Mohon tunggu...
Elison Manisa
Elison Manisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jadikan pendidikan sebagai tools untuk membangun diri dan sesama.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup adalah perjuangan, selama nafas belum berhenti tetap belajar untuk menjadi inspirasi bagi dunia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apakah Kita Termasuk Orangtua yang Belum Matang Secara Emosional?

18 November 2021   14:08 Diperbarui: 19 November 2021   20:08 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi https://pixabay.com

Seiring dengan bertambahnya usia belum tentu matang secara emosional. Karena kematangan emosional memang tidak hadir dengan mudah dan begitu saja sehingga untuk mencapai kematangan emosional membutuhkan proses dan berbagai hal, termasuk kita menerima kritik dengan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri, ada rasa simpati-berempati dengan orang lain, serta menguatkan diri dalam menghadapi masalah kehidupan.  

Orangtua yang belum matang secara emosional dapat membahayakan psikologis anak dengan berbagai cara. Anak-anak dari keluarga yang kurang matang secara emosional, psikologis akan kesulitan memberikan perhatian, waktu, cinta, identitas kepercayaan penuh pada anak dan keluarga. 

Bisa jadi, anak-anak akan melakukan pola/metode yang sama pada generasi selanjutnya, seperti orangtua kurang dewasa, akhirnya anak juga mengambil keputusan dan meniru kebiasaan orangtuanya yang tidak matang secara emosional dengan baik.

Memang sulit menjadi orangtua yang sempurna, menjadi sempurna mestinya jadi jadi Tuhan, bukan jadi manusia. Karena manusia itu terbatas adanya.

Tetapi jangan menyerah untuk terus belajar menjadi sempurna bagi keluarga, terkhususnya anak-anak kita. Agar menjadi orangtua yang sempurna secara emosional sehingga anak-anak tumbuh dengan baik secara fisik, mental, dan psikologi batin, jangan dibiarkan anak terluka secara emosional dari kita.

Semoga kita menjadi orangtua yang adil dan matang secara emosional, kalaupun masih ada kekurangan terus belajar menjadi yang terbaik bagi keluarga dengan mengenali emosi dan perilaku dalam diri.

Mari belajar beberapa tips dibawah ini:

1. Orangtua tidak peka dengan perasaan Anak

Orangtua sulit berempati dengan perasaan anak sehingga kesulitan memahami suatu masalah dari sudut pandang anak karena orang terlalu fokus dengan diri sendiri, sehingga merasa semua langkah diambil adalah yang terbaik untuk anak.

Ilustrasi https://pixabay.com
Ilustrasi https://pixabay.com

2. Sering menumpuk kesalahan pada Anak

Menjadi orangtua harus tahu cara, kapan, dimana, situasi untuk mengontrol perasaannya sehingga kerap melampiaskan emosi, dendam, amarah, frustasi pada anak. Selan itu, mudah tersinggung, gampang kecewa, dan tidak sabar, akhirnya anak akan merasa takut dan kecewa akibat sering marahi orangtuanya.

3. Menuntut terlalu banyak dari Anak

Permintaan adalah bagian dari kematangan emosional, hal itu berakibat pada orangtua yang tidak matang secara emosi, akan banyak menuntut tentang pencapaian dan keberhasilan yang diraihnya. Biasanya Orangtua akan mengunakan senjata ini "ini semua untuk kebaikan kamu" mama papa akan bangga melihat kalian sukses.

4. Mudah menyalahkan orang lain

Seseorang yang dewasa akan selalu berupaya bertanggung jawab atas semua kebijakan dan tindakannya, tetapi jika orangtua yang samasekali tidak matang secara emosional akan cenderung menyalahkan orang lain untuk sebuah pencapaian dan keberhasilan hidup, semua hal tidak akan berjalan sesuai dengan rencana.

5. Tidak menyadari kekurangan diri

Orangtua tidak memiliki kematangan emosional akan berpikir semuanya merasa benar dan anak harus mengikuti keinginan, kemauan seperti apa yang sudah dikatakan.

6. Begitu egonya orangtua terlalu mengontrol

Anak sehingga anaknya harus patuh dan setia tanpa meragukan kemampuan berpikir orangtua. Sehingga seperti membuat sebuah jembatan yang tidak bisa menghubungkan antara kemauan anak.

Setiap orangtua pasti memiliki nilai dan cita-cita sendiri yang ingin diikuti anaknya sehingga tidak mengizinkan untuk berdebat dengan pilihan orangtuanya.

Akibatnya anak akan bertumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan selalu membutuhkan validasi dari orangtua dan keluarga. Anak tidak akan tahu mana yang benar dan salah, karena semua yang dilakukan berdasarkan kata orangtua dengan begitu orangtua akan merasa senang. 

7. Rendahnya toleransi terhadap stress

Sehingga orangtua tidak bisa mengatasi dengan baik ketika ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai dengan harapan.

Ilustrasi https://pixabay.com
Ilustrasi https://pixabay.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun