Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Kompasiana ke dua

Perempuan yang suka berkawan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

KPK Ngulik Kuliner Halal Kopi Tiam 89 dan Walking Tour ke Vihara

29 Januari 2023   22:53 Diperbarui: 30 Januari 2023   07:44 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rangka ikut merayakan dan merasakan  tahun baru Imlek saya dkk dari Komunitas Kompasian Penggila Kuliner berkesempatan menikmati kulineran Ci Elis di Kopi Tiam'89 yang lokasinya tak jauh dari Vihara Budha Dharma & 8 Pho Sat atau di kenal juga sebagai Vihara Budha Tidur.

Jadi kami menikmati kuliner halal dan walking tour, menyusuri 3 Vihara di kawasan Kampung Jati Desa Tonjong, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor

Dulu kalau denger Bojong Gede sepertinya jauh banget tapi dengan transportasi sekarang, semua mudah, murah dan nyaman. Tikum, stasiun Bojong Gede lalu dengan taksi on line kami diangkut untuk icip-icip kuliner Imlek di Warung Ci Elis.

Menurut cerita Ci Elis, saat memasuki awal tahun, semua dilakukan dengan rasa syukur dan pengharapan akan kehidupan yang lebih baik di tahun mendatang. Hal itu ditandai dengan rumah yang dibersihkan, masak makanan dan kue untuk dinikmati atau dibagikan dengan kerabat dan tetangga.

Ci Elis, generasi ke 5 keturunan Tiong Hoa di desa Tonjong, Kampung Jati ini, sudah 10 tahun buka usaha warung. Namanya Kopi Tiam 89. Tiam berarti warung kopi. Mulanya memang cuma kopi lalu berkembang dengan tambahan macam-macam makanan. Di antaranya nasi goreng kuning yang di rekomendasikan yang hingga sekarang sudah mengalami banyak perubahan menyesuaikan lidah masyarakat.

Awalnya nasi kuning ini sebagai obat. Di masak dengan aneka rempah, termasuk daun mengkudu tapi pada akhirnya disesuaikan karena orang membeli untuk dimakan enak bukan cuma sebagai obat.

Lalu ada kue keranjang yang sering disebut dodol China. Dengan bahan utama tepung ketan dan gula aren. Menurut Ci Elis yang  terkenal ya buatan masyarakat keturunan Tiong Hoa di Tangerang. Info ini sesuai dengan yang selama ini saya tahu. Dodol yang lengket ini bermakna mengikat antar kerabat. Lalu ada kue lapis legit. Susunannya yang berlapis-lapis  bermakna agar keberuntungannya berlapis-lapis.

Oh ya, yang menarik lagi selain kopi, Warung Ci Elis juga menyajikan juice segar yang dibuat dari buah-buahan yang di tanam sendiri, di belakang warung. Warungnya mah kecil tapi menempati area lebih dari 1000 m yang terdiri dari rumah tinggal dan kebun.

Saya merasakan nikmat juice sirsak dan buah potong pepaya, kawan-kawan lainnya memesan juice markisa dan nanas, ada juga lemon. Segarnya mantap.

Tersaji juga Phao ayam. Dulu kalau dengar Bak Phao, imagenya roti isi daging babi  karena emang begitu mulanya. Makanan asli dari China itu sudah mengalami akulturasi budaya dengan masyarakat. Jadi sekarang isinya selain daging-dagingan, bisa juga diisi kacang merah, kacang hijau, coklat dll.

Ci Elis walau beragama Budha dan keturunan Tiong Hoa tidak makan daging babi, sapi dan kambing. Cuma ayam. Jadi dijamin halal. Karena juga tidak memakai minyak-minyak non halal. Cuma minyak wijen, kaldu jamur dan merica untuk campuran masakannya.

Usai icip-icip Phao, pangsit kuah, juice sirsak, kami mulai walking tour ke Vihara Budha Dharma & 8 Pho Sat atau di kenal dengan Vihara Budha tidur. Jujur takjub juga sih patung Budha Tidur ada di Bojong Gede. Di bangun Suhu Ade yang masih kerabat Ci Elis dari garis Mamanya. Eh Mamanya Ci Elis masih ikutan masak loh, walau sianya sudah di atas 60 tahun.

Jarak yang cuma sepelemparan batu, kami tempuh hanya beberapa menit jalan kaki. Vihara lumayan ramai dikunjungi baik wisatawan maupun yang memang bertujuan ibadah. Tak mau mengganggu mereka yang ibadah, saya dkk nggak lama-lama. Setelah berkeliling dan foto-foto kami  kembali ke warung kopi Tiam 89 buat makan siang. 

Sudah order terlebih dahulu jadi kamu datang, nggak lama makanannya ke luar. Sebagian memilih yang direkomendasikan Nasi goreng kuning, tapi ada juga yang pesan mie ayam yang mie nya dibuat sendiri. 

Saat makan, Ci Elis mengeluarkan rolade home Made. Campuran daging ayam berbumbu yang dibungkus telur rasanya enak. Jam ga disajikan buah pepaya potong hasil kebun dan sepiring kue Imlek. Ada Bika Ambon, lapis legit dan kue keranjang alias dodol China.

Usai makan mengembalikan energi, kamipun melanjutkan Walking Tour ke Vihara ke dua.  Yaitu Vihara Naca. dibangun dan dimiliki keluarga. Tak sebesar Vihara Budha Tidur tapi Vihara Naca cukup menarik. Kalau kalian penggemar film China pasti tahu Naca, yup bocah kecil yang rambutnya diikat dua menyerupai bola. Naca dalam mitologi China dipercaya sebagai Dewa Pelindung. 

Vihara ketiga juga nggak jauh dari Vihara Naca, jadi kami masih jalan kaki. Vihara ketiga ini terlihat lebih luas di Bandung dua Vihara sebelumnya. Namanya Vihara Sian Jin Ku Poh. Yang menarik dari Vihara ini, lilinnya yang gede-gede. Tiap lilin terlingkar nama orang/perusahaan. Bisa jadi sebagai bentuk syukur.

Selain lilin yang gede-gede seukuran batang pohon, di samping Vihara ini berdiri Padepokan Semar. Nggak terlalu besar tapi cuku menyita perhatian karena dinding bangunan berwarna abu gelap, kontras dengan Vihara yang dominan berwarna merah dan kuning emas.

Saya sempat mengintip, hanya ruangan seukuran 5x3 m, ada tokoh punakawan, Semar, Bagong, Petruk dan Gareng, juga ada Patung besar lainnya. Katanya ada tuh orang yang datang untuk berdoa sesuai keyakinannya. Padahal kan itu bukan tempat ibadah. Tapi entahlah. Yang pasti, perjalanan menyenangkan dan menambah wawasan. 

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dok. KPK
Dok. KPK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun