Mohon tunggu...
Elis Komariah
Elis Komariah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Curug Cilember, Curug Penuh Pesona

9 Januari 2018   23:19 Diperbarui: 9 Januari 2018   23:38 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiruk pikuk dan segala rutinitas yang saya jalani di Jakarta membuat saya mulai terbiasa dengannya. Sebagai mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas Swasta di Jakarta, tentu tidak menyurutkan semangat Saya untuk selalu bersemangat dalam menjalani aktifitas sehari-hari, salah satunya adalah pergi Kuliah dan mengikuti kegiatan Asrama.

Tentang Jakarta yang sangat fenomenal di berbagai kalangan, Jakarta yang macet, bervolusi, banyak kendaraan yang tidak tertib, banjir dan segala persepsi lainnya yang membuat Jakarta terasa menjadi Kota yang punya banyak kesalahan, padahal dibalik itu semua banyak sekali orang yang memutuskan untuk tinggal, baik untuk keluarga, pekerjaan bahkan cita-cita yang tinggi. Dari kebanyakan alasan yang disebutkan, Saya adalah termasuk orang yang memutuskan untuk tinggal di jakarta demi cita-cita.

Bicara tentang rutinitas dan aktivitas yang Saya lakukan setiap hari, Saya merasa ini adalah sebuah hal yang tidak bisa ditinggalkan sembarangan, hanya karena Saya tidak suka atau tidak bisa beradaptasi. Semuanya memang harus di jalani dengan sungguh-sungguh. Berangkat dari kata sungguh-sungguh inilah saya melalui berbagai macam kegiatan yang super padat dari pagi hingga malam hari. Semuanya adalah gabungan dari kegiatan Asrama dan kegiatan kampus.

Diawali dengan kegiatan pagi Saya, yaitu mengikuti kegiatan Asrama. Kegiatan Asrama ini saya lakukan dari mulai Subuh pagi sampai dengan Sore setelah Ashar. Diantara renggang waktu tersebut Saya mengikuti kegiatan pembelajaran ilmu umum keagamaan serta jam khusus untuk konsentrasi terkait pendalaman bahasa Asing (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris). Tidak lepas sampai sore, kemudian beralih pada kegiatan selanjutnya, yakni mengikuti kegiatan Perkuliahan di salah satu universitas swasta di Jakarta. Semua hal ini saya lakukan pada Hari senin sampai dengan hari sabtu.

Beralih dari topik kegiatan saya yang memang padat, maka tentunya ada hal lain yang harus dipenuhi untuk membuat segalanya menjadi segar kembali, tidak monoton dan juga ada nilai sosial lainnya yang bisa kita anggap sebagai hiburan, tentunya hal itu adalah berlibur. Berlibur adalah salah satu alternatif untuk membuat segalanya menjadi lebih refreshkembali, termasuk badan maupun pikiran.

Pilihan berlibur memang sangat banyak, namun diantara alternatif libur tersebut saya memilih untuk melakukan perjalanan atau nama kerennya saat ini adalah traveling. Traveling merupakan istilah yang digunakan bagi banyak orang yang melakukan perjalanan wisata. Traveling biasanya dilakukan oleh orang, sebagian orang, atau banyak orang untuk mengunjungi suatu tempat baru.

Kali ini traveling yang saya lakukan adalah mengunjungi salah satu objek wisata yang terenal di Bogor, namanya Curug Cilember. Curug Cilember ini merupakan objek wisata Air terjun yang ada di daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat. Air terjun yang dalam bahasa Sunda bernama Curug menjadi salah satu objek wisata yang menawarkan pesona alam luar biasa, Indah dan juga menantang. Sesuai dengan namanya Curug (Air Terjun), objek wisata Curug Cilember ini menawarkan suguhan yang menantang bagi para traveler. 

Objek wisata ini terkenal dengan 7 Curug yang Indah serta lika-liku medan yang menantang bagi si pemberani traveler. Masing-masing dari pengunjung yang datang akan terpesona dengan Curug-curung yang ada, serta suasana yang asri juga alami. Ini sangat direkomendasikan untuk sahabat Kompasioner yang ingin melakukan kegiatan traveling menantang bernuansa alam.Nah, dalam perjalanan traveling ini saya tidak sendiri, saya ditemani oleh teman-teman di asrama. Hal ini memang menjadi agenda rutin tahunan yang dilakukan oleh Kami untuk mengisi waktu berlibur.

Perjalanan berlangsung selama kurang lebih 4 jam dengan jarak tempuh Jakarta-Bogor melalui rute tol. Memang agak sedikit lama, karena seperti biasa di musim libur rute menuju Puncak menjadi rute yang paling riskan akan kemacetan. Namun, semua itu tidak sama sekali menyurutkan semangat Saya dan teman-teman untuk menikmati keindahan panorama Curug Cilember ini. Kendaraan transportasi yang Kami  gunakan adalah Bis dengan kapasitas 60 orang. 

Hal ini juga menjadi kendala baru, pasalnya rute jalan setelah jalan tol yakni menuju lokasi wisata adalah rute yang cukup terjal dengan jalan yang sempit. Sehingga harus menyewa penunjuk arah agar bisa lewat tanpa bertabrakan dengan kendaraan yang lain. Penujuk arah ini adalah tukang ojek asli daerah dan mereka menjadikan ini sebagai ajang pencarian penghasilan baru sebagai bodyguard kendaraan pengunjung lokasi wisata.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sesampainya disana, saya langsung membawa barang bawaan dan juga peralatan yang akan kami gunakan untuk ber-traveling disana. Apa yang saya dan teman-teman lihat memang tidaklah mengecewakan. Penantian 4 jam di perjalanan serta kewas-wassan kami saat melewati jalan sempit, berliku juga terjal menjadi sangat terbayar ketika sampai disana. Kami disambut dengan suasana dan pesona curug (air terjun) ke-7 di gerbang masuk. Objek wisata ini terletak pada ketinggian 800 meter diatas permukaan laut.

Kemudian kami melangkah masuk kedalam area objek wisata. Sebelumnya saya dan teman-teman membayar tiket masuk sebesar Rp. 6.000,-. Sangat terjangkau bukan sahabat Kompasioner? Tentu saja, ini sangat terjangkau. Setelah registrasi tiket dengan membayar, kami langsung melihat area sekitar objek wisata. Tumbuhan khas hutan hujan menjadi populasi utama di area objek wisata ini. Beberapa diantaranya ada juga tumbuhan paku serta yang lainnya.

 Oya, perlu sahabat Kompasioner tahu bahwa area objek wisata Curug Cilember ini tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan lokal saja, melainkan wisatawan mancanegara. Setiap kali melirik kanan dan kiri saya melihat warga asing, terutama orang timur tengah. Mereka semua berkunjung ke sini, tentu untuk berlibur sama seperti halnya Saya dan teman-teman.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Bergerak maju ke tempat yang lebih tinggi, saya dan teman-teman melewati tangga-tangga batu yang berliku, disetiap sisi kanan dan kiri ada ukiran tanah pesanan dengan nama yang dirangkai dengan bunga-bunga. Bagi sahabat Kompasioner yang ingin menghadiahkan kepada orang yang tersayang, ini sangat romantik. 

Kenyang dengan pemandangan ukiran tanah dan bunga, saya kemudian terpukau dengan indahnya curug ke 6. Luar biasa, curug ini adalah curug yang paling banyak dikunjungi karena letaknya mudah dijangkau, pencahayaan nya yang bagus serta panorama yang menghadap langsung ke setiap penginapan, membuat siapun betah untuk berlama-lama disini.

Belum puas dengan Curug ke 6 kami bergerak naik kembali ke curug yang lebih tinggi. Ternyata semakin tinggi apa yang ingin kita raih, semakin banyak pula resiko dan tantangannya. Kalimat ini bukan berlaku hanya untuk kisah hidup kita saja sahabat Kompasioner, tetapi berlaku juga bagi seorang traveler. 

Pasalnya ketika bergerak menaiki medan ini saya dan teman-teman disambut dengan tebing-tebing yang curam, batu-batu besar, jalanan berliku serta struktur tanah yang tidak menentu. Makannya, untuk bergerak ke area curug yang paling atas setidakanya kita harus mengajak semacam pemandu wisata yang sudah mengetahui kontur disana, supaya kita tidak salah ambil jalan. Selain pemandu wisata tadi yang dibutuhkan, saat berkunjung kesini sahabat Kompasioner harus memperhatikan setiap tanda peringatan yang ada di sekitar jalan. Sehingga sahabat Komapsioner mengetahui rute mana yang bisa dipakai dan mana yang tidak.

Dengan berbagai hal yang Saya dan teman-teman lalui saat menikmati objek wisata di Bogor ini, pada akhirnya kami hanya sampai di curuh ke 3 saja. Pada saat itu, rute menuju curug 2 dan 1 tidak bisa dilalui dikarenakan longsor, sehingga jalan untuk kesana terblokir. Meski saya sedikit kecewa tentang hal ini, tapi bagi Saya ini sangat luar biasa menyenangkan. 

Alam memang menyediakan kejuatan yang sangat indah dan pelajaran yang beramakna, serta memberikan pelajaran lain yang bersifat religious, yaitu bahwa Tuhan adalah Maha Pencipta segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi dengan segala ciptaan-Nya yang begitu menakjubkan.

Berhentinya perjalanan Saya dan teman-teman di Curug ke 3, kemudian Kami pun bergerak turun dan kembali ke tempat peristirahatan. Perjalanan seharian yang begitu melahkan dengan kebahagian serta kepuasan, ini bercampur aduk. Namun, perasaan utama kami adalah bahagia.

Kami beristirahat disalah satu kedai dengan menyantap sajian makanan khas daerah Bogor. Suasana dingin sangat kental disini, sehingga saya rekomendasikan sahabat Kompasioner untuk memakai pakaian tebal serta menyantap makanan dan minuman yang masih hangat. Selain itu, Karena hutan ini adalah jenis hutan hujan, makan sahabat Kompasioner jangan heran jika disini sahabat Kompasioner merasakan curah hujan yang lebih sering.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sambil menceritakan pengalaman satu sama lain saat kami berjalan dari setiap curug ke curug, lambat laun anggota tubuh pun merasakan reakasi yang boleh dikatakan sangat normal dan juga tidak aneh, apalagi bagi kaum traveler. Rasa seperti ini menjadi rasa yang tidak akan pernah terhapuskan bagi setiap traveler, termasuk sahabat Kompasioner juga yang kebetulan hobi ber-traveling. Ya betul, rasa ini adalah rasa pegal di badan. Ini adalah rasa yang wajib dirasakan bagi seorang traveler. Jika sahabat Kompasioner adalah seorang traveler, namun tidak pernah merasakan rasa pegal ini, makan sahabat Kompasioner bukan sorang traveler sejati. Hehe...

Rasa yang hadir ini bukan tanpa memiliki solusi. Saya adalah orang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu yang bisa mengatasi sesuatu hal yang mungkin terjadi, ya membawa kotak P3K menjadi sebuah prioritas utama. Tetapi, dibandingkan dengan itu semua ada satu perangkat perang yang lain yang wajib saya bawa, sebagai seorang traveler sejati. Perangkat perang ini adalah Geliga Krim.

Krim ini merupakan krim yang dibuat untuk membantu meredakan rasa sakit pada punggung, pundak, kelelahan otot dan persendian, kram dan masalah otot lainnya. Dengan Geliga Krim ini, saya tidak perlu khawatir lagi dengan rasa sakit setelah melakukan perjalanan. Cukup dengan mengoleskannya ke bagian yang sakit, maka nyeri itu pun berangsur hilang dan tentunya tidak akan menghambat saya dalam perjalanan selanjunya. dengan Geliga Krim Saya bisa melakukan berbagai perjalanan tanpa khawatir merasakan sakit di bagian otot manapun.

Traveling merupakan kegiatan yang menantang sekaligus asyik. Jangan biarkan keasyikan itu hilang hanya karena nyeri di badan. Saya selalu gunakan Geliga Krim untuk kebutuhan traveling supaya bebas pegal, bebas kemana saja.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun