Mohon tunggu...
Elis Parlisa Rahmawati
Elis Parlisa Rahmawati Mohon Tunggu... Guru - Calon Guru Penggerak angkatan ke -7 Kab. Indramayu

Bekerja di SMP NEGERI 2 HAURGEULIS Menyukai hal-hal baru, suka bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasinya dalam Ekosistem Sekolah

9 Mei 2023   21:47 Diperbarui: 9 Mei 2023   22:00 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasiannya Dalam Ekosistem Sekolah

Oleh: Elis Parlisa Rahmawati

UPTD SMP Negeri 2 Haurgeulis

CGP Angkatan Ke-7 Kab. Indramayu

Sekolah sebuah ekosistem

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Perumpamaan sekolah seperti sebuah ekosistem sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) kedua unsur tersebut saling berinteraksi sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:Murid,Kepala ,Guru,Staf/Tenaga Kependidikan,Pengawas Sekolah,Orang Tua,Masyarakat sekitar sekolah,Dinas terkait dan Pemerintah daerah.

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan,Sarana dan prasarana, Lingkungan alam.

Sekolah juga bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas. Sebagai Seorang pemimpin kita dituntut berperan sebagai fasilitator dalam menggerakkan dan memimpin komunitasnya. Dalam konteks ini kita harus mempunyai pendekatan atau cara pandang (mindset) agar dapat mengelola sebuah komunitas yang tentunya mempunyai aset atau sumber daya.

Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach).

Ada dua  pendekatan atau cara pandang   berfikir untuk melihat sesuatu yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach).

1.Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kita mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi baik, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium. Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus kita adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.

2. Sedangkan Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)

Asset-Based Community Development (ABCD) atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang marupakan cara berfikir memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.

sekolah dapat belajar tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh. Berikut adalah ciri atau karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut: adanya praktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat, Menumbuhkan komitmen terhadap tempat, yaitu perilaku akan memperkuat koneksi warga baik komunitas, lingkungan, dan ekonomi lokal mereka. Membangun koneksi dan kolaborasi, Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada, Membentuk masa depannya, Bertindak dengan obsesi ide dan peluang, Merangkul perubahan dan bertanggung jawab, Menghasilkan kepemimpinan.

Aset --Aset dalam Sebuah Komunitas

Sebagai sebuah komunitas, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya sama seperti komunitas pada umumnya. Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sekolah dapat memanfaatkan konsep yang digunakan pada pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset. Menurut m kerangka dari Green dan Haines (2016), ada 7 aset atau modal utama yang berfungsi untuk memetakan dan membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah. Ke 7 aset tersebut adalah :

Modal manusia

Modal Sosial

Modal Politik

Modal Agama dan Budaya

Modal fisik

Modal Lingkungan alam

Modal Finansial

Dengan berfikir berbasis pada aset / potensi kita akan bisa fokus pada aset atau kekuatan yang dimiliki, sehingga bisa mewujudkan masa depan, kita pun akan berfikir tentang kesuksesan yang telah diraih, dan kita akan bisa mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya sehingga kita akan bisa merancang rencana berdasarkan visi dan kekuatan serta bisa mewujudkan rencana aksi yang sudah diprogramkan. Pembelajaran yang bisa saya ambil agar dapat mengimplementasikannya adalah bahwasaannya saya sebagai seorang guru yang tentunya sebagai pemimpin pembelajaran harus mempunyai pola pikir dan sikap positif untuk menuju perubahan sehingga bisa mengelola aset yang ada dengan pendekatan positif agar bisa memanfaatkan aset yang ada untuk kepentingan pembelajaran yang berkualitas, dan mewujudkan siswa yang senang dan Bahagia.

Salah satu contoh pengelolaan aset modal manusia yang tepat seperti peningkatan kapasitas guru dan staf kependidikan melalui diklat atau workshop atau pengelolaan modal fisik berupa pembangunan  dan pemeliharaan sarana dan prasarana belajar seperti laboratorium dan perpustakaan akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Hubungan materi modul 3.2 dengan materi sebelumnya

Beberapa contoh hubungan materi modul ini dengan modul sebelumnya yang saya dapatkan selama mengikuti Pendidikan guru penggerak adalah :

Modul 1.1 Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara : Pemetaan potensi yang bisa disesuaikan untuk menuntun murid sesuai kodratnya. Bagaimana guru dapat memetakan kebutuhan belajar murid dengan menggali aset/kekuatan yang ada.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak: Kompetensi atau kemampuan untuk merefleksikan, membuat inovasi dan kreatifitas serta berkolaborasi dalam mendukung kesadaran pemimpin pembelajaran dalam melihat aset/kekuatan yang ada.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak: Konsep BAGJA  digunakan untuk memulai perencanaan dalam pengelolaan sumber daya.

Modul 1.4 Budaya Positif: Memetakan potensi / aset adalah salah satu cara berpikir positif dalam perencanaan pengembangan sumber daya.

Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi: Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru bisa memetakan minat dan kreatifitas siswa sebagai aset terbaik sekolah.

Modul 2.2 Keterampilan Sosial dan Emosional: Kompetensi / kemampuan guru dalam keterampilan sosial dan emosional dalam memaksimalkan pembinaan siswa sebagai aset sekolah.

Modul 2.3 Coaching: Teknik, prinsip, dan langkah-langkah coaching bisa dilakukan guru untuk menggali kemampuan dan kemandirian coachee sebagai aset sekolah, dalam menyelesaikan permasalahannya.

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran : Dengan menerapkan konsep, paradigma dan nilai kebaikan bersama serta penerapan 9 langkah pengambilan keputusan, maka pengelolaan aset dapat berjalan lebih optimal.

Perbedaan sebelum dan sesudah mempelajari modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya 

Sebelum : 

Selalu berfokus pada kekurangan, belum sepenuhnya mengenali aset yang ada, berfikir berbasis masalah/kekurangan

Setelah :

Berfokus pada sumber daya/aset yang dimiliki, menggali atau memetakan apa yang bisa menjadi sumber daya/kekuataan, berfikir berbasis aset, lebih optimis menatap masa depan dengan mendorong segala aset yang ada menjadi sumber kekuatan agar proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas,menyenangkan dan berpihak pada murid

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun