Pertengahan tahun 2000 saya sakit typus di Bandung, lalu dirawat beberapa hari di suatu rumah sakit swasta. Demam hilang, namun berbulan rasa lemas tak kunjung sirna. Sejak saat itu tubuh saya tak mampu lagi melakukan kegiatan fisik yang keras seperti olah raga dan mengangkat barang berat. Bila saya lakukan, tenaga saya habis dan pemulihannya sangat lama. Bisa berminggu bahkan berbulan.
Setelah bekerja di Jakarta, saya berkali-kali keluar masuk rumah sakit untuk berobat dan memeriksa ada apa dengan tubuh saya. Bahkan tahun 2011 saya terbang ke Penang, untuk berobat di salah satu rumah sakit swasta di Malaysia. Saya juga mencoba mencari pengobatan alternatif di sekitar Jakarta, Bogor hingga Sumatera Utara. Saya tak mendapatkan hasil, dan tubuh saya terus melemah dan semakin melemah hingga untuk berjalan kaki pun saya harus extra berhati-hati agar tenaga tidak drop hingga tubuh melemah.
Jika tubuh sudah melemah, kepala akan sakit, betis pegal-pegal, mata rabun, nafas pendek, persendian sakit terutama di area leher, emosi tak terkendali dan banyak lagi penderitaan yang saya nikmati.
Sejak tahun 2010 saya mengkonsumsi supplemen, dan terus berganti. Mengapa berganti? Supplemen lama tak lagi berpengaruh atau tak lagi membuat tubuh saya kuat. Harus diganti, dan cari lagi supplemen yang lebih baik, tentunya lebih mahal. Dalam sebulan bisa menghabiskan uang sekitar dua juta rupiah.
Tahun 2014 saya pasrah, tak lagi mencari pengobatan yang menelan biaya tak sedikit. Saya hanya mencoba menjalani hidup yang saya pun tak tahu berapa lagi akan berakhir. Saya hanya berusaha tetap bekerja demi anak-anak bisa bersekolah walau tubuh saya setiap hari merasa lemah disertai keluhan-keluhan lainnya.
Awal pandemi virus Corona atau COVID-19 merebak di Jakarta, saya mulai meditasi. Hal ini tak sengaja. Suatu pagi saya melihat link ajakan meditasi online di akun salah seorang teman Facebook. Saya klik link tersebut, ternyata masuk ke grup WhatsApp. Saya baca-baca perbincangan di sana, dan singkat cerita mulailah saya meditasi. Kejadian itu di akhir bulan Maret tahun 2020.
Tak saya sangka-sangka, sekitar bulan Juli 2020 fisik saya terasa lebih kuat dari biasanya. Saya bisa bermain tennis meja bersama anak, dan tubuh saya tidak melemah walau sudah main berkali-kali.Â
Semangat hidup saya mulai bangkit. Dan saya mulai cari-cari di internet manfaat meditasi, dan mengapa fisik saya mulai menguat. Dari berbagai artikel yang saya baca, dijelaskan bahwa kondisi batin sangat berpengaruh pada keadaan fisik. Batin yang damai akan menyehatkan fisik. Kesehatan batin berhubungan erat dengan immune system.
Tubuh fisik saya terus menguat dari hari ke hari berikutnya. Dan ini adalah berkah yang luar biasa. Dua puluh tahun menderita, akhirnya penderitaan panjang itu mulai menjauh dan semakin jauh.
Tak pernah saya harapkan atau impikan, tangan saya menghadirkan kesembuhan bagi anak saya. Di bulan September 2020 kaki anak saya luka, bengkak dan berdenyut sakit.Â
Dia membuat nasi goreng. Saat dia menyiapkan bumbu, batu ulekan cabai jatuh dan menimpah kakinya yang kanan. Luka dan bengkak. Entah ide dari mana, saya jamah kakinya yang luka dan bengkak itu, lalu saya berdoa meniatkan agar energi alam menyentuh kakinya. Sekitar dua menit saya menjamah kakinya, selesai. Anak saya tak lagi merasakan sakit, dan saya kaget karena kaki yang tadinya bengkak sudah tak bengkak lagi. Hanya sekitar dua menit.
Sejak saat itu saya terus mencoba dan mengexplore diri untuk menolong orang lain. Bahkan saya coba menolong orang sakit di luar kota, luar pulau Jawa bahkan luar negeri.Â
Mereka tertolong dan sembuh. Ada beberapa testimoninya saya kemas di akun Youtube - Elisa Sagala Raja. Dan hingga kini saya terus melayani sesama yang sedang sakit - sakit apa saja ~ medis maupun non medis.Â
Beberapa orang yang "mengerti" berkata pada saya bahwa energi ILAHI di tubuh saya besar. Awalnya saya tak begitu paham, namun seiring berjalannya waktu saya pelajari dan amati sendiri hal-hal yang membuat saya kaget, heran dan bingung.
Hingga kini sudah ratusan orang yang saya pandu atau bimbing untuk meditasi atau bernafas sadar, baik orang sakit maupun yang sehat. Mereka sangat terbantu. Ada yang cepat sembuh, ada yang butuh waktu.Â
Untuk itu saya sarankan bagi semua pembaca agar mulailah meditasi untuk sehat alami. Karena di dalam jiwa yang sehat terdapat raga yang sehat. Hati yang gembira adalah obat yang manjur.
Salam sehat buat kita semua.Â
Elisa Sagala Raja, Jakarta, 19 Juli 2021 ~ 081282300524
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H