Mohon tunggu...
elisa susiswo
elisa susiswo Mohon Tunggu... -

Sekedar seorang perempuan di ujung perjalanan. Maka menulis bagiku ialah sebuah kebutuhan, setidaknya agar saya ingat bahwa pernah berjalan pada arah yang mana.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Untuk Seseorang yang Tak Boleh Disebutkan Namanya

13 Juni 2016   08:59 Diperbarui: 13 Juni 2016   09:27 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk seseorang yang tak boleh disebutkan namanya. Jika jarak tak pernah ragu untuk memisahkan, janganlah bosan menggulung spasi-spasi itu dalam rangkaian sapa. Karna tak seorangpun yang mampu mengubah hukum Tuhan, sekalipun ia yang mengaku tak berTuhan.

Aku mengerti betapa sulitnya tuk menutupi pori per pori pilu yang telah tersusun rapi dalam sudut hati. Dan setiap pertemuan denganmu membawa jawaban baru dalam jalan yang sedang kutapaki. Betapapun jauh kaki berlari, tetap pada senyum-senyum kita adalah jawaban pasti akan pertanyaan-pertanyaan dalam diri. Aku tak mengelak jika pada malam-malam masih kudapati ragu yang dalam, yang jika padanya kuterus jatuhi. Aku tak melakukan apapun selain menenggelamkan diri pada sungai yang tak bertepi.

Untuk seseorang yang tak boleh disebutkan namanya. Sebanyak apapun kusebut-sebut namamu dalam setiap bait. Selalu saja itu hanya tentangku. Maka, pergilah ke pemakaman dimana ku kuburkan masalaluku-masalalumu yang jauh. Berhentilah menerka-nerka tentang sesuatu yang telah mati. Karna jika kau terus begitu, takan kudapati kehidupan pada setiap sendi kita. Karna, masing-masing kita tak pernah bisa menjadi makhluk hidup baru. Melainkan hanya sisa-sisa dari ruh-ruh masalalu yang telah mati.

Tak sadarkah kau tentang mereka yang menertawakan keadaan kita? 

Karna memang, mereka sudah bahagia dengan "kita-kita" mereka yang lain, sedang kita masih saja terus meributkan hal yang sudah tak penting lagi. 

Maka untukmu, hapuslah temaram-temaram dalam masalaluku. Dan aku akan hapus peluh-peluh yang menempel disudut hatimu. Tak ada satupun dari mereka yang bisa membantu kita, karna ada yang berhak bersuara jika ini tentang kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun