Sebagai warga Indonesia, saya bangga dengan fasilitas transportasi umum saat ini. Terutama di kawasan Jabodetabek. Seumur hidup saya, berbagai transportasi umum sudah pernah saya coba. Becak, helicak, bajaj, bemo, metromini/kopaja, mikrolet, dan bis besar. Sejak ada transjakarta, transportasi di Jakarta membaik. saya menghargai upaya pemerintah memfasilitasi transportasi umum yang memanusiakan manusia, selain tentunya untuk mengatasi kemacetan, perubahan iklim dan polusi udara.
Sebagai pengguna transportasi umum saya senang sekali, bisa meninjau pembangunan MRT Fase 2, bersama Komunitas Traveling Kompasiana/Koteka dan Komunitas Wisata Kreatif Jakarta.Â
Saya dan kawan-kawan mengunjungi pembangunan stasiun MRT Fase  2 yang berada di kawasan Monas.Â
Saya dan kawan-kawan di terima tim petugas dari MRT di kantor manajemen di mana terbentang protype pembangunan MRT di kawasan Monas. Karena berada di kawasan ring satu, hanya di bangun akses 2 pintu. Dan karena berada di kawasan Monas juga maka hampir semua pembamgunan di bawah tanah. Karena sudah ada ketentuan di mana tidak  boleh ada bangunan yang menghalangi pemandangan ke arah monas.
Fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI---Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni---Kota yang ditargetkan selesai pada 2029.Â
Tahukah kalian nama maskot MRT dan sebutan untuk MRT. Nama maskotnya MARTI dan nama MRTnya RATANGGA.Â
Sebelum masuk ke area proyek pembangunan semua peserta diwajibkan menggunakan fasilitas keamanan seperti helm, rompi dan sepatu. Dan tralala, sepatunya berat, Cuy. Saya menggunakan ukuran 38, serasa di ganduli besi sekilo. Tapi demi keselamatan, ya harus dikenakan. Kapan lagi jadi "orang proyek". Â
Buat kamu yang punya masalah di kaki, mending nggak usah ikut. Karena kawasan Monas itu luas banget jadi jalan ke area proyek saja jauh, ditambah turun ke kedalaman perut bumi 18 m. Saat turun sih nggak berasa tapi pas mau ke luar, alamak....alamak ..berat!
Saya salut dengan sirkulasi udaranya. Saya nggak merasa pengap dan pendingin udara juga  bekerja dengan baik. Ya iyalah kalau sirkulasi tidak baik bagaimana para pekerja bisa bekerja dengan baik. Saya Takjub banget, melihat dalam perut bumi bisa dibangun terowongan untuk jalur MRT. Pengalaman ini membukakan mata dan pikiran saya, kelak transportasi umum makin baik, perputaran ekonomi juga membaik. Tentu harapannya rakyat makin sejahtera.Â
Apalagi kelak sarana transportasi ini akan terintegrasi satu dengan lainnya. Sekarang saja, dengan mudah masyarakat berpindah dari Transjakarta ke MRT dan ke LRT. Dengan transportasi yang nyaman, semakin mengurangi jarak dan waktu tempuhÂ
Kunjungan yang seru dan menyenangkan karena tidak semua orang punya kesempatan yang sama. Walau pihak MRT membuka kunjungan setiap hari Kamis sepanjang tahun. Tetapi wajib mendaftar dulu. Dengar-dengar jadwalnya sudah full sampai akhir tahun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H