Dalam senyap malam yang syahdu, Â
Ada kisah abadi tentang mereka yang merindu, Â
Orang tua, pelita dalam gelap ku, Â
Kasihnya tak pernah lekang oleh waktu. Â
Mereka yang dulu menggenggam tanganku kecil, Â
Membimbing langkahku agar tak terpeleset di jalan terjal, Â
Dengan sabar mengajari setiap huruf dan kata, Â
Membuka dunia penuh warna di pelupuk mata. Â
Ayahku, sang penjaga teguh di pagi, Â
Melawan letih demi sesuap nasi, Â
Keringatnya mengalir seperti sungai tanpa henti, Â
Namun senyumnya tetap hadir, penuh arti. Â
Ibuku, mentari yang selalu bersinar, Â
Menyulam doa di setiap malam yang kelam, Â
Tangan lembutnya merawat setiap luka, Â
Dan pelukannya, pelabuhan jiwa yang penuh makna. Â
Mereka tak pernah meminta lebih, Â
Hanya ingin melihat anaknya bertumbuh tangguh, Â
Setiap mimpi yang kuraih dan kuperjuangkan, Â
Adalah hadiah kecil untuk hati yang tak pernah padam. Â
Namun waktu, oh, waktu tak pernah berpihak, Â
Rambut hitam mereka perlahan memutih, Â
Langkah tegap kini mulai tertatih, Â
Tapi cinta mereka tetap kokoh, tak beralih. Â
Wahai orang tua, pahlawan tanpa tanda jasa, Â
Doaku mengalir deras dalam setiap detik waktu, Â
Semoga Tuhan memeluk jiwa dan ragamu, Â
Memberi surga atas segala kasihmu. Â
Esok, saat aku dewasa dan kau menua, Â
Ijinkan aku menggenggam tanganmu kembali, Â
Menghapus lelahmu dengan bakti, Â
Dan menjadikan hidupmu bahagia hingga abadi. Â
Terima kasih, Guruku TersayangÂ
Surabaya, 24 November 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI