Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Kompasiana ke dua

Perempuan yang suka berkawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Click Kompasiana dan PPI, Ajak Kompasianer Menulis Berdasarkan Data dan Fakta

9 Agustus 2019   18:48 Diperbarui: 9 Agustus 2019   19:25 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertajuk Pelatihan Menulis dan Tour ke Pulau Maju, kolaborasi Click kompasiana dan PPI_Persatuan Penulis Indonesia, Graha Wisata TMII, 2-3 Agustus 2019. Jujur ada rasa sedih, malu dan sukacita yang bercampur menjadi satu, ketika kaki saya melangkah masuk ke Graha Wisata TMI, malam itu. Bagaimana nggak malu? Acara di mulai PK. 13.00, saya menjelang pukul 19.30 baru tiba. Tapi rasa malu itu dikalahkan keinginan besar untuk menjalin silaturahmi dan menimba ilmu yang mendorong dan menguatkan hati, saya untuk tetap bergabung.

Rasa sedih. Bagaimana nggak sedih, saya kehilangan kesempatan mendengar sharing ilmu dari Fanny Jonathan Pyok dan Mantan salah satu punggawa kompasian, Iskandar Zulkarnain alias Isjet? Masih beruntung, sessi Bang Isson Khairul, tentang menulis bidang ekonomi, bisa saya ikuti. Hari itu saya tidak bisa bergabung di awal acara, karena ada kegiatan yang saya harus ikuti di sekitar tempat tinggal saya.

Rasa sukacita. Akhirnya bisa bersilaturahmi dengan banyak kawan. Baik kawan lama maupun kawan baru. Buat saya silaturahmi itu memperkaya bathin. Kegembiraan bertemu kawan-kawan, seperti minum es kelapa muda di siang terik. Ada kesegaran energi yang mengalir. Bertemu dengan keluarga petualang dari Cianjur, bertemu rombongan dari Bandung, juga Genk Kompasiana Jomblo: Uwan, Nursaid, Bowo, Doel, Ini Nisa, Syifa. 

Bertemu Kompasiana baru, Ade M (kembaran ini Nisa) Bisa ngobrol dan tertawa dengan Bang Isson, bang Thamrin, Mas Yon, Tamita, Bang Nur, Bunda siti juga Fifi. Bikin saya merasa  "kaya". Ya saya kaya karena saya memiliki banyak kawan. Ada bu Rochma, Nuty, Fenny, Dewi Puspa, Pak Eddy juga keluarga Kompasiana dari Cianjur selain kel. Okti Li. Pokoknya senanglah, maaf ya nggak bisa sebut satu-satu.

Tapi tetap saya harus berterima kasih dengan Lita, yang mengajak saya menjajal commuterline di jam pulang kerja. Benar-benar pengalaman ajaib. Kisah pepes dalam commuterline, saya rasakan. Aneka bebauan, tercium tapi saya masih bisa tersenyum, karena dapat pengalaman baru. Setiap pengalaman baru selalu berharga.

Penulisan Bidang Ekonomi.
Ini bukan tema baru buat saya.  Tapi yang mengejutkan para peserta yang hadir rata-rata merasa nggak kompeten menulis bidang ekonomi. Padahal sudah dilakukan, cuma memang masih belum mendalam dan dalam sudut pandang yang terbatas.

Padahal menurut Bang Isson, jika diutus Kompasiana ke sebuah acara bertema ekonomi, minimal fee nya Rp. 1 juta. Lalu apa yang membuat ragu menulis tema-tema ekonomi? Padahal menulis tema ekonomi, sama saja dengan tema-tema lain, Harus mengandalkan Data dan Fakta.  

Kompasiana sering sekali mengadakan acara Nangkring dengan tema-tema ekonomi tapi nggak terlihat atau nggak digarap dari sudut ekonominya. Misalanya ketika kerja sama dengan jasa pengiriman, perbankan, asuransi, bank Indonesia, Fintech dan banyak lagi. Artinya tanpa sadara kebanyakan sudah menulis tema ekonomi. Bahkan review nasi uduk di salah satu sudut pasar baru dengan menjelaskan harga sepiring, dan omset, itu sudah menulis tentang ekonomi.

Menurut saya pribadi, bukan karena ketidak tahuan tapi lebih pada ketidak beranian karena anggapan yang keliru. Banyak yang mengira menulis tema ekonomi, berarti bicara regulasi keuangan, inflasi atau suku bunga. Padahal, ketika mendapat undangan icip-icip di sebuah hotel atau restaurant, bisa diangkat dari sudut ekonomi. Mulai dari modal, harga jual, tingkat laku dll.

Dan satu lagi yang menurut Bang Isson perlu dilakukan. Menulislah dari tema-tema sederhana yang ada di sekeliling kita. Ketika bunda Intan bercerita, sekolah tempatnya mengajar bekerja sama dengan BMT Beringharjo, Bang Isson mengatakan, itu tema yang menarik. Mengapa harus BMT beringharjo. Kita tunggu saja tulisan Bunda Intan. Begitu juga ketika Ambu, Maria G soemitra tertarik mengangkat kisah, pedagang yang tak mau menggunakan jasa perbankan padahal omsetnya bisa 1 juta rupiah/hari.

Usai sessi bang Isson, saya merasa perlu dilanjutkan dengan pelatihan menulis secara khusus dengan tema ekonomi. Biar ini nanti di follow up. Barangkali Komunitas yang adminnya saya gawangi, Ladiesiana bisa juga kolaborasi dengan PPI. Bukan begitu Tamita?

dokpri
dokpri
Tour Ke Pulau Maju
Rasanya, bukan cuma saya yang tidak mengerti, Apa itu Pulau Maju dan ada di mana? Pulau Maju ternyata sebutan atau nama ganti dari Pulau G, hasil reklamasi teluk Jakarta. Nah, kami diajak ke Pulau Maju, menuruut Mas Yon supaya jangan kayak orang-orang komentar tapi nggak tahu. Kalau Menjurut bang isson, bicara dengan Data dan Fakta. Jadi kalau mau nyinyir rada berbobotlah.

Sekretaris daerah DKI Jakarta, saefullah menyebut kawasan reklamasi sebagai pantai. "Kan sudah dibilang bahwa itu merupakan pantai atau bagian dari daratan. Maka konsep pulau A,B,C,D SAMPAI K,L,M,N, O dan P tidak ada lagi. Konsep pulau jadi konsepnya pantai. Bagian dari daratan termasuk yang diperluas pantai Ancol" . Sumber

Buat saya lucu saja, seperti nggak ada kerjaan. Ngapain juga meributkan sebutan pantai atau pulau. Masih jauh lebih berbobot kalau mendiskusikan manfaat dan mudaratny reklamasi. 

Ada tiga aspek manfaat reklamasi yakni: Ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Tapi sebagaimana sisi kehidupan, Selain manfaat, ya ada juga kerugian reklamasi. Terkait reklamasi Teluk Jakarta. Para ahli sudah banyak menimbang sesuai ilmunya.

Manfaat Ekonomi,
Ketika saya dan rombongan Kompasianer mendatangi Pulau maju atau lebih tepat Pantai Maju, sudah disambut dengan jajaran property yang megah. Artinya akan segera ada pusat perekonomian. Tempat kuliner yang belum buka. Kami tiba sebelum pukul 08.00, pusat jajanan buka menjelang magrib. Bicara manfaat ekonomi dari reklamasi lainnya, bisa menjadi  kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis, dan juga pertokoan. Dan yang saya lihat di pantai maju ini memang sudah siap untuk itu. 

Ketika suatu wilayah sudah terlalu padat, reklamasi memang menjadi alternative. Kita perlu membuka wawasan dan cara berpikir, reklamasi juga dilakukan di Negara-negara lain. Namun setiap reklamasi di manapun memiliki kendala yang tidak sama. Belanda, Dubai adalah dua Negara yang memanfaatkan reklamasi untuk mendukung lingkungan dan perekonomian. 

Belanda Negara yang menjadi contoh dalam hal reklamasi karena keberadaan Negara yang berada lebih rendah dari permukaan air, sehingga pembangunan dam dan reklamasi adalah upaya menjaga keberadaan Negara tersebut. Belanda juga melakukan reklamasi, awalnya untuk pertanian tapi juga digunakan juga untuk menyelamatkan hewan liar.  Keterbatasan lahan daratan yang mendorong belanda melakukan reklamasi. Kini Belanda memiliki lahan pertanian yang Bagus.

Lingkungan Hidup
Reklamasi adalah campur tangan manusia dalam sebuah ekosisitim alam. Di sini diperlukan perhitungan matang. Meminimlakan kerusakan habitat hewan dan tumbuhan agar ekosisitem secara keseluruhan tetap terjaga. Karena tanpa perhitungan, dampak buruk akan terjadi. Ini sebetulnya yang banyak dikeluhkan masyarakat sekitar teluk Jakarta.

Sosial Budaya.

Masih terkait dengan ekonomi dan lingkungan. Akan terjadi pergeseran ketika manusia akan mendatangi tempat-tempat yang menjajikan perbaikan ekonomi. Kawan pantai maju sudah memperlihatkan akan menjadi sentra bisnis. Bakal ada perumahan, sekolah, tempat ibadah. Akan ada perpindahan kumpulan masyarakat dengan segala kebiasaannya yang bakal membentuk budaya baru. Perlu dijaga agar budaya baru ini tidak menggeser masyarakat asli.

Bicara penolakan reklamasi teluk Jakarta menurut saya bergantiung pada tingkat kepentingan. Pengusaha atau politikus. Ujung-ujungnya akan berakhir pada uang juga. Saat ini saya sudah melihat Pantai Maju sudah siap beroperasi, transportasi mulai dari ojek on line, angkot sampai transjakarta (Balaikota-PIk) sudah beroperasional. Masyarakat mudah datang ke sini. Jadi ketimbang nyinyir tanpa dasar, main deh ke sini.

Persoalan IMB dan hal lain terkait permasalahan hukum bukan bidang saya. Cuma menurut info yang saya tahu, Pihak swasta hanya berhal memanfaatkan 35 % lahan reklamasi, sisanya semua dikuasai pemprov DKI. Kesempulan saya pemprov DKI makin kaya dong kan sumber uangnya nambah. Boleh dong sebagian untuk mengatasi polusi udara. Di pantai maju karena belum ada tumbuhan yang rindang, pagi terlihat berkabut, bukan segar tapi sesak napas. Moga bisa jadi perhatian.

dokpri
dokpri

Dari Pantai Maju, rombongan berpisah. Sebagian ke Kota, sebagian ke HI. Saya ikut yang ke HI, untuk memandu Kawan-kawan dari Bandung Dan Cianjur menjajal MRT.

Senang bisa menemani dan akhirnya berpisah di stasiun MRT Lebakbulus. Terima kasih untuk kebersamaannya. Moga jumpa lagi digathering lainnya. Tuhan memberkati Kita semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun