Kau Semat LukaÂ
Kau lihat senyum yang mengembang
di bibirku, kekasihkuÂ
Adalah ratusan risalah
Kadang lupa kutangisi
Hampir satu abad
Aku mengubur kemerdekaanku
Juga kebebasan yang dielukan banyak orang
Di sini, di antara parau jeritanÂ
Aku adalah nyawa, terkebiri kenyataan
Lihat kedua mataku, kekasihÂ
Ada bercak darah tersembunyi
Tak lagi kulihat cerah dunia
Rintik hujan di rerumputan
Semua terlihat sama, hitam keabu-abuan
Jika nanti, tak kau dengarÂ
Sedu sedan yang tak kau tau darimana
Tak lagi kau garisi hitam bayangan
Mungkin aku memilih mengunci semua pintu
Tat tersentuh meski seembus dalam.
Surabaya, 17 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H