Mohon tunggu...
Elison Manisa
Elison Manisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jadikan pendidikan sebagai tools untuk membangun diri dan sesama.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup adalah perjuangan, selama nafas belum berhenti tetap belajar untuk menjadi inspirasi bagi dunia.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ketertarikan Menjadi Petani Milenial "Sektor Pertanian"

5 November 2021   00:39 Diperbarui: 5 November 2021   00:44 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: DOK. PRBADI

Ketertarikan menjadi petani milenial di sektor pertanian, memang tidak mudah dan tidak diragukan sama sekali, asalkan memiliki tekad, bukan nekat. Jika memiliki nekat menggenangi sebuah usaha, pasti akan mengalami kegagalan.

Penulis dilahirkan dari keluarga sederhana dan bergelut sebagai petani, merasa bersyukur dengan menjadi petani milenial sangat menguntungkan sekarang ini. Penulis lebih tertarik menjadi petani (berkebun, ladang dan kopi, padi menjadi bahan pokok, kopi menjadi salah satu produk yang digemari oleh semua masyarakat Indonesia.

 Menjadi petani di desa yang jauh dari perkotaan, informasi, akses transportasi, tentu memiliki peran dalam menyediakan pangan lokal, seperti padi, jagung, kemiri, jambu, kenari, kopi, coklat, lada, pala, vanili, kelapa, dan asam. 

Manfaat menjadi petani, turut mensejahterakan masyarakat dan pengelolaan pertanian. Sebagian besar masyarakat Desa Manmas pada umumnya, masih hidup dibawah garis kemiskinan. Dengan demikian pengelolaan pertanian dapat diharapkan meningkatkan taraf hidup secara sosial dan mengurangi presentase penduduk miskin Alor.

Permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat Desa Manmas pertanian secara garis besar meliputi 3 hal, yaitu:

1. Rendahnya reproduksi dan produksi petani milenial.

2. Kurangnya pengetahuan dan penggunaan teknologi informasi dan alat-alat yang mendukung program pertanian.

3. Masalah pemasaran hasil pertanian dari anak-anak milenial.

Meski memiliki lahan pertanian dan jangkauan yang cukup, tetapi hasil panen susah di pasarkan, selain susah dipasarkan, jauh dari perkotaan.

Selain itu, rendahnya produksi pertanian dapat disebabkan oleh banyak faktor mulai dari kondisi kesuburan tanah, bibit tanaman, bibit tanaman unggul, pupuk, pengairan dalam ilmu tanam petani dan pertanian itu sendiri. 

Faktor bibit tanam dapat mendorong para petani milenial juga berperan penting dalam produksi, karena kesuburan tanah juga menentukan hasil akhir.

Jika pemerintah daerah berperan penuh dalam mengatur distribusi ekpor keluar daerah, akan jauh memberikan harapan bagi petani milenial untuk tertarik. Persaingan yang ketat berdampak buruk pada pengusaha muda. Sehingga para petani Alor dapat menikmati hasil dengan harga yang terjangkau. 

Masalah reproduksi masyarakat terhadap pertanian cukup tinggi, tetapi tidak ada penjelaskan masalah produksi  yaitu ilmu tanam. Sebelum mengetahui lahan kering dan lahan basa sudah pasti menjadi penentu utama bagi petani untuk mengelola Sawah, Ladang sebagai aset dan ladang mengungkapkan  hujan sedang, deras, pasti hasilnya baik. 

Menjadi petani milenial, tentu dimulai dengan niat. Karena tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun