Mohon tunggu...
Elison Manisa
Elison Manisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jadikan pendidikan sebagai tools untuk membangun diri dan sesama.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup adalah perjuangan, selama nafas belum berhenti tetap belajar untuk menjadi inspirasi bagi dunia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Strategi Mengajarkan Anak tentang Kebutuhan dan Keinginan Berbelanja

5 Oktober 2021   18:47 Diperbarui: 5 Oktober 2021   19:09 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: pixabay.com 

Mengajarkan anak tentang kebutuhan dan keinginan berbelanja yang tinggi akan berdampak buruk pada kemampuan orangtua dan bagaimana orangtua memberikan solusi atas masalah diatas agar tidak memberikan nilai negatif bagi orangtua sebaiknya ayah bunda fokus pada kebutuhan anak.

Pendidikan karakter mengajarkan tentang perbedaan kebutuhan dan keinginan memang tidak semudah membuka telapak tangan, namun ini tetap harus dilakukan demi bekal kehidupannya dimasa mendatang. 

Sehingga harapan orangtua Anak-anaknya menjadi bijaksana saat memilih dan memutuskan keputusan sesuai dengan nurani dan benar-benar dibutuhkan oleh anak. 

Ayah bunda harus berani mengambil keputusan mendefinisikan mengenai kebutuhan dan keinginan anak. Suatu definisi itu penting untuk mencari tahu alasan dan tindakan yang diambil oleh anak setelah adanya aturan dan penerapan tidak membingungkan sama sekali dan tidak bertolak dengan latarbelakang. 

Berikut ini adalah contoh definisi atau suatu pemahaman yang bisa ayah bunda gunakan sebagai standar dalam mengukur tingkat kemampuan anak untuk mengelola tingkat kebutuhan keinginan.

Kebutuhan merupakan hal yang mendasar yang dibutuhkan untuk bisa hidup dengan baik dan sehat, seperti makanan, minuman, pakaian, tidur,  rasa aman dan perlindungan tempat tinggal, alat perlengkapan rumah tangga dan pendidikan.

Keinginan merupakan suatu hal yang tidak akan mengurangi kualitas hidup masyarakat, secara sosial, dan penerimaan lingkungan bila kita tidak memilikinya.

Berbelanja memakai uang ayah bunda untuk hal-hal yang tidak berguna, sebaiknya berusaha sendiri dan tidak saja hanya merugikan keluarga dan ayah bunda.

Contoh:

Ketika membeli pakaian untuk tujuan sebagai ganti pakaian yang lama, sudah mengecil, sobek, maka ini termasuk dalam kebutuhan utama. Tetapi jika kita membeli pakaian untuk menambah koleksi dan stayle dan yang tidak  terpakai masih ada dalam lemari maka ini disebut dengan keinginan.

Contoh lain:

Misalnya, ayah bunda ketika anak meminta mainan Lego sebagai pengganti baju dan celana baru, tetapi ayah bunda sudah konsisten dalam memberikan aturan maka harus di bicarakan dengan baik-baik sehingga anak tidak kecewa dengan sikap yang diambil.

Ajak anak membedakan keduanya, mungkin sebagai orangtua bisa menebak keinginan anak-anak bukan? Biasanya mereka membeli mainan baru atau meminta jajan dan makanan yang enak-enak.

Kita bisa memulai dengan mengajak anak memilih mana keinginan. Setelah kita memperoleh daftar keinginan anak-anak, selanjutnya kita bisa membandingkan satu persatu dengan barang yang sudah ia miliki. Disinilah kesempatan ayah bunda mengajarkan anak untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan.

Berikan aturan yang konsisten, tentunya memberikan aturan yang konsisten dalam mengajarkan anak antara perbedaan kebutuhan dan keinginan hal itu adalah kunci yang tak boleh dilupakan.

Penetapan aturan yang konsisten akan membuat anak paham kapan ia boleh meminta sesuatu yang menjadi keinginannya. Misalkan ayah bunda memberikan jadwal untuk anak-anak boleh makan jajan, minuman es, dan permen, menonton tv hanya hari sabtu dan minggu saja. 

Atau ayah bunda memberikan opsi lain, terkadang kondisi anak sering tantrum karena tidak di isikankan membeli sesuatu yang di inginkan. Biasanya anak meminta mainan baru padahal mainan sejenis masih bagus dan baru dibelikan atau sudah punya dan numpuk di rumah.

Bilah hal seperti ini terjadi, ayah bunda bisa memberikan pengertian terlebih dahulu bahwa mainan lama masih bagus dan bisa dipakai, setelah ayah bunda memberikan pengertian bisa menawarkan anak untuk membelikan kebutuhan yang lain yang memang sedang dibutuhkan saat ini. 

Sebelum ayah bunda memberikan aturan yang konsisten, sebaiknya ayah bunda harus menjadi teladan yang baik, kita paham bahwa anak-anak akan meniru kebiasaan orangtuanya. Jika anak dibesarkan dalam hal-hal yang menginspirasi bahkan merubah hidupnya, karena ayah bunda telah menjadi teladan bisa menjadi contoh atau model saat mengambil keputusan untuk tidak berbelanja secara berlebihan  pada suatu barang.

 Setalah itu, ayah bunda menjalankan pada anak-anak mengapa keputusan itu kami putuskan, karena ini untuk kebaikan kita bersama dan tidak membeli barang tersebut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun