Adalah kita segenap perasaan yang saling mendiami.
Menjangkit elegi pada waktu yang tidak terdeteksi.
Karna pada satu satunya alasan untuk memaafkan,
Ialah  perasaan tak mampu untuk saling membenci.
Pada hakikat manusia yang saling mencinta,
sebaliknya kita malah mulai berjalan pada arah yang berbeda.
Adalah kita sebuah kursi yang kehilangan kaki.
Meski akan merapuh bersama kesedihan yang kian tak terobati.
Untuk kita tidak apa kehilangan pijakan,
Setidaknya kita masih punyai sandaran ketika gundah mengejarmu tanpa kelelahan.
Adalah kita daun-daun yang gugur di akhir bulan juni.
Terbawa angin pada keentahan yang tak pergi-pergi.
Atau pada kebebasan yang tidak benar-benar lepas.
Adalah kita secangkir kopi yang kian mendingin.
Saling menatap juga saling meratap.
Adalah kita kehilangan yang saling mencari.
Namun tak cukup berani untuk berreuni.
Tegal, 28 juli 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H