Mohon tunggu...
Elis Solihati
Elis Solihati Mohon Tunggu... Dosen - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Daerah Kota Tasikmalaya

Magister Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia Memperjuangkan Hak dan Perlindungan Anak Fokus pada Parenting & Literasi Anak Usia Dini Hipnoterapis, Dosen Kunjungi Media Sosial : Instagram : @anelissoepali

Selanjutnya

Tutup

Book

Rich Dad Poor Dad #Bagian 1

9 Oktober 2022   07:46 Diperbarui: 9 Oktober 2022   07:56 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Ya kayak di sini bukanlah hasrat melainkan rasa takut.

Nah tapi juga di sini dijelaskan katanya ketidak tertarikan dengan uang atau menghindari uang itu sama gilanya seperti terikat pada uang.

Orang yang mengatakan bahwa teruslah sekolah biar nanti dapat pekerjaan yang aman terjamin itu merupakan salah satu orang yang takut.

Oh iya di sini juga dikatakan Bagaimana cara menghindari perangkap dari budak uang. Yang menjadi penyebab utama kemiskinan atau masalah uang adalah ketakutan dan ketidaktahuan bukan perekonomian pemerintah atau orang kaya ketakutan dan ketidaktahuan yang melekat pada diri itulah yang membuat orang terjebak.

Realitanya sekolah mengajarkan orang bekerja untuk uang bukannya cara memanfaatkan kekuatan uang.
Belajar menggunakan emosi untuk berpikir bukan berpikir dengan emosi.
Bagian yang tidak kalah penting dari bab 1 ini yakni "teruslah bekerja semakin Cepat kalian lupa bahwa kalian perlu upah semakin mudah kehidupan kalian nantinya. Teruslah pakai otak kalian bekerjalah secara cuma-cuma maka pikiran kalian akan menunjukkan cara-cara menghasilkan uang yang jauh melalui apa yang bisa dibayarkan pada kalian. Kalian akan melihat hal-hal yang tidak pernah dilihat oleh orang lain, kebanyakan orang tidak pernah melihat peluang karena mereka mencari uang dan jaminan, jadi hanya itu yang mereka dapatkan. Begitu kalian melihat suatu peluang kalian akan melihatnya seumur hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun