Demam Berdarah Dengue atau yang biasa dikenal dengan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Gejala demam berdarah ini antara lain, demam tinggi 2-7 hari, ruam merah pada kulit, nyeri ulu hati, nyeri kepala, pendarahan tiba-tiba, hingga menyebabkan kematian. Kunci utama dari membasmi nyamuk ini adalah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN. PSN ini dapat dilakukan dengan 3M, yaitu:
- Menguras
Menguras bak mandi atau tempat penampungan air menjadi salah satu upaya dalam memberantas sarang nyamuk, hal karena air yang menggenang menjadi tempat nyamuk berkembak biak. Menguras bak mandi dilakukan minimal satu kali seminggu. Dalam menguras bak mandi, tidak hanya membuang air lama dan mengganti dengan air yang baru. Namun juga sambil menggosok sudut bak mandi agar telur nyamuk ikut luruh.
- Menutup
Menutup penampungan air, merupakan kegiatan menutup tempat penampungan air rapat-rapat untuk mencegah nyamuk bertelur pada tempat penampungan air.
- Mendaur ulang
Memanfaatkan kembali limbah barang bekas, utamanya yang berpotensi menjadi tempat genangan air, dapat mencegah potensi nyamuk berkembang biak semakin besar. Selain itu dengan mendaur ulang limbah dapat menambah nilai ekonomis dari limbah tersebut.
Dalam upaya untuk memberantas penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di tengah masyarakat, kegiatan penyuluhan DBD dan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) menjadi salah satu program kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok KKN UMD Universitas Jember 204.Â
Kegiatan ini dilakukan pada hari Minggu (4/08/2024) bertempat di Dusun Tokengan, Desa Peleyan, yang memiliki latar belakang kasus DBD terbanyak di desa.Â
Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, ada tiga orang dari lingkungan yang berdekatan yang terjangkit DBD. Sehingga untuk mencegah merebaknya DBD di daerah tersebut dilakukan penyuluhan dan jumantik.
Kegiatan dibuka dengan dilakukannya penyuluhan pada masyarakat mengenai DBD. Dalam sesi penyuluhan ini, Aulia Mahmuda yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) dan Lisa Aprilia yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), menyampaikan mengenai penyebab DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.Â
Nyamuk ini memiliki ciri fisik dan gaya hidup yang berbeda dengan nyamuk biasanya. Dalam segi fisik, nyamuk ini memiliki warna belang hitam putih dan bintik putih pada tubuhnya.Â
Sementara gaya hidup nyamuk ini, cukup berbeda dengan nyamuk lainnya. Nyamuk penyebab DBD ini hidup di lingkungan yang gelap dan lembab, seperti gantungan baju bersih dan pojokan ruangan.Â
Sementara itu nyamuk aedes bertelur hanya pada genangan air yang bersih seperti bak kamar mandi, ban bekas, kaleng bekas, dll. Berbeda dengan nyamuk lainnya, nyamuk ini tidak keluar sepanjang malam. Namun nyamuk ini biasanya keluar pada jam 09.00 - 10.00 dan 16.00 - 18.00.
Selepas sesi penyuluhan, mahasiswa membuka sharing session. Dalam sesi sharing ini, masyarakat terlihat aktif. Salah satunya menyampaikan mengenai adanya kegiatan fogging yang baru-baru ini dilakukan.Â
Mayoritas masyarakatnya masih mempercayai bahwa hanya dengan fogging sudah cukup untuk membasmi nyamuk aedes aegypti dan mencegah adanya DBD.Â
Padahal pada kenyataannya fogging tidak cukup untuk membasmi nyamuk aedes aegypti. Hal ini karena fogging hanya mencapai jarak sekitar 200 meter dan hanya membasmi nyamuk dewasa.Â
Sementara telur dan jentik nyamuk hanya dapat dibasmi dengan cara PSN tadi. Oleh karena itu pentingnya penyuluhan ini juga untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa fogging saja tidak cukup.
Setelah sesi penyuluhan selesai, dilakukan kegiatan pemantauan jenik. Mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok untuk menjadi juru pemantau jentik (Jumantik). Pemantauan jentik ini dilakukan rumah ke rumah dengan mengecek bak mandi atau penampungan air yang terbuka.Â
Pemantauan dilakukan dengan bantuan dari cahaya senter yang diarahkan ke sudut-sudut bak mandi atau penampungan air untuk memperjelas keberadaan jentik-jentik. Setelah dilakukan pengecekan oleh tim jumantik, hampir 70% rumah yang diperiksa terdapat jentik di penampungan air mereka.
Setelah dilakukan pengecekan, tim jumantik tidak luput untuk kembali memberikan edukasi mengenai PSN dan pentingnya untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar.Â
Dengan adanya program edukasi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitar, terutama dalam hal pencegahan demam berdarah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI