang dengan sendirinya jika masyarakat Indonesia lebih kritis terhadap segala sesuatu khususnya pandangan masyarakat Indonesia tentang tato.

Kedua, membuka pikiran generasi masa kini yang ada di Indonesia tentang tato dengan menanamkan sikap toleransi. Generasi masa kini menganggap tato hanya sebuah karya seni yang dituangkan lewat gambar, motif atau tulisan pada bagian tubuh seseorang.

Selain itu, mereka juga menganggap tato hanya digunakan oleh orang-orang tidak baik dan salah pergaulan. Seakan-akan dibutakan oleh pikiran tersebut, mereka tidak menyadari dibalik penggunaan tato pada tubuh seseorang ada alasannya tersendiri. Salah satunya adalah tradisi seperti yang dilakukan di suku dayak. Bahkan di suku dayak tidak semua orang dapat menato tubuhnya dikarenakan adanya syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

Melalui toleransi, para generasi muda maupun tua di suku dayak tidak akan merasa terbebani dan tidak nyaman karena memdapat stigma sosial yang buruk saat memiliki tato pada bagian tubuhnya. Jadi tidak ada alasan bagi generasi muda maupun tua di suku dayak untuk tidak menato tubuhnya setelah memenuhi syarat untuk membuat tato.

Ketiga, ikut serta dalam pameran budaya. Pameran budaya bukan hanya dengan memperlihatkan tentang budaya/tradisi masing-masing kelompok atau suku saja. Akan tetapi, terdapat makna tersirat di dalamnya seperti, menanamkan nilai-nilai kebudayaan pada masyarakat, menambah wawasan masyarakat tentang suatu tradisi, menumbuhkan rasa bangga kepada tradisi yang ada serta membuka pikiran mereka tentang suatu tradisi yang sudah diwariskan dari nenek moyang. Hal ini dapat menumbuhkan sedikit demi sedikit saling tenggang rasa masyarakat terhadap suatu tradisi karena makna yang secara tidak langsung diberikan saat pameran budaya.

Di sisi lain, bagi suku dayak tentu saja hal ini menumbuhkan kepercayaan diri serta rasa bangga pada tradisinya khususnya pada tradisi tato. Rasa bangga dan percaya diri mereka tumbuh karena memiliki tato di tubuhnya.

Terakhir, memfasilitasi masyarakat asli suku dayak untuk melestarikan tradisi sukunya. Fasilitas dalam konteks ini adalah sarana dan prasarana yang diberikan seperti, tempat bermukim. Sebab dulunya suku dayak tinggal dengan damai di hutan belantara Kalimantan serta memiliki mata pencaharian sebagai pemburu. Namun, sekarang hutan itu direnggut paksa dari mereka untuk dijadikan perkebunan sawit dan pertambangan batu bara. Tempat tinggal serta mata pencaharian mereka yang berkurang secara drastis membuat masyarakat asli suku dayak berkurang jauh jumlahnya. Oleh karena itu, perlunya memfasilitasi mereka agar suku asli dayak bisa berkembang lagi sehingga mereka dapat terus melestarikan tradisinya.

Tradisi membuat tato di suku dayak memiliki makna yang sangat berarti bagi masyarakat suku dayak. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman tradisi ini mulai ditinggalkan dikarenakan beberapa alasan. Disisi lain ada pula upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan tradisi ini. Dikutip dari Maisie Junardy, penulis buku "Man's Defender" bahwa "Mengenalkan dan mempertahankan budaya itu penting, supaya manusia bisa mengenal dirinya sendiri dan lebih saling menghargai, dan sebagainya."

Oleh karena itu, lestarikanlah tradisi kita karena itu merupakan jati diri kita yang sesungguhnya. Jangan memandang suatu tradisi hanya dengan satu sisi saja dan budayakan sikap toleransi. Banyak negara diluaran sana yang miskin tradisi, sehingga jangan sampai kita kecolongan lagi dalam hal ini dengan negara lain.

Sumber video: Chanel Youtube Mr Sagaraku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun