Ketika Yesus menghargai pernikahan di kana ada mukjizat, pernikahan adalah serangkaian spritual hidup yang akan berlangsung selamanya. Melangsungkan pernikahan dengan Kudus dan penuh makna, mengucapkan janji setia di hadapan Tuhan dan Keluarga.
Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Yohanes 2: 1-2. TB
Marak pernikahan dini, berakhir dengan kekerasan dan perceraian. Seandainya terjadi perceraian bagaimana kita memulihkan pernikahan yang sudah dibangun dengan waktu yang lama, tetapi karena faktor kesiapan mental, spritual, psikologi.
Ketika sepasang kekasih sedang memadu kasih dan sepakat mengikat janji, maka keduanya akan memasuki tahap perkenalan, kumpul keluarga, peminangan (tukar cincin), pernikahan menurut tradisi Yahudi.Â
Tetapi ada yang berbeda dengan pernikahan di Kana, ketika keluarga Yesus turut hadir. Kemungkinan besar ada hubungan keluarga antara keluarga Yesus, sebab ibu Yesus ikut hadir dalam pesta itu.
Selain kehadiran Yesus, tuan pesta mengalami kekurangan dalam penyediaan anggur, sehingga Yesus melakukan mukjizat dengan memberikan perintah kepada pelayan-pelayan pesta untuk menuangkan air pada beberapa tampayan yang tersedia.
Yesus memberitahu pelayan-pelayan untuk menuangkan air dan memberikan pada tuan pesta, setelah tuan pesta mengecap dan berkata air itu telah berubah menjadi anggur.
Pernikahan seharusnya adalah mukjizat, bukan kebetulan kedua pasangan ini dipertemukan secara instan, tetapi turut campur tangan Tuhan.Â
Mari menghargai pernikahan seutuhnya, sebab pernikahan menurut tradisi Yahudi yang perlu diperhatikan sebelum memasuki pesta pernikahan. Dalam tulisan ini ada 4 hal yan perlu diperhatikan bagi pasangan yang akan menikah.Â
1. Selain sehat secara fisik, wanita dianjurkan menikah pada usia 22-25 tahun, sedangkan bagi pria dianjurkan menikah usia 25-27 tahun.Â