Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Administrasi - Influencer

Saya ibu rumah tangga dengan dua anak. gemar memasak, menulis, membaca dan traveling. Blog saya dapat di intip di\r\nhttp://puisinyaicha.blogspot.com/\r\nhttp://www/elisakoraag.com/ \r\nhttp:www.pedas.blogdetik.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Nutrisi Terbaik untuk Calon Pemimpin Masa Depan

26 Januari 2018   17:02 Diperbarui: 26 Januari 2018   19:36 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2045 mendatang tepat 100 tahun Indonesia merdeka. Apakah kita sudah mempersiapkan generasi unggul? Anak-cucu kita adalah generasi yang harus dipersiapkan menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka. Maka menjadi tanggung jawab semua pihak untuk mempersiapkannya.

Stunting dan Mal Nutrisi menjadi topik bahasan dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional ke 58, 25 Januari 2018. Hampir semua institusi mengeluarkan pernyataan yang sama. Berikan nutrisi yang baik agar anak-anak tumbuh sehat, kuat dan cerdas.

Kekhawatiran Mal Nutrisi saat ini, afalah  anak-anak dengan kyalutas buruk. Salah satunya stilunting. Eh sudah tahu dong, apa itu stunting. Stunting seringkali dibahasakan kuntet/kate atau tinggi badan tidak sesuai dengan usia. Mengapa anak bisa stunting/kuntet/kate? Benarkah karena keturunan? Ada benarnya tapi hanya sedikit pengaruhnya. Asupan gizi dan gaya hidup jauh lebih menentukan. Lihat generasi sekarang yang kebanyakan tinggi badan anak lebih tinggi dari kedua orangtuanya.

Tapi diberbagai pelosok daerah yang belum mengoptimalkan pemberian gizi pada anak, masih banyak ditemukan anak-anak yang mempunyai tinggi badan tidak sesuai dengan usia. Memang terjadi pro dan kontra, bagaimana bisa memberikan nutrisi yang baik, jika secara ekonomi masih banyak keluarga yang mempunyai penghasilan rendah? Apakah gizi harus dari bahan-bahan yang mahal? Ya enggaklah. Gizi yang baik tidak harus mahal. Justru kita harus mengoptimalkan yang ada di sekitar kita.

Kurangnya pengetahuan bisa menjadi salah satu penyebab.  Beberapa waktu lalu, media baik online maupun media mainstream, memberitakan kematian anak-anak karena kurang gizi di Papua.  Kita nggak bisa secara otomatis menyalahkan pemerintah baik pusat maupun daerah. Tapi harus diurai satu-persatu, di mana pokok permaslahannya. Karena ketidak tahuan bisa menjadi sebab yang fatal.

Masih banyak orang tua  memberikan pisang dan nasi yang dihancurkan pada bayi yang belum genap berusia 3 bulan. Kebiasaan masyarakat bisa jadi sudah turun temurun, padahal itu salah. Tidak mudah mengubah kebiasaan semacam itu. Peran kader posyandu, perangat desa dan orang yang melek informasi harus terus menerus bersama-sama menyebarkan informasi yang mengajak masyarakat untuk mengenal pemberian gizi yang baik dan benar.

Saya mengikuti talkshow dengan tema  Mewujudkan Anak Indonesia Zaman Now, No Malnutrisi, No Obesitas: Sayangi Anak dengan Makanan Bergizi Seimbang.Yang diselenggarakan dalam rangka hari Gizi Nasional.

Berikut narasumber yang hadir:

1. Prof. Dr. Dodik Briawan MCN, Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SEAFAST IPB

2. Dr. Damayanti Rusli S, SpAK, Phd, anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik PP IDAI

3. Siti Masrifah , Anggota Komisi IX DPR RI

4. Dra. Hj Nur Hayati Said Agil Siradj MA, Ketua Pengurus Harian PP Muslimat NU

Prof. Dr. Dodik Briawan MCN, dari IPBmengingatkan. Anak-anak s Indonesias udah terpola makan yang salah. Kebiasaan jajan membuat rata-rata terbiasa dengan asin, manis, lemak yang berlebihan. Kebiasaan jajan, membuat anak makan berlebihan yang pada akhirnya membuat anak jadi obesitas. Ini jadi alasan, mengapa saya, sangat bawel dalam soal makanan yang harus dimakan anak-anak. Sayur itu wajib, nggak bisa di tawar. Juga buah-buahan. Makanya saya bersyukur banget, diusia remaja, anak-anak nggak susah makan sayur dan buah.

Saya, masih setia membuat sarapan dan bekal untuk anak bawa ke sekolah. Selain bisa mengontrol apa yang di makan anak-anak. Saya membiasakan anak untuk tidak jajan. Biar jelek-jelek begini, saya berusaha memenuhi cemilan untuk anak dengan membuatnya sendiri.

 Dr. Damayanti Rusli S, SpAK, Phd  dari Ikatan Dokter Anakmengingatkan, untuk mempersiapkan anak-anak dengan tumbuh kembang yang baik, dimulai sejak masih dalam bentuk janin dalam kandungan. Sudah harus diberikan nutrisi yang baik di 1000 hari pertama. Dihitung dari anak masih dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Dalam rentang waktu1000 Hari Pertama Kehidupan itu, nutrisi yang diberikan pada anak, ibarat pupuk pada tanaman. Akan   bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan otaknya.

Menyongsong Generasi masa depan, bukan lagi Kidz zaman Now tapi Kidz  the nex zaman. Nah problema  besar yang dihadapi dalam hal tumbuh kembang anak adalah stunting. Karena stunting bukan sekedar tinggi badan yang kurang. Tapi berpengaruh pada petumbuhan otak dan kesehatan menyeluruh ke masa depan. Anak-anak stunting, memiliki kecenderungan terganggu kesehatannya. Sehingga dapat berpengaruh pada produktifitas kerja. Demikian juga dengan adanya gangguan petumbuhan otak maka tingkat kecerdasan anak akan berkurang.

Siti Masrifah , Anggota Komisi IX DPR RIyang juga hadir dan menjadi narasumber mengatakan. Pemerintah terus membuat program dan mensosialisaikannya ke masyarakat. Salah satunya program GERMAS-Gerakan Masyarakat hidupa Sehat. Yaitu Perbanyak bergerak alias berolah raga, Perbanyak konsumsi buah dan sayur serta cek kesehatan secara rutin.

Kita tahu, kegiatan masyarakat sehari-hari nyaris menjauhkan diri dari olahraga. Padahal kalau diniatkan olahraga bisa kok dilakukan dalam aktifitas rutin. Misalnya kalau Cuma 2-3 lantai, ya naik tangga saja nggak usah dengan lift. Atau kalau jarak tempuh dari rumah ke jalan besar untuk naik angkutan, ya jalan kaki saja nggak usah naik ojek.  Olahraga memang harus mengandung BBTT yaitu Baik, Benar, Teratur dan Terukur.

Sedangkan Konsumsi buah dan sayur harus dibiasakan. Program Isi Piringku, termasuk yang bisa dijadikan ukuran. Bahwa untuk usia di atas 40 tahun baiknya 2/3 piring berisi sayur dan buah. Sedangkan utk anak-anak yang masih bertumbuh, porsi karbohidrat, protein, lemak Dan  mineral menyesuaikan. Sedangkan cek hatan secara rutin gunanya agar jika ditemukan gangguan bisa segera diatasi dengan cepat. Penanganan suatu gangguan kesehatan dengan cepat akan memberikan kualitas hidup yang baik. Karena tubuh yang sehat membuat aktifitas bisa berjalan dengan lancar.

Gizi buruk bisa menyebabkan banyak masalah, selain stunting, anak kurus, rentan berbagai penyakit, bisa juga menjadi obesitas. Kelebihan atau kekurangan gizi, keduanya dapat menjadi masalah besar, terkait tumbuh kembang dan kesehatan anak.  Untuk mengurai benang kusut harus ditelesuri ke hulunya. Saya percaya keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang memegang pernan besar dalam menyiapkan anak-anak sehat. Peran orangtua dalam keluarga sangat besar. Ini era milenial, tidak ada lagi alasan untuk tidak bisa memasak, karena semua resep dan bahan makanan yang baik, beli di mana dengan harga berapa, bisa dicari diinternet.

Susu Kental manis atau biasa disebut SKM masih menjadi tema diskusi yang ramai. Sejujurnya, sudah banyak yang tahu dan paham kalau SKM tidak boleh dijadikan pengganti susu bagi balita. Karena SKM adalah minuman dengan perasa susu yang cuma baik sebagai toping makanan dan minuman.

 Ketua Pengurus Harian PP Muslimat NU, Dra. Hj Nur Hayati Said Agil Siradj MAmengingatkan. Peran perempuan dalam hal ini Ibu, sangat besar dan penting. Memberi makanan bergizi tidak harus mahal. Yang penting mengetahui manfaatnya. Mengutip ucapan Ibu . Damayanti Rusli S, SpAK, Phd selaku ahli gizi. Anak perlu zat besi. Zat besi banyak di sayur bayam tapi sayur bayam mengandung banyak serat. Pada bayi di bawah usia setahun, jumlah serat tidak boleh terlalu banyak. Maka zat besi dari hati ayam, lebih baik.

Bergabung dengan banyak grup/komunitas akan meningkatkan jaringan. Banyak informasi bisa di dapat sekaligus bertukar pikiran. Karena untuk menciptakan generasi unggul yang siap menjadi pemimpin di masa depan menuntut tanggung jawab semua pihak. Dan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat berperan besar sebagai titik awal. Jika dalam lingkungan keluarga terbiasa dalam menerapkan pola makan dan pola hidup yang baik, kita bisa menyebarkan dalam lingkungan lebih luas.  Dengan begitu akan ada banyak orang yang mendapat informasi baik dan benar, maka kita bisa berharap generasi unggul dapat tercipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun