Mohon tunggu...
Elita Duatnofa
Elita Duatnofa Mohon Tunggu... lainnya -

menulis, sebuah kejujuran dalam bentuk lain.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pentingnya Sebuah Cara

11 Juni 2011   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:38 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mungkin salah satu orang yang sangat sensitif perasaannya, lebih dari yang lain. Sehingga saya sangat peka dengan sebuah cara. Ya, cara.

Saya tidak suka dikritik dengan cara yang tidak saya sukai, saya tidak suka diperintah dengan cara yang tidak saya sukai, bahkan saya meninggalkan seseorang yang saya cintai karena saya tidak suka caranya mencintai saya.

Selain itu, saya tidak suka diajari dengan cara yang tidak saya sukai, intinya, saya tidak menginginkan apapun terjadi jika dengan cara yang tidak saya sukai. Bukan, bukan tidak ingin dikritik atau apa. Saya senang seseorang mengkritik saya, karena dengan itu saya bisa belajar. Saya senang diminta tolong melakukan sesuatu, tapi lakukanlah dengan cara yang enak. Jika mencintai saya, cintailah saya dengan cara-cara yang dapat saya mengerti dan membuat nyaman. Kuncinya, lakukanlah semua itu dengan membuat saya tetap merasa dihargai.

Seperti kasus pagi tadi. Saya dengan terburu-buru mendatangi sebuah toko yang saya tahu menjual apapun mulai dari perkakas rumah tangga sampai baju. Saya sendiri datang sepagi itu karena harus membeli sebuah kado. Saya lupa hari ini adalah acara perpisahan anak saya di sekolahnya. Para orang tua yang notebene ibu-ibu berinisiatif untuk mengadakan acara tukar kado. Jadilah pagi-pagi saya kerepotan karena selain harus mengurus persiapan anak-anak, saya juga harus membeli kado, pada jam 7 pagi. Sepagi itu? Toko mana yang buka?

Pergilah saya ke toko yang saya sebutkan tadi. Awalnya senang mendapati toko sudah buka. Saya masuk dan langsung menuju kumpulan jilbab yang dipajang di etalase.

"Cari apa?", Tanya si pemilik toko.

"Jilbab, Pak."

"Mau warna apa?"

"Saya mau lihat dulu kainnya jenis apa. Dan ada warna apa saja?" (catatan: saya mengatakan ini selembut dan sesopan mungkin)

"Langsung saja! Tinggal sebut warnanya, semua sama aja." Si Bapak pemilik toko itu bicaranya mulai keras, dan dengan sedikit menggebrak etalase.

"Berapa harganya, Pak?" (masih dengan sangat sopan)

"75 ribu."

"Boleh lihat-lihat dulu? Biar saya bisa memilih."

"Semua jilbab kan sama aja! Mau warna apa? Tinggal sebut warnanya. Bahannya ya sama aja dimana-mana kaya gini. Nggak ada lagi."

Dia mulai emosi, entah apa salah saya. Hey, apa dia lupa bahwa posisi saya adalah raja? Sebagian laba yang bisa dia peroleh hari ini juga tergantung pada saya. Dengan sikap seperti tak terjadi apa-apa, saya langsung melangkah meninggalkan toko itu tanpa basa-basi juga. Saya berhak menentukan mau membeli atau tidak, kenapa dia tidak berusaha sama sekali untuk menjaga perasaan si pembeli?

"Mbak, mbak. Ini ada juga yang harganya 60 ribu." Dia mencoba memanggil saya kembali. Saya tetap pergi, sambil menjawab, dan tanpa menoleh sedikitpun,

"Maaf, Pak. Ini untuk acara tukar kado, harganya sudah ditentukan. 50 ribu rupiah."

Saya benar-benar pergi, dan tidak menoleh lagi.

Seandainya pemilik toko melayani saya dengan baik dan menghargai saya sebagai pembeli, saya pasti akan membeli jilbab seharga 60 ribu itu, atau bahkan yang harganya 75 ribu, tidak peduli walau harga yang ditetapkan itu cuma 50 ribu. Memberi tidak akan pernah membuat kita merugi, kan?

Di perjalanan pulang saya menemukan toko yang khusus menjual jilbab dan busana muslimah, saya mampir sebentar. Alhamdulillah, saya dilayani dengan baik di sini. Dia mengerti bahwa saya adalah keuntungan buatnya. Tanpa basa-basi lebih panjang, dia memberikan saya banyak pilihan jilbab dari yang termahal sampai yang termurah. Dan saya, tak punya banyak waktu juga untuk memilih sehingga lamgsung mengambil selembar jilbab biru yang sama persis dengan yang saya lihat di toko sebelumnya, dan harganya cuma 55 ribu. Lihatlah, saya tidak hanya dihargai di sini, tapi diuntungkan 5 ribu rupiah.

Cara, banyak dari kita yang melupakan betapa pentingnya sebuah cara atas sesuatu. Yakinilah bahwa "cara" sama pentingnya dengan hal-hal besar lainnya. Berapa banyak masalah besar terjadi hanya karena sesuatu yang kita anggap sepele? Perlakukan orang lain sebagaimana Anda menginginkan orang lain memperlakukan Anda.

^__^

Dengan cara yang semoga Anda suka,

Lieta Holmes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun