Mohon tunggu...
Elisa DeboraYunita
Elisa DeboraYunita Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswi

NIM: 43223110031| Program Studi: Strata Akuntansi Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Pendidikan Anti Korupsi dan Etik Umb | Dosen Pengampu : Prof.Dr.Apollo, M.Si., AK.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 1-Intergritas Sarjana dan Optimalisasi Perkembangan Moral Kohlberg's

18 Oktober 2024   23:49 Diperbarui: 19 Oktober 2024   01:23 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data pribadi 
Data pribadi 

Data pribadi 
Data pribadi 
Data pribadi 
Data pribadi 

Prof. apollo
Prof. apollo

Prof. apollo
Prof. apollo

WHAT

Intergritas adalah kata yang berasal dari Bahasa latin yaitu "integer" yang artinya utuh dan lengkap. Intergritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Integritas merupakan Gambaran mengenai diri kita dalam suatu organisasi yang terlihat dari  perilaku kita dan Tindakan kita dalam kehiudpan sehari hari. 

Seseorang yang benar mereka akan memiliki intergritas adalah mereka yang dapat di beri kepercayaan lebih. Hal ini didasarkan pada kesesuaian antara perilaku mereka dan ucapan yang mereka lontarkan sehari hari. Intergritas mencerminkan seseorang dengan suatu ciri yang dapat bertanggung jawab dan objektif.

Ketika kita memiliki suatu intergritas diri yang tinggi, maka orang orang yang ada di sekitar kita dapat melihat dari sebuah Tindakan, kata kata, Keputusan, dan apapun yang bias akita lakukan sehari hari dan hasil yang kita dapatkan. Contoh dari intergritas tersebut adalah, Ketika kita menjadi pribadi yang utuh dan konsisten, maka dimanapun, kapanpun dan apapun kondisi diri kita, hanya ada satu. 

Kita tidak akan pernah meninggalkan bagian diri kita dalam kondisi apapun, karena kita suda menjadi pribadi yang konsisten. Dengan kata lain, kita akan selalu menjadiri diri kita sendiri sepanjang waktu karena kita memiliki intergritas.

Ketika seseorang tidak memiliki harga diri, persahabatan dan finansial ekonomi yang tidak baik atau tidak memiliki nilai nilai kehidupan yang positif, maka seseorang tersebut sangat berpotensi untuk bertindak dan melakukan apapun tanpa ada intergritas. 

Dan sebaliknya jika seseorang memiliki harga diri yang tinggi, rasa Syukur dengan keadaan finansial mereka dan memiliki nilai kehidupan yang positif sebagai system pendukung moral yang kuat, maka mereka sangat berpotensi untuk hidup dengan intergritas pribadi yang lebih tinggi.

Intergritas akademik adalah prinsip atau nilai nilai dasar yang harus di pegang oleh mahasiswa/i, dan dosen dalam menjalani kegiatan belajar dan mengaja. Prinsip ini sangat penting untuk di terapkan karena menyangkut kejujuran, tanggung jawab, dan etika dalam segala bentuk aktivitas akademik, seperti menulis tugas, mengikuti ujian, melakukan penelitian, hingga menyampaikan ide ide. 

Intergritas akademik berarti kita melakukan segala sesuatu dengan jujur dan adil.  

misalnya, saat kita sedang mengerjakan tugas atau ujian, kita sangat dilarang untuk menyontek atau menyalin pekerjaan orang lain tanpa izin. Menjiplak atau plagiarisme  adalah suatu bentuk pelanggaran paling umum yang sering kali masih dilakukan. 

Plagiarisme  terjadi Ketika kita menggunakan ide, kalimat, atau karya orang lain tanpa izin dari orang tersebut. Itu sama saja dengan kita mencuri ide atau hasil karya orang lain dan mengklaim nya sebagai milik kita sendiri.

Selain itu juga, intergritas akademik juga mencakup tentang tanggung jawab dalam membuat karya sendiri. Misalnya saat kita menulis makalah atau tugas akhir, kita harus melakukan penelitian yang benar, dan mencatat sumber sumber yang kita gunakan di dalam makalah dan tugas akhir tersebut. Intergritas akademik menuntunmu untuk bersikap transaparan dan jujur dalam proses belajar serta dalam penyampaian hasil belajar.

Integritas akademik adalah prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam lingkungan akademik, terutama yang terkait dengan

kebenaran, keadilan, kejujuran. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam integritas akademik mencakup enam aspek, yaitu:

honesty (kejujuran), trust (kepercayaan), fairness (keadilan), respect (menghargai), responsibility (tanggung jawab), dan humble (rendah hati).

Berikut adalah penjelasan mengenai enam aspek penting dari intergritas akademik adalah :

1. Kejujuran (honesty). 

Kejujuran dalam akademik berarti melakukan segala sesuatu dengan jujur, tanpa menipu atau berbohong kepada orang lain. Ketika seorang mahasiswa/I   mengerjakan tugas atau ujian atau mahasiswa/i sedang melakukan penelitian, mahasiswa/I  harus mengerjakan nya sendiri, sesuai kemampuan yang mereka  miliki, tanpa harus menyontek atau memalsukan. 

Misalnya Ketika mereka sedang menulis makalah dan tugas akhir, mereka  harus memastikan bahwa semua informasi yang mereka  tulis dalam makalah atau tugas akhir adalah benar dan berasal dari sumber yang dapat di percaya.

 Serta mereka  dapat menyebutkan sumber tersebut tanpa harus mengarang. Kejujuran akademik sangat penting untuk menciptakan suasana belajar yang adil, di mana semua mahasiswa/i memiliki kesempatan yang sama untuk sukses berdasarkan usaha dan kemampuan yang mereka miliki.karena kejujuran adalah dasar dari segalanya.

2. Kepercayaan (trust).

Kepercayaan adalah nilai penting dalam intergritas akademik, karena Ketika seorang mahasiswa/i   jujur, pastinya orang lain akan mempercayai mereka. Maka dari itu dosen bisa mempercayai mereka bahwa tugas yang mereka kerjakan murni hasil kerja mereka sendiri tanpa campur tangan orang lain. Dan teman teman mereka  dapat mempercayai mereka bahwa mereka mereka tidak akan mencontek tugas atau ujian satu sama lain. 

Jika seorang mahasiswa/i melanggarr kepercayan dari dosen atau teman dekat mereka, misalnya dengan cara menjiplak , menyontek atau berbohong, mereka dapat merusak hubungan kepercayaan satu sama lain yang sudah terbangun. Di dunia akademik, kepercayaan sangatlah penting untuk dapat membangun kolaborasi yang sehat dan baik terhadap dosen maupun teman teman mereka satu sama lain.

3.Keadilan (fairness).

Keadilan dalam intergritas akademik berarti memperlakukan semua orang dengan adil, baik dalam belajar maupun dalam penilaian. Setiap mahasiswa/i harus mempunyai kesempatan untuk sama sama belajar. 

Mahasiswa/i yang terbiasa menyontek, menjiplak atau mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan tugas mereka akan merugikan diri sendiri, karena mereka tidak mampu memahami dan mengerjakan tugas secara baik dan benar. Dan tidak menciptakan keadilan kepada teman teman mereka yang belajar dengan sungguh sungguh. 

Dosen juga harus memberikan nilai secara adil kepada mahasiswa/i yang bersungguh sungguh dan mahasiswa/i yang tidak bersungguh sungguh tanpa adanya diskriminasi dan memastikan bahwa setiap mahasiswa/i di nilai secara baik adil dan berdasarkan hasil kerja keras mereka. Hal ini dapat menciptakan suasana belajar yang seimbang, secara mahasiswa/i mendapatkan hasil yang setimpal dengan usahanya.

4. Menghargai (respect).

 Menghargai dalam konteks intergritas akademik berarti menghormati dan menghargai karya dan ide orang lain. Hal ini berarti bukan menjiplak atau mengambil secara tidak baik karya orang lain. Menghargai juga mencakup bagaimana mahasiswa/i bisa menghargai dosen atau teman teman atau siapapun yang berada di lingkungan akademik mereka. 

Ketika seorang mahasiswa/i bekerja dalam kelompok yang telah dipilih, mereka harus mampu memiliki intergritas di Tengah Tengah kelompok mereka dengan cara mendengarkan pendapat teman, menghormati pandangan teman dan berkontribusi dengan cara yang sopan dan professional. 

Menghargai juga berarti menjaga komunikasi yang baik dan menghormati waktu serta usaha orang lain. Mahasiswa/i harus bisa saling menghargai satu sama lain agar tercipta hubungan yang baik dan harmonis satu sama lain.

5. Tanggung jawab (responsibility).
tanggung jawab dalam intergritas akademik berarti setiap mahasiswa/i mampu bertanggung jawab atas Tindakan atau Keputusan dalam proses belajar. Setiap mahasiswa/i harus mampu bertanggung jawab atas Tindakan atau Keputusan yang mereka pilih, dan mereka harus bertanggung jawab atas tugas tuga yang telah mereka buat atau bikin dan memastikan bahwa mereka menyelesaikan tanpa harus menyiplak atau menyontek punya orang lain. 

Selain itu, tanggung jawab juga berarti mengakui kesalahan yang mereka perbuat dan mampu memperbaikinya, misalnya jika seseorang mahasiswa/i salah mencantumkan referensi dalam setiap tugas yang mereka buat, maka mereka harus berani mengakui kesalahan mereka dan segera memperbaiki kesalahan mereka dengan baik dan benar. 

Bertanggung jawab juga meliputi untuk menjaga reputasi akademik dengan tidak terlibat dalam Tindakan curang. Setiap mahasiswa/i harus memiliki jiwa dan rasa tanggung jawab agar di kemudian hari mereka mengetahui dan mempertanggung jawabkan hal hal atau Tindakan yang mereka ambil untuk kedepannya.

6. Rendah hati (humble).

Rendah hati berarti tidak sombong atas pengetahuan atau ilmu ilmu atau prestasi yang merek capai dan mereka miliki. Didunia akademik, meskipun mahasiswa/i memiliki rasa tahu yang banyak dan bisa membagikan ilmu yang mereka miliki kepada teman teman mereka ini termasuk sikap rendah hati yang harus bisa dimiliki oleh setiap mahasiswa/i. selain itu juga rendah hati bisa menerima kesalahan dan kekurangan dengan lapang dada. 

Dan mereka juga harus siap menerima hal negative atau kritik dan saran tanpa harus merasa tersinggung dan memanfaatkan semua yang terjadi untuk dapat lebih berkembang di kemudian hari.

Jadi, intergritas akademik adalah tentang bagaimana mahasiuswa/I menjaga diri untuk tetap juju, adil, bertanggung jawab, dan saling menghargai satu sama lain dalam dunia Pendidikan, nilai nilai ini tidak hanya penting dalam dunia kuliah, tetapi juga penting untuk membangun karakter mereka di kemudian hari di luar kuliah. Seperti didalam dunia pekerjaan, Masyarakat. 

Ketika mereka bisa menjaga intergrritas akdemik yang mereka miliki, mereka bukan hanya membangun reputasi yang baik, tetapi juga bisa menghormati diri sendiri dan ilmu yang sedang mereka pelajari dan dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari hari mereka.

Kata Moral berasal dari kata latin "mos" yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusiamenyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. 

Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.

Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.

TEORI PERKEMBANGAN MORAL KOHLBERG

Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg adalah sebuah kerangka yang menjelaskan bagaimana pemahaman kita tentang apa yang benar dan salah berkembang seiring bertambahnya usia dan pengalaman. Kohlberg membagi perkembangan moral ini menjadi enam tahapan yang dikelompokkan dalam tiga tingkat utama: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.

Teori Kohlberg dipecah menjadi tiga tingkatan utama. Pada setiap tingkat perkembangan moral, terdapat dua tahap. Mirip dengan bagaimana Piaget percaya bahwa tidak semua orang mencapai tingkat perkembangan kognitif tertinggi, Kohlberg percaya tidak semua orang maju ke tahap perkembangan moral tertinggi. 

Kohlberg berpendapat bahwa perkembangan moral adalah proses yang berlangsung melalui pembentukan struktur kognitif, bukan sekadar melalui teladan, nasihat, atau hukuman. Berikut adalah inti dari teori Kohlberg tentang perkembangan moral:

1. Dasar Kognitif: Perkembangan moral didasarkan pada struktur kognitif individu.

2.Motivasi Moral: Motivasi untuk bertindak secara moral berasal dari kebutuhan untuk diterima, memiliki harga diri, dan mencapai realisasi diri, lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan biologis.

3. Universalitas: Semua kultur memiliki pengalaman sosial yang sama yang mendorong integrasi moral.

4. Norma Moral: Prinsip moral muncul dari pengalaman interaksi sosial, bukan hanya dari penginternalisasian aturan eksternal.

5. Pengaruh Lingkungan: Lingkungan berperan penting dalam perkembangan moral, dengan kualitas dan keluasaan stimulasi sosial yang lebih berpengaruh daripada pengalaman disiplin khusus.

6. Kohlberg juga mengembangkan tiga tingkat penalaran moral, masing-masing terbagi menjadi dua tahap, yang menggambarkan kompleksitas pemikiran moral seiring perkembangan individu.

TINGKAT SATU : MORALITAS PRAKONVESIONAL

Moralitas prakonvensional adalah periode paling awal perkembangan moral. Hal ini berlangsung hingga sekitar usia 9 tahun. Pada usia ini, keputusan anak-anak terutama dibentuk oleh ekspektasi orang dewasa dan konsekuensi dari pelanggaran aturan. Ada dua tahap dalam level ini yaitu :

  • Tahap 1 (Ketaatan dan Hukuman): Tahap awal perkembangan moral, ketaatan dan hukuman sangat umum terjadi pada anak kecil, namun orang dewasa juga mampu mengungkapkan jenis penalaran ini. Menurut Kohlberg, orang-orang pada tahap ini memandang peraturan sebagai hal yang pasti dan mutlak. Mematuhi peraturan itu penting karena ini adalah cara untuk menghindari hukuman.

  • Tahap 2 (Individualisme dan Pertukaran): Pada tahap perkembangan moral individualisme dan pertukaran, anak-anak memperhitungkan sudut pandang individu dan menilai tindakan berdasarkan bagaimana mereka memenuhi kebutuhan individu. Dalam dilema Heinz, anak-anak berpendapat bahwa tindakan terbaik adalah pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhan Heinz. Timbal balik mungkin terjadi pada titik ini dalam perkembangan moral, tetapi hanya jika hal itu bermanfaat bagi kepentingannya sendiri.

TINGKAT 2 : MORALITAS KONVENSIONAL

Tahap  perkembangan moral berikutnya ditandai dengan diterimanya aturan-aturan sosial mengenai apa yang baik dan bermoral. Pada masa ini, remaja dan orang dewasa menginternalisasi standar moral yang mereka pelajari dari teladan mereka dan dari masyarakat. Tahap  ini juga berfokus pada penerimaan otoritas dan penyesuaian terhadap norma-norma kelompok. Ada dua tahap pada tingkat moralitas ini:

  • Tahap 3 : Tahap 3 (Mengembangkan Hubungan Interpersonal yang Baik): Hal  ini Sering disebut juga sebagai orientasi "anak baik-anak baik", tahap perkembangan moral hubungan antarpribadi ini difokuskan untuk memenuhi harapan dan peran sosial. Ada penekanan pada konformitas, bersikap "baik", dan mempertimbangkan bagaimana pilihan memengaruhi hubungan.

  • Tahap 4 : Tahap 4 (Menjaga Ketertiban Sosial): Tahap ini difokuskan untuk memastikan terpeliharanya ketertiban sosial. Pada tahap perkembangan moral ini, orang mulai mempertimbangkan masyarakat secara keseluruhan ketika membuat penilaian. Fokusnya adalah menjaga hukum dan ketertiban dengan mengikuti aturan, melakukan tugas, dan menghormati otoritas.

TINGKAT TIGA : MORALITAS PASCA KONVENSIONAL

Pada tingkat perkembangan moral ini, orang mengembangkan pemahaman tentang prinsip-prinsip moralitas yang abstrak. Dua tahapan pada level ini adalah:

  • Tahap 5 (Kontrak Sosial dan Hak Individu): Gagasan tentang kontrak sosial dan hak individu menyebabkan orang-orang pada tahap berikutnya mulai memperhitungkan perbedaan nilai, pendapat, dan keyakinan orang lain. Aturan hukum penting untuk dipertahankan suatu masyarakat, namun anggota masyarakat harus menyetujui standar-standar ini. individu memahami bahwa hukum adalah hasil kesepakatan sosial dan bisa berubah. 

  • Mereka mulai berpikir tentang hak asasi manusia dan keadilan. Misalnya, seseorang mungkin berjuang untuk perubahan hukum jika mereka merasa hukum yang ada tidak adil bagi sekelompok orang.

  • Tahap 6 (Prinsip Universal) Ini adalah tahap tertinggi di mana individu mengembangkan prinsip moral mereka sendiri berdasarkan keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap semua orang. Mereka akan mengambil keputusan yang sesuai dengan prinsip ini, bahkan jika itu berarti melanggar hukum atau norma yang ada. Misalnya, seseorang mungkin memilih untuk melawan kebijakan diskriminatif meskipun itu melanggar aturan yang ada, karena mereka percaya itu tidak adil.

Kohlberg menyatakan bahwa perkembangan moral ini bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan atau dipercepat. Setiap orang melalui tahap-tahap ini dengan kecepatan yang berbeda-beda, dan tidak semua orang mencapai tahap tertinggi. Pengalaman hidup, pendidikan, dan interaksi sosial memainkan peran besar dalam perkembangan moral seseorang. 

Teori perkembangan moral Kohlberg memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana kita bisa mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang moralitas. Dengan memahami tahapan ini, kita dapat lebih baik mendidik generasi mendatang untuk menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas dan kesadaran sosial yang tinggi.

RELEVANSI PERKEMBANGAN MORAL KOHLBERG DENGAN INTERGRITAS SARJANA

Tahapan perkembangan moral yang dijelaskan oleh Kohlberg memberikan panduan yang sangat relevan untuk memahami bagaimana integritas seorang sarjana terbentuk dan berkembang.

Pada tingkat  prakonvesional Pada tahap ini, seseorang cenderung mematuhi aturan hanya untuk menghindari hukuman. Misalnya, seorang mahasiswa mungkin tidak berani menyontek ujian karena takut dikeluarkan dari universitas jika ketahuan. Di sini, motivasi mereka masih sangat sederhana mereka tidak ingin mendapatkan konsekuensi buruk. Mereka belum sepenuhnya memahami mengapa menyontek itu salah, yang penting bagi mereka adalah menghindari masalah.

Pada Tingkat konvensional pada tahap ini seiring berjalan nya waktu, ketika mahasiswa mulai berinteraksi lebih banyak dengan teman dan lingkungan sosialnya, mereka masuk ke tahap konvensional. Di sini, mereka mulai memahami pentingnya mengikuti norma dan harapan sosial. Mereka ingin diterima oleh teman-teman dan merasa perlu untuk bertindak sesuai dengan apa yang dianggap baik oleh orang-orang di sekitarnya. 

Misalnya, meskipun mereka tahu menyontek itu salah, mereka mungkin melakukannya karena melihat banyak teman yang melakukannya juga. Mereka ingin dianggap baik oleh kelompok mereka, jadi kepatuhan mereka terhadap aturan lebih didorong oleh harapan sosial.

Pada Tingkat pasca konvesional pada tahap ini, mahasiswa mulai berpikir lebih dalam tentang moralitas. Mereka tidak hanya mengikuti aturan karena takut dihukum atau ingin diterima. Mereka mulai memahami prinsip yang lebih tinggi, seperti keadilan dan tanggung jawab. Seorang mahasiswa yang berada di tahap ini mungkin terlibat dalam kegiatan sosial atau penelitian yang memberikan manfaat bagi orang lain, meskipun itu tidak selalu mendapatkan pengakuan.

Mereka melakukan ini karena percaya bahwa itu adalah hal yang benar. Di sini, integritas menjadi bagian dari karakter mereka. Mereka memilih untuk tidak menyontek, bukan hanya karena takut konsekuensi, tetapi karena mereka memahami bahwa kejujuran itu penting untuk pengembangan diri dan reputasi.

Why

Integritas sangat penting bagi sarjana karena memiliki dampak besar pada berbagai aspek kehidupan akademis dan profesional. Integritas menciptakan kepercayaan di lingkungan akademis. Ketika seorang sarjana bertindak jujur, baik terhadap dosen maupun rekan-rekannya, mereka menunjukkan bahwa mereka dapat dipercaya.

 Kepercayaan ini penting untuk menciptakan suasana yang aman dan mendukung, di mana mahasiswa merasa nyaman untuk berbagi ide dan berkolaborasi. 

Ketika mahasiswa memilih untuk belajar dengan cara yang jujur, mereka sebenarnya terlibat dalam proses pembelajaran. Ini berbeda dengan hasil yang diperoleh melalui kecurangan, yang hanya memberikan solusi sementara. Dengan integritas, mahasiswa mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi pembelajaran, yang sangat penting untuk perkembangan diri dan keterampilan. 

Integritas di kalangan mahasiswa menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik. Ketika semua orang berkomitmen untuk bertindak jujur, suasana kelas menjadi lebih kolaboratif dan mendukung. Ini meningkatkan motivasi dan kinerja akademis, serta memungkinkan ide-ide untuk berkembang tanpa rasa takut akan penipuan. Di dunia kerja, integritas sangat dicari oleh perusahaan. Banyak perusahaan ingin karyawan yang tidak hanya memiliki keterampilan, tetapi juga karakter yang baik. 

Sarjana yang menunjukkan integritas lebih siap menghadapi tantangan etika di tempat kerja. Mereka cenderung mendapatkan promosi dan tanggung jawab lebih besar karena perusahaan merasa yakin untuk mempercayakan mereka dengan tugas penting. Integritas membantu mahasiswa mengembangkan identitas pribadi yang kuat. Ketika mereka berpegang pada prinsip dan nilai-nilai yang baik, mereka tahu siapa diri mereka dan apa yang mereka percayai. 

Ini memberikan rasa percaya diri yang penting dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan di masa depan. Dengan demikian, integritas adalah fondasi yang sangat penting bagi sarjana. Ia tidak hanya membantu mereka dalam mencapai kesuksesan akademis, tetapi juga membentuk karakter dan mempersiapkan mereka untuk tantangan di dunia nyata. Integritas adalah kunci untuk menjadi individu yang bertanggung jawab, dapat dipercaya, dan berkontribusi positif pada masyarakat.

MENGAPA MORAL PENTING BAGI SARJANA MENURUT KOHLBERG?

Moralitas memainkan peran yang sangat vital dalam pengembangan seorang sarjana. Pandangan Kohlberg tentang perkembangan moral memberikan wawasan mendalam mengenai mengapa nilai-nilai moral itu penting. Beberapa peran krusial intergritas dalam kehidupan seorang sarjana, antara lain :

1.Dapat mengambil Keputusan dengan baik.

Moralitas berfungsi sebagai suatu pengambilan Keputusan yang baik . Di setiap langkah dalam perjalanan akademis, mahasiswa dihadapkan pada berbagai pilihan, dan keputusan mereka sering kali diujikan dalam konteks etika. Misalnya, seorang mahasiswa mungkin menghadapi tekanan untuk menyontek ujian. 

Jika mereka memiliki pemahaman moral yang kuat, mereka akan tahu bahwa menyontek itu salah dan akan memilih untuk belajar dengan cara yang jujur. Dengan demikian, moralitas membantu mereka mengatasi tekanan tersebut dan membuat pilihan yang lebih baik, yang pada akhirnya membangun kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab.

2. Dapat  membangun karakter yang baik.

Moral yang baik membantu membentuk karakter seorang sarjana. Seiring perkembangan moral mereka, mahasiswa belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Di tahap pra-konvensional, mereka mungkin hanya takut dihukum, tetapi saat mereka berkembang ke tahap konvensional dan pasca-konvensional, mereka mulai mengerti bahwa tindakan mereka dapat mempengaruhi orang lain. Karakter yang baik adalah fondasi untuk menjadi individu yang lebih diandalkan di masyarakat dan dalam lingkungan profesional.

3. Mempersiapkan diri untuk masuk dunia professional

Memiliki moral yang baik sangat penting saat memasuki dunia kerja. Banyak perusahaan mencari karyawan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas. Seorang sarjana yang memahami pentingnya moralitas akan lebih siap menghadapi tantangan etis di tempat kerja. Mereka akan tahu bagaimana bertindak dengan benar, bahkan dalam situasi yang rumit, dan ini dapat memengaruhi reputasi mereka sebagai profesional.

4. Memiliki tanggung jawab sosial

Moralitas juga berhubungan dengan tanggung jawab sosial. Sarjana yang memiliki pemahaman moral yang baik lebih cenderung terlibat dalam kegiatan sosial dan memberi dampak positif kepada Masyarakat dan lingkungan sekitar mereka. Mereka tidak hanya fokus pada kesuksesan pribadi, namun  juga peduli pada kesejahteraan orang lain. Hal ini  adalah nilai yang sangat penting yang perlu ditanamkan di kalangan mahasiswa, terutama di dunia yang semakin kompleks ini setiap sarjana harus memiliki hal ini.

Moralitas sangat penting bagi sarjana, menurut pandangan Kohlberg. Dengan demikian, integritas sudah seharusnya menjadi prinsip yang kita pegang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks akademik dan profesional. Integritas bukan hanya sekadar ucapan kosong untuk mendapatkan pengakuan atau popularitas, melainkan harus tertanam secara mendalam dalam diri kita hingga menjadi kebiasaan.

Teori perkembangan moral Kohlberg menjelaskan bagaimana individu mengembangkan moralitas mereka dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Kohlberg mengidentifikasi enam tahapan perkembangan moral, yang dibagi menjadi tiga level: pra-konvensional, konvensional, dan post-konvensional. Integritas sarjana idealnya berada pada level post-konvensional, di mana individu berpedoman pada prinsip-prinsip etika universal dan keadilan, terlepas dari hukum atau aturan yang berlaku.

PERAN TEORI MORAL KOHLBERG

Teori yang dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg ini memberikan kita sebuah kerangka kerja untuk memahami bagaimana moralitas seseorang berkembang seiring berjalannya waktu. Ia mengusulkan bahwa perkembangan moral terjadi secara bertahap, melalui serangkaian tahap yang semakin kompleks dan abstrak. Teori ini membantu kita memahami bahwa moralitas bukan sekadar mengikuti aturan, tetapi juga melibatkan proses berpikir yang kompleks.

 Ada perbedaan antara seseorang yang mematuhi aturan karena takut dihukum (tahap pra-konvensional) dengan seseorang yang mematuhi aturan karena memahami nilai-nilai di baliknya (tahap pasca-konvensional). eori ini menunjukkan bahwa moralitas bukanlah sesuatu yang statis, melainkan berkembang seiring dengan perkembangan kognitif dan pengalaman hidup seseorang.

Teori Moral Kohlberg memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam memahami perkembangan moral manusia. Meskipun terdapat beberapa kritik, teori ini tetap menjadi salah satu kerangka kerja yang paling banyak digunakan dalam mempelajari moralitas. 

Dengan memahami teori ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang diri kita sendiri dan orang lain, serta mengembangkan cara-cara untuk mempromosikan perilaku moral yang lebih baik. Secara keseluruhan, peran teori moral Kohlberg sangatlah luas. 

Dari membantu kita memahami perkembangan moral individu hingga memberikan panduan dalam pendidikan, dilema etika, dan pembinaan karakter, teori ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kita dapat hidup secara etis dan bertanggung jawab. Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjadi individu yang lebih baik dan berkontribusi positif kepada masyarakat. 

Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg berperan penting dalam memahami evolusi penalaran moral individu. Konsep ini menekankan bahwa perkembangan moral dapat dioptimalkan melalui pendekatan yang terstruktur dengan tujuan meningkatkan kemampuan individu dalam pengambilan keputusan etis. Penerapan teori Kohlberg dalam konteks kehidupan sehari-hari dapat memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan moral. 

Dengan memanfaatkan kerangka ini, individu dapat merancang pengalaman yang tidak hanya berfokus pada pengetahuan, tetapi juga pada keterampilan etis. Pendidikan karakter berdasarkan teori Kohlberg menciptakan lingkungan yang mendukung keterlibatan aktif. Melalui debat, simulasi, dan studi kasus, individu diajak berdiskusi tentang nilai-nilai moral dan konsekuensi tindakan. 

Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang moralitas, tetapi juga membantu menginternalisasi prinsip-prinsip etika yang lebih tinggi. Penerapan teori Kohlberg dalam konteks yang lebih luas membantu individu menyadari pentingnya tanggung jawab sosial dan keadilan.

 Dengan memahami nilai-nilai moral dalam konteks sosial, individu cenderung mengembangkan empati dan kesadaran terhadap isu-isu masyarakat. Teori ini tidak hanya meningkatkan penalaran moral, tetapi juga mendorong individu untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan beretika. 

Dengan menerapkan kerangka perkembangan moral Kohlberg, individu dipersiapkan menghadapi tantangan etis dalam hidup. Pendekatan ini menekankan pengembangan karakter yang seimbang, menghubungkan intelektual dan moralitas. Oleh karena itu, teori Kohlberg menjadi alat efektif untuk mengembangkan karakter, sehingga individu lebih siap membuat keputusan yang etis dan adil dalam berbagai situasi.

HOW

Bagaimana teori Kohlberg mempengaruhi pemahaman integrits sebuah sarjana?

Teori perkembangan moral Kohlberg menawarkan kerangka untuk memahami bagaimana individu, termasuk sarjana, mengembangkan moralitas mereka. Kohlberg mengidentifikasi enam tahapan moral yang dibagi menjadi tiga level: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.  Pra konvesional  Ditandai dengan fokus pada hukuman dan kepatuhan, serta pencarian kesenangan pribadi. 

Konvesional  Menekankan kepatuhan pada aturan dan norma sosial untuk menjaga ketertiban. Pasca-konvensionalMerupakan tahap tertinggi, di mana individu memahami prinsip-prinsip etika universal dan keadilan, serta bertindak berdasarkan keyakinan moral sendiri, terlepas dari tekanan sosial. Idealnya, integritas seorang sarjana berada di level pasca-konvensional. 

Sarjana pada tahap ini tidak hanya mengikuti aturan, tetapi juga memahami prinsip-prinsip etika seperti keadilan, hak asasi manusia, dan kesejahteraan bersama. Mereka mampu mengambil keputusan moral yang rumit, bahkan dalam situasi yang sulit. Oleh karena itu, pengembangan moral sarjana harus difokuskan pada dorongan untuk mencapai dan mempertahankan level pasca-konvensional ini.

Bagaimana mengoptimalkan perkembangan moral kepada sarjana??

Mengoptimalkan perkembangan moral pada sarjana adalah langkah penting untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas dan etika yang tinggi. Mewujudkan optimalisasi perkembangan moral sarjana memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai strategi dan intervensi, antara lain:

1. Pendidikan etika dalam kurikulum

Salah satu cara paling efektif adalah dengan memasukkan mata kuliah etika dalam kurikulum. Misalnya, mahasiswa bisa diajarkan tentang filosofi moral, keadilan sosial, dan tanggung jawab profesional. 

Dengan demikian, mereka dapat belajar bagaimana teori moral seperti yang diajarkan oleh Kohlberg dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan studi kasus nyata dalam perkuliahan bisa membantu mahasiswa memahami dilema moral yang mungkin mereka hadapi di dunia nyata. Misalnya, mereka bisa menganalisis kasus plagiarisme atau kecurangan akademik dan berdiskusi tentang keputusan yang tepat.

2. Lingkungan diskusi yang terbuka

Mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi dalam debat dan diskusi mengenai isu-isu moral dapat membantu mereka mengembangkan pemikiran kritis. Dalam suasana yang mendukung, mereka bisa mengeksplorasi berbagai pandangan dan argumen, yang bisa memperdalam pemahaman mereka tentang nilai-nilai etika. 

Mengadakan forum atau workshop yang mengundang pembicara tamu dari berbagai latar belakang, termasuk etika profesi, dapat memperkaya perspektif mahasiswa. Ini bisa membantu mereka melihat bagaimana orang lain menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan dan karier mereka.

3. Memberikan contoh yang baik

Penting untuk memiliki role model di lingkungan akademik. Dosen, staf, dan alumni yang menunjukkan integritas dalam tindakan mereka dapat memberikan teladan yang kuat bagi mahasiswa. Memberikan penghargaan atau pengakuan kepada mahasiswa yang menunjukkan integritas dan perilaku etis dapat memotivasi mahasiswa lain untuk mengikuti jejak mereka.

4. Pengalaman yang praktis

Melibatkan mahasiswa dalam kegiatan sosial atau pengabdian masyarakat dapat meningkatkan kesadaran mereka terhadap isu-isu sosial. Misalnya, mereka bisa terlibat dalam program pengajaran untuk anak-anak kurang mampu, yang dapat membangkitkan rasa empati dan tanggung jawab sosial. Program magang yang menekankan etika profesional juga sangat penting. Dalam konteks ini, mahasiswa dapat belajar tentang tanggung jawab mereka di tempat kerja dan bagaimana membuat keputusan yang etis dalam situasi yang nyata.

5. Pembibingan dan mentoring

Dosen bisa berperan sebagai mentor yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai moral. Mereka bisa memberikan contoh bagaimana menjalani kehidupan yang berintegritas dan bertanggung jawab. Membentuk program mentoring di mana mahasiswa senior membimbing junior juga dapat membantu. Mahasiswa senior yang telah melalui berbagai pengalaman bisa memberikan wawasan tentang bagaimana menghadapi dilema moral.

Dengan, Mengoptimalkan perkembangan moral pada sarjana memerlukan pendekatan yang holistik. Dari integrasi pendidikan etika dalam kurikulum, menciptakan lingkungan diskusi yang terbuka, hingga memberikan pengalaman praktis dan pembimbingan, semua ini berkontribusi pada pembentukan individu yang memiliki integritas tinggi. Dengan cara ini, sarjana tidak hanya akan siap secara akademis, tetapi juga sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan etis.

Bagaimana menerapkan moral yang baik dalam kehidupan sarjanaa menurut Kohlberg?

Mengembangkan integritas diri melalui interaksi dengan orang-orang di sekitar kita melibatkan beberapa langkah penting.

  • Menetapkan nilai pribadi luangkan waktu untuk merenungkan nilai-nilai yang penting bagi Anda, seperti kejujuran, keadilan, atau rasa hormat.

  • Lingkungan yang positif kelilingi Diri dengan Orang yang Memiliki Integritas cari teman, mentor, atau role model yang menunjukkan integritas. Pengaruh positif mereka dapat memperkuat komitmen Anda pada nilai-nilai yang sama. ikut serta dalam kelompok atau organisasi yang sejalan dengan nilai-nilai Anda, seperti komunitas sukarelawan atau kelompok diskusi etika.

  • Komunikasi yang terbuka Ajak orang-orang di sekitar Anda untuk berdiskusi tentang nilai-nilai dan prinsip moral. Ini dapat membantu memperjelas pandangan Anda dan mendengarkan perspektif orang lain. Ketika berkomunikasi, dengarkan dengan penuh perhatian dan cobalah memahami sudut pandang orang lain, meskipun berbeda dengan Anda.

  • Berani menghadapi konsekuensi Jika Anda membuat kesalahan, akui dan bertanggung jawab. Menghadapi konsekuensi dari tindakan Anda menunjukkan integritas dan membangun kepercayaan. Evaluasi situasi di mana Anda mungkin tidak bertindak sesuai nilai Anda. Apa yang bisa dipelajari dari situasi tersebut? Ini adalah bagian dari proses pertumbuhan.

  • Membrikan contoh baik Tunjukkan integritas dalam tindakan Anda sehari-hari. Ketika orang lain melihat Anda berpegang pada nilai-nilai, mereka mungkin terdorong untuk melakukan hal yang sama.

  • Terus belajar dan mengevaluasi secara rutin, luangkan waktu untuk mengevaluasi perkembangan integritas Anda. Apakah Anda masih setia pada nilai-nilai Anda? Apa yang bisa ditingkatkan?

  • Mengambil tanggung jawab atas kesalahan Mengakui dan bertanggung jawab atas kesalahan adalah aspek penting dari integritas. Ketika seseorang bersedia mengakui kesalahan dan belajar dari pengalaman, hal ini menunjukkan keberanian dan kejujuran.

  • Menghargai pendapat orang lain, intergritas juga mencerminkan untuk selalu menghargai pendapat orang lain yang telahg mereka lontarkan. Hal ini dapat memeprkuat intergritas dalam lingkungan kerja, lingkungan sekitar dan komunitas komunitas yang kamu ikuti.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, Anda tidak hanya mengembangkan integritas diri, tetapi juga menginspirasi orang di sekitar Anda untuk melakukan hal yang sama. Integritas adalah proses berkelanjutan yang melibatkan kesadaran, pembelajaran, dan pertumbuhan.

KESIMPULAN                                                                               

Sebagai sebuah sebuah teori yang didasarkan pada tradisi filsafat formal serta tradisi strukturalis dalam psikologi, teori perkembangan moral Kohlberg memiliki kesamaan dengan teori-teori perkembangan lain yang menekankan adanya tahap-tahap dalam perkembangan. 

Harus diakui, bahwa Kohlberg yang mengikuti pendekatan Piaget dalam memandang perkembangan moral telah mendobrak tradisi sebelumnya yang melihat moralitas sebagai sesuatu yang berasal dari luar diri individu.

 Pendekatan kognitif yang dipakai oleh Kohlberg cenderung melihat moralitas sebagai sesuatu yang terintegrasi dengan diri seseorang dan berkembang dalam suatu urutan yang dapat diramalkan. 

Walaupun teori perkembangan moral Kohlberg merupakan teori yang berpengaruh dalam psikologi, namun masih menampakkan beberapa kelemahan, khususnya dalam hal universalitas, hubungannya dengan perilaku moral serta perbedaan gender dalam penalaran moral. 

Nampaknya masih diperlukan penelitian-penelitian lanjutan untuk lebih memperjelas dan mengembangkan teori ini.

pengembangan integritas diri dan pertumbuhan moral sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial dan lingkungan di sekitar kita. Kohlberg menunjukkan bahwa perkembangan moral adalah proses kognitif yang kompleks, yang melibatkan refleksi atas nilai-nilai pribadi dan penerapan dalam tindakan sehari-hari.

Budaya yang mengakui kesalahan dan mendorong keterbukaan memperkuat kolaborasi dan inovasi, serta membantu individu belajar dari pengalaman. Dengan menerapkan nilai-nilai moral, membangun komunikasi yang terbuka, dan mengelola konsekuensi dari tindakan, kita dapat mengembangkan integritas diri. 

Melalui proses ini, individu tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan pribadi, tetapi juga pada komunitas secara keseluruhan.

Daftar Pustaka

Kohlberg, Lawrence (1976). "Moral stages and moralization: The cognitive-developmental approach". Moral Development and Behavior: Theory, Research and Social Issues. Rinehart and Winston

Abdul Rahman, Agus (2018-02-27). "TEORI PERKEMBANGAN MORAL DAN MODEL PENDIDIKAN MORAL". Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi. 3 (1): 37--44. Abin Syamsuddin Makmun, 2009, Psikologi Kependidikan, Bandung: Rosdakarya Campbell, J., and Moyers, W., The Power of Myth with Bill Moyers, New York: Doubleday,1988

Kohlberg, Lawrence; Hersh, Richard H. (1977). "Moral development: A review of the theory". Theory into Practice. 16 (2): 53--59. doi:10.1080/00405847709542675.

C.Asri Budiningsih, 2008, Pembelajaran Moral, Jakarta: Rineka Cipta

Lawrence Kohlberg, Essays on Moral Development, San Francisco: Harper and Row, 1981

"Arti kata integritas - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id.

Integritas Adalah : Pengertian, Ciri, Manfaat dan Contoh". www.gurupendidikan.co.id

Suparno suparno, 2020, konsep penguatan nilai moral anak menurut Kohlberg https://search.app/dbs432v9xuR5ZhEH6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun